FulfillmentSebelumnya…

Ketika semua murid-Nya berkhotbah seperti penuh kuasa, tetapi ketika Yesus Kristus mengabarkan Injil, tidak ada orang menerima, tidak ada orang yang bertobat. Yesus berpaling dan berkata kepada Bapa. Saya bisa membayangkan bagaimana jika murid berhasil, dosennya tidak. Bagaimana hati bisa senang? Tetapi di dalam keadaan yang sulit dan tidak sukses seperti ini Tuhan Yesus justru mengajarkan bagaimana menjalankan kehendak Allah.

Bagi saya, Matius 11 adalah bagian paling suram. Matius 1-10 adalah bagian-bagian di mana kemuliaan Alah dipancarkan, tetapi di Matius 11 tidak ada. Tetapi justru di pasal ini, ketika mengalami kesusahan begitu besar, mengakibatkan sesuatu yang paling manis di dalam sejarah. Pasal 11 adalah permulaan Yohanes masuk ke dalam penjara dan diakhiri dengan Tuhan Yesus berkhotbah dan tidak ada hasilnya.

Dalam Matius 11:20-24, Yesus mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.”

Kemudian berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius `11:25-30).

Begitu kontras! Orang tidak menerima Dia. Orang tidak bertobat, bahkan setelah Ia berkhotbah dan melakukan mujizat, mereka tetap mengeraskan hati. Yesus berkata: “Hai, Kapernaum! Hai, Khorazim! Engkau sudah ditinggikan sampai ke langit, engkau akan jatuh ke dunia orang mati. Jika mujizat-mujizat yang dilakukan di tempatmu, dilakukan di Sidon, di Tirus, di Sodom dan Gomorah, mereka sampai sekarang tentu masih ada.” Namun, setelah selesai berkata demikian, Ia kembali berkata, “Ya Bapa, Tuhan langit dan bumi memang kehendak-Mu demikian.”Because Thy will is like this.

Sangat mudah bagi kita di dalam kelancaran memuji Tuhan. Tetapi sama sekali tidak mudah jika dalam keadaan susah kita memuji Tuhan. Sangat mudah kita menyanyi “Haleluya” pada waktu kita semua berkecukupan. Tetapi sangat tidak mudah kalau kita mendapat kesulitan-kesulitan. Kita seolah-olah dibuang dan tidak diterima.

Selama saya memimpin kebaktian-kebaktian yang ada, yang paling banyak adalah 30.000 orang, yang paling sedikit hanya 2 orang! Mengapa hanya 2 orang? Karena ada orang yang tidak senang kepada saya. Mereka berusaha untuk mencerai-beraikan satu persekutuan, agar mereka tidak mendengar khotbah saya. Saya tidak tahu mengapa. Pada saat kebaktian tiba, mendadak semua tidak datang, tinggal 2 orang saja. Keduanya adalah orang yang tidak tahu apa-apa, karena keduanya itu anak kecil. Yang satu berumur 14, yang lain kira-kira 15. Saya merangkul mereka dan tetap berkhotbah, tetap memberitakan firman Tuhan kepada mereka dan mereka mendapat berkat yang besar.

Kita kadang-kadang melihat matahari begitu bercahaya, kadang-kadang kita melihat berbulan-bulan awan gelap menudungi. Kadang-kadang kita melihat panas terik dan udara yang begitu baik, kadang-kadang kita melihat kedinginan begitu besar mengelilingi kita. Hidup kita seperti itu, kerohanian kita seperti itu. Demikian juga pelayanan kita.

Yesus sendiri pun pernah mengalami hal seperti itu. Waktu Yesus mengalami keadaan seperti ini, bagaimanakah Dia? Dia menjadi contoh. Because Thy will, Thy will is like this. I accept it. Aku menerimanya! Saudara, terimalah pimpinan Tuhan dan kehendak-Nya pada waktu Saudara mengalami kesulitan-kesulitan di dalam hidup ini. Ini contoh dari Tuhan kita!

Saya membaca suatu peristiwa yang terjadi di panti tuna-rungu. Seorang berkebangsaan Amerika datang ke panti tuna-rungu Kristen, sebuah sekolah khusus untuk orang-orang yang bisu dan tuli. (Universitas terbesar untuk tuna-rungu ada di Washington D.C. namanya Galaudette University). Ketika ia datang, ia mengatakan, “Ini sekolah Kristen untuk tuna-rungu. Saya ingin bertanya kepada siswa-siswi di sini untuk mengetahui apakah pendidikan di sini sukses atau tidak.”

Orang ini kejam luar biasa. Ia bertanya kepada anak-anak kecil di sana. “Kamu percaya Tuhan mengasihi kamu?” Seorang anak kecil maju dan menjawabnya, “Aku percaya Tuhan mengasihiku.” Semua senyum-senyum. Orang itu bertanya lagi dengan menuliskan, “Jikalau Tuhan mencintaimu, kenapa kamu tuli dan bisu?” Anak itu melihat ke kanan dan ke kiri. Pertanyaan yang pertama mudah dijawab, pertanyaan kedua sulit dijawab. Ada yang tidak menjawab, ada yang mulai mengalirkan air mata. Tetapi, ada seorang anak kecil yang maju ke depan. Ia mengambil kapur dan menuliskan ayat ini, “Ya Bapa, memang kehendak-Mu adalah seperti ini. Kehendak-Mu yang indah adalah seperti ini.”

Sebelum ia menulis, gurunya tegang, tidak tahu anak itu mau menulis apa dan apa yang ditulisnya itu akan menyatakan apakah pendidikan di sekolah itu sukses atau tidak. Bukan hanya pendidikan yang bisa menuilis, mengerti, membaca dan bergaul, tetapi juga pendidikan yang bisa mengerti sampai tuntas: Bagaimana hidup di hadapan Tuhan! Pada waktu anak itu menulis kalimat itu, dia hafal Matius 11:26. Sesudah menulis, ia menambahkan lagi: Yesus berkata. Semua bertepuk tangan. Apa yang terjadi? Orang yang menanyakan pertanyaan yang kejam itu, sekarang giliran mengalirkan air mata.

Kadang kita tidak tahu kehendak Tuhan. Mengapa anakku yang terbaik mati? Mengapa sudah mau sukses, tak jadi? Mengapa Tuhan tidak membiarkan saya lega, boleh bernapas sedikit? Bagi orang-orang tertentu, hidup itu sepertinya terlalu mudah. Tetapi bagi orang-orang lain, selalu ada kesulitan-kesulitan. Hari ini sebagai hamba Tuhan, biarlah saya menghimbau dan menghibur, karena Tuhan berkata, “Comfort ye, comfort ye, My people.”

Jangan kira orang kaya tidak ada kesulitan. Jangan kira orang yang sukses dalam usaha tidak ada kesulitan. Setiap atap di dalamnya ada air mata yang sulit dikatakan kepada orang lain. Di bawah setiap atap ada kesusahan dan kehancuran hati yang sulit dimengerti oleh orang lain. Pada waktu kita mengalami awan gelap, pada waktu kita mengalami kesulitan, biarlah kita belajar untuk melihat ke atas. Kalau Anda sudah gagal melihat kanan-kiri, depan-belakang, coba lihat ke atas. Anda akan melihat senyuman Tuhan yang tidak meninggalkan Anda. Biarlah Anda berkata, ”Tuhan, memang kehendak-Mu yang indah adalah seperti ini. Dan saya tahu, tidak pernah ada matahari yang terus tertutup oleh awan. Pada suatu hari, pasti ada senyuman yang akan tiba.”

Kiranya dengan iman yang kuat, Saudara bersedia hati, sabar dan tekun sampai Saudara menggenapi kehendak Tuhan dalam hidup Saudara masing-masing. Inilah satu contoh dari Yuhan Yesus. Karena kehendak-Mu adalah seperti ini, di dalam kesulitan, di dalam tangisan.

Yesus memberi peringatan yang besar di dalam pengajaran-Nya untuk setiap zaman. Ini tertulis dalam Matius 7 pada ayat-ayat yang terakhir.

Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! (Matius 7:15-23)

Salah satu ayat yang paling membuat orang pusing, membuat orang bingung, adalah bagian terakhir dari perikop ini. Siapakah mereka? Jikalau mereka adalah orang-orang Kristen, mengapa Yesus mengatakan: Aku belum pernah mengenal engkau? Jikalau mereka belum pernah dikenal Yesus, mengapa mereka pernah mengadakan mujizat demi nama Yesus? Jikalau mereka mengadakan mujizat, mengapa Yesus tidak mengakui mereka? Jikalau mereka mengusir setan dan bernubuat, mengapa Yesus mengatakan: Aku belum pernah mengenal engkau?

Jika kita mau membaca kalimat terakhir: “Enyahlah engkau, orang yang berbuat kejahatan”, maka saya kira di sini terjadi satu gap yang besar: gejala-gejala pelayanan berlainan dengan hidup yang sejati!

Perhatikan suatu hubungan yang penting sekali, yang pada zaman ini sudah dilonggarkan dan dikompromikan, yaitu mengkaitkan ayat sebelum ayat 21 dengan ayat-ayat terakhir ini. Yesus mengatakan: “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik; sedang pohon yang tidak baik, menghasilkan buah yang tidak baik.” (Matius 7:17). Apakah buah? Buah jangan ditafsirkan sebagai cara melayani dan fenomena-fenomena keberhasilan pelayanan. Sekali lagi, buah jangan dipersamakan dengan cara-cara pelayanan dan keberhasilan di dalam melayani. Buah-buah hanya dilihat dari kesucian, ketaatan kepada Tuhan dan hidup berjalan di dalam pimpinan firman Tuhan.

Hidup dalam kesucian, ketaatan, dalam pimpinan firman Tuhan, dalam kejujuran dan kesungguhan, itulah buah! Jangan katakan, lihat buahnya, ia sudah giat, ia sudah ke gereja. Ia ikut pelayanan, bersaksi, bahkan mengusir setan, melakukan mujizat – itulah buahnya. Itu bukan buah! Itu fenomena. Itu gejala dan keberhasilkan pelayanan hanya di luarnya saja, hanya secara lahiriah saja. Itu bukan buah!

Berulang kali saya mengatakan bahwa saya menghargai mereka yang sincere (tulus), yang sungguh-sungguh, jujur, taat kepada Tuhan, menjaga dan hidup dalam kesucian, yang berjalan dalam keadilan dan benar-benar mentaati prinsip-prinsip pimpinan dan perintah Tuhan. Itu buah! Buah jangan dilihat secara lahiriah saja, jangan dari luar. Orang ini kelihatan ke sana-sini bersaksi. Begitu banyak ia melayani Tuhan. Begitu berkuasa. Ia bisa melakukan mujizat, bisa menyembuhkan orang sakit. Itu bukan buah. Hal itu juga belum tentu menyatakan penyertaan Tuhan di tengah-tengah mereka.

Apa sebabnya? Karena Yesus mengatakan kepada mereka: Aku tidak pernah mengenal engkau! Saya tidak mengatakan setiap orang yang menyembuhkan itu tidak dikenal oleh Tuhan. Saya tidak mengatakan setiap orang yang mengalahkan setan itu tidak dikenal oleh Tuhan. Tetapi saya berkata, bahwa di antara begitu banyak orang yang katanya hamba Tuhan, yang menyembuhkan orang sakit, melakukan mujizat dan menginjak-injak setan, bahkan yang sudah bernubuat demi nama Yesus, Yesus berkasta: “Aku tidak pernah mengenal kamu, kamu sekalian pembuat kerjahatan!”

Kalau demikian, mengapa Tuhan memperkenankan orang-orang yang tidak pernah dikenal oleh Dia melakukan hal-hal yang besar seperti itu? Membiarkan mereka sepertinya sukses, sepertinya memperalat dan memanipulasi nama Yesus, sampai pada akhirnya baru dibongkar? Jawabannya: “Saya tidak tahu, hanya kedaulatan Allah-lah yang membiarkan hal itu.”

Jangan lupa, di dalam tingkatan-tingkatan kehendak Tuhan, kita telah melihat sampai ke tahap dibiarkan oleh Tuhan sehingga akhirnya harus berhadapan derngan pengadilan Tuhan.

Peringatan yang sedemikian besar ini mengajarkan kepada kita bahwa janganlah kita beranggapan setiap orang yang menyebut Yesus sebagai Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tetapi hanya mereka yang melakukan kehendak Bapa. Siapakah mereka? Saya berharap mereka yang rela melakukan kehendak Bapa di sorga adalah Saudara.

5. Taat sampai Mati

Ia telah menyimpulkan seluruh hidup-Nya dengan cara doa yang begitu taat kepada Tuhan, ”Bapa, jika Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku, tetapi bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu yang terjadi” (Lukas 22:42-43). Yesus berdoa, karena Ia harus meminum cawan murka Allah. Keadilan yang “memabukkan” segala bangsa dan keadilan yang menghancurkan segala orang berdosa, sekarang tiba kepada Dia. Yesus berkata: “Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu jadilah.” Melaui bagian ini saya menyimpulkan suatu kehidupan yang total taat, yang menjadi “wakil kedua” umat manusia. Bandingkan dengan “wakil pertama” umat manusia yaitu Adam.

Manusia pertama di taman Eden, manusia kedua di taman Getsemani. Sebelum berdosa, taman Eden merupakan taman yang indah sekali; sebaliknya taman Getsemani merupakan taman yang penuh kegelapan. Di dalam taman Eden, Tuhan menyediakan segala sesuatu supaya Adam dapat menikmatinya; sebaliknya, di taman Getsemani Tuhan memperbolehkan semua musuh Tuhan berkeliling untuk menangkap dan membunuh Dia. Kedua taman ini terlalu kontras!

Di taman Eden kita mendengar seruan di dalam hati manusia, “Bukan kehendakMu,tetapi kehendakku yang terjadi.” Sebaliknya, di taman Getsemani kita mendengar seruan Manusia kedua. “Bukan kehendak-Ku,tetapi kehendak-Mu yang terjadi.”

Cawan murka Allah betul-betul tidak Tuhan singkirkan. Berarti, kadang-kadang doa kita tidak dikabulkan oleh Tuhan. Terlalu banyak khotbah yang tidak bertanggungjawab, yang hanya mencari kesenangan manusia untuk membuat pasaran yang besar. Saya tidak menginginkan demikian! Tuhan memang tidak menyingkirkan cawan itu, tetapi Tuhan memberikan kekuatan agar Yesus meminum cawan itu hingga tetes terakhir demi menanggung dosa Saudara dan saya. Inilah teladan Tuhan kita, teladan Penebus kita. Dari keadaan seperti ini, kita baru tahu bagaimana hidup menjadi orang yang menjalankan kehendak Tuhan.

Sudahkah Saudara rela menjadi seorang Kristen yang memikul salib, menyangkal diri, dan mau menjalankan kehendak Tuhan? Sudahkah Saudara menyediakan hati untuk menyingkirkan segala kemauan sendiri dan kemauan Setan yang selalu mengganggu dan merongrong hidup Saudara? Dan maukah Saudara mengundang Tuhan Yesus untuk masuk ke dalam hati Saudara dan meminta Dia memimpin hidup Saudara?

Dari Kisah Para Rasul 13:36 kita melihat betapa Daud setelah menjalankan kehendak Tuhan, ia kemudian “tidur” di tempat nenek moyangnya. Berarti Daud sampai matinya terus berjuang untuk menjalankan kehendak Tuhan.

Ada semacam orang yang sampai akhir hidupnya masuk ke dalam pergumulan yang tidak ada habis-habisnya oleh karena terus menerus melawan kehendak Tuhan. Tetapi ada juga orang yang pada akhir hidupnya begitu tenang, oleh karena dia sudah menjalankan kehendak Tuhan, dan sekarang ia tidur dalam pangkuan Tuhan untuk selama-lamanya, menikmati sejahtera Tuhan.

Itu sebab penulis Ibrani (Ibrani 10:36) meminta kita untuk mempunyai ketekunan, sehingga setelah melakukan kehendak Tuhan, kita beroleh apa yang Tuhan janjikan kepada kita.

Amin.

SUMBER :
Nama Buku : Mengetahui Kehendak Allah
Sub Judul : Bab XIII : Penggenapan Kehendak Allah
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2010
Halaman : 199 – 215