ServeJadi meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa surat itu menyedihkan hatimu–kendatipun untuk seketika saja lamanya-, namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami. Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu. (1 Korintus 7:8-11).

Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.(1 Tesalonika 5 : 16-18).

———————————————–

I.  DUKACITA SETURUT KEHENDAK ALLAH

Ada tiga kali istilah “dukacita menurut kehendak Allah” disebutkan dalam 2 Korintus 7:8-11. Aspek ini amat jarang kita temukan yaitu kehendak Tuhan yang bersifat negatif! Kita suka mendengarkan kehendak Tuhan yang memberikan berkat dan kelancaran, kehendak Tuhan yang memimpin kita sehingga kita maju ke dalam kemakmuran dan sebagainya. Tetapi di dalam Alkitab banyak aspek-aspek di belakang tirai yang kelihatan begitu negatif, kelihatan kurang dinamis,. Tetapi di dalamnya mengandung pimpinan Tuhan yang lebih dari apa yang bisa kita mengerti.

Aspek Tersembunyi dalam Kehendak Allah.

Di dalam teologi Lutheran, ada satu kalimat yang mengatakan memang Tuhan Allah yang disebut The hiddenness of God. Artinya, sesuatu aspek yang disembunyikan oleh Tuhan Allah atau aspek yang tersembunyi di dalam keilahian-Nya. Ketika kita melihat bulan, bulan itu mengelilingi bumi tanpa berotasi pada porosnya. Itu sebabnya mata kita hanya bisa melihat satu permukaan saja, sedangkan permukaan di belakangnya belum pernah dilihat oleh mata manusia, kecuali kita melihatnya melalui foto yang diambil oleh satelit.

Demikian juga Tuhan kadang-kadang tidak menyatakan kehendak-Nya dengan jelas kepada kita. Ada bagian-bagian yang tersembunyi. Martin Luther mengatakan bahwa ini adalah The hiddenness of God. The hidden aspect of God in His eternal will. Di dalam kehendak Allah, kita jangan hanya melihat aspek-aspek yang positif atau aspek-aspek yang negatif, aspek-aspek yang kelihatan kurang jelas di dalam pimpinan-Nya, karena di dalamnya tersimpan banyak bahagia yang tidak kelihatan oleh kita.

Salah satu aspek yang jarang diketahui oleh manusia adalah kehendak Tuhan yang mau supaya kita hidup berdukacita! Kita selalu tidak bisa menerima hal ini, Kita mau Kekristenan yang gampang, yang instan. Kekristenan yang langsung bisa mendapatkan kenikmatan. Kita cenderung tidak bersedia mendengarkan khotbah yang berat dan tidak mau mengikuti kebaktian yang di dalamnya penuh berisi pengajaran yang ketat, yang menuntun kita untuk taat dan mengikut Tuhan. Kita tidak suka memilikinya. Kita cenderung lebih suka memilih kebaktian-kebaktian yang langsung menggairahkan emosi, yang memberikan kesenangan sementara secara lahiriah. Bahkan kita mau menjadi orang Kristen yang hanya menerima berkat dari Tuhan Allah. Itulah kecelakaan besar di dalam Kekristenan! Jika kita hanya mau mengetahui aspek yang optimis saja, tetapi tidak mengingat akan aspek yang sedih, sulit dan negatif, maka kita akan menjadi orang Kristen yang timpang dan tidak pernah bisa mengerti kehendak Allah secara seimbang.

Seorang uskup yang saya temui di Malaysia mengatakan bahwa selama dia menjadi uskup bertahun-tahun, para bawahannya yang mendapat kesempatan pergi ke luar negeri selalu memakai istilah yang indah untuk tindakannya. Ketika mereka berhenti dari jabatannya dan mengatakan kepada uskup itu bahwa Tuhan sudah membuka jalan bagi mereka. Tuhan sudah menyatakan kehendak-Nya bagi mereka atau Tuhan sudah memimpin mereka sekeluarga untuk keluar dari Malaysia.

Jika ditanya ke mana Tuhan memimpin mereka? Maka mereka menjawab bahwa Tuhan sudah membuka jalan ke Amerika. Tuhan sudah membuka jalan ke Australia, New Zealand atau Kanada. Lalu uskup tersebut menyatakan kepada saya bahwa dia merasa heran sekali. Mengapa Tuhan selalu memimpin orang ke negara-negara yang makmur? Mengapa Tuhan jarang memimpin orang ke negara-negara yang sulit? Mengapa pimpinan Tuhan selalu menjurus ke negara-negara yang kaya? Mengapa Tuhan tidak memimpin ke tempat-tempat yang sulit? Di sinilah Kekristenan mulai gagal.

Aspek Negatif dalam Kehendak Allah.

Kekristenan yang gagal adalah Kekristenan yang melihat kehendak Tuhan hanya semata-mata menghasilkan aspeknya yang optimis! Orang sedemikian beranggapan bahwa kehendak Tuhan pasti menjadikan mereka lebih lancar, lebih sukses, lebih kaya, lebih makmur dan lebih unggul di dalam dunia ini. Alkitab tidak mengajar seperti itu. Celakalah teolog-teolog yang menganut teologi kemakmuran yang tidak memberitakan kehendak Tuhan secara total kepada jemaatnya karena mereka akan dianggap sebagai nabi yang tidak setia. Biarlah kita mengerti kehendak Tuhan dan mengertinya secara menyeluruh, bukan hanya memetik apa yang kita senangi saja.

Apakah yang merintangi manusia untuk hidup di dalam kerohanian? Apakah yang menghambat pertumbuhan kerohanian kita? Uangkah? Kedudukan, kemuliaan dunia, ilmu pengetahuan, rasio atau filsafatkah? Apakah yang Saudara rasakan jika gaji Saudara dinaikkan bulan depan? Saudara merasa senang atau susah? Apakah Saudara berpendapat bahwa uang menghambat kerohanian Saudara? Jika Saudara berpendapat demikian, mengapa Saudara merasa senang jika gaji Saudara dinaikkan?

Jika Saudara berpendapat bahwa kedudukan yang makin tinggi akan menghambat kerohanian, mengapa Saudara merasa senang jika dipromosikan untuk kedudukan yang lebih tinggi? Jika hal demikian yang Saudara alami, maka Saudara adalah orang Kristen yang tidak konsisten. Jika Saudara mengetahui hal-hal yang dapat menghambat kerohanian Saudara, tetapi Saudara senang memperolehnya, apakah yang terjadi dengan kerohanian Saudara?

Baik uang, kedudukan dan semua yang sudah disebutkan di atas tadi belum tentu menghambat kerohanian seseorang! Uang belum tentu menghambat. Kedudukan tidak tentu menghambat. Yang menghambat adalah sikap Saudara yang salah terhadap segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada Saudara!

Suatu kali ketika berada di Singapura, saya bertanya di depan massa yang mengikuti kebaktian tentang bagaimana pimpinan Tuhan yang sudah mereka alami. Seseorang berdiri lalu berkata: “Puji Tuhan. Dulu saya miskin, tapi sekarang menjadi kaya.” Orang lain berkata, bahwa dulu ia sakit, lalu sekarang sehat. Jawaban yang diberikan merupakan aspek-aspek yang sangat positif dan sangat baik.

Setelah itu saya bertanya lagi kepada mereka: “Apakah Tuhan mungkin memimpin anda untuk sakit? Mungkinkah Tuhan memimpin anda untuk mengalami kesulitan?” Mereka mengatakan seolah-olah itu tidak mungkin. Masakan Tuhan memimpin anak-Nya untuk menjadi lemah? Mungkinkah Tuhan memimpin kita untuk menjadi gagal? Ada terlalu banyak hal yang perlu digarap dalam diri kita masing-masing agar kerohanian dan iman Kekristenan kita bisa dipertanggungjawabkan sehingga sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.

Paulus yang berteriak: “Bersukacitalah engkau”, adalah Paulus yang berteriak: ”Dengan sesungguhnya aku berkata kepadamu: Aku mempunyai dukacita yang besar.” Jikalau Paulus memberitakan kepada orang Kristen supaya mereka bersukacita, tetapi mengapa Paulus juga mengatakan secara terus terang bahwa di dalam dirinya ada dukacita yang besar? Bagaimana konflik-konflik semacam ini bisa diharmoniskan dan bisa kita mengerti artinya secara tuntas?

Ada sukacita yang dari Tuhan, tetapi ada juga kesenangan yang bukan dari Tuhan! Ada dukacita yang dari Tuhan, tetapi ada juga dukacita yang berasal dari setan!

Kesedihan yang Kudus.

Jikalau kita tidak bisa membedakan dengan baik antara sukacita yang boleh kita miliki sebagai orang Kristen dan dukacita apa yang harus kita miliki, atau kita tidak bisa membuang sukacita yang palsu yang bukan berasal dari Tuhan dan kita menerima dukacita yang palsu yang bukan di dalam kehendak Tuhan, maka kita akan menjadi orang Kristen yang kacau dalam hidup emosi kita masing-masing.

Emosi yang dikuduskan merupakan salah satu aspek yang besar di dalam kekudusan progresif. Kekudusan progresif berarti kekudusan yang makin membersihkan diri. Setelah diselamatkan, kita tidak langsung berjumpa dengan Tuhan. Kita sudah diselamatkan, tetapi kita masih menunggu kedatangan Kristrus. Di antara titik permulaan keselamatan dan titik kesempurnaan keselamatan, kita berada di dalam satu perjalanan yang panjang. Di tengah-tengah perjalanan mengikuti Kristus yang panjang ini, kita memerlukan sesuatu kekudusan yang bersifat progresif. Makin suci, makin membersihkan diri dan makin belajar mirip dengan Tuhan yang kudus, yang telah mati bagi kita.

Di dalam proses perjalanan menguduskan diri ini, maka salah satu aspek yang paling penting yaitu pengudusan emosi. Di dalam emosi kita, kita harus menyesuaikan apa yang kita senangi dengan apa yang Tuhan senangi. Kita senang menurut kesenangan Tuhan, kita susah menurut kesusahan yang dari Tuhan. Jikalau kita tidak mengerti bagaimana bersedih dalam kesedihan Tuhan, maka emosi kita belum beres. Jikalau kita tidak mengetahui bagaimana bersukacita di dalam sukacita Tuhan, maka emosi kita belum beres.

Jangan menganggap bahwa kebaktian yang mendatangkan kesenangan bagi kita adalah pasti kebaktian yang dari Tuhan. Kita harus menguji, apakah kesenangan itu adalah kesenangan yang suci atau bukan. Jika Saudara berbuat demikian, maka Saudara adalah orang Kristen yang baik. Jikalau Saudara tidak bisa membedakan antara sukacita yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan suka cita yang bukan, ataupun dukacita yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan dukacita yang bukan, maka Saudara menjadi orang Kristen yang menipu diri. Saudara menjadi orang Kristen yang emosinya telah menjadi anak terhilang. The prodigal emotion of wrong Christian life.

Hidup orang Kristen yang benar, yang sehat dan beres, adalah hidup orang Kristen yang mengetahui bagaimana menguduskan emosi dirinya sehingga sesuai dengan kehendak Tuhan, kita bisa mengendalikan emosi kita. Sesuai dengan kehendak Tuhan, kita bersukacita atau berdukacita.

Tawa yang murah adalah tawa yang tidak berharga. Kadang-kadang ada lelucon-lelucon yang amat lucu, yang membuat kita tertawa. Kita senang. Tetapi jika kita memikirkan kembali, maka kita tahu bahwa kita sudah ditipu, karena tawa yang ditimbulkannya itu adalah tawa yang murah dan tidak berarti. Kadang-kadang terjadi sebaliknya. Kita bersedih. Waktu itu kita merasa sulit melewati saat-saat yang berat. Tetapi setelah saat-saat kesedihan itu lewat, kita justru melihat bahwa dari kesedihan yang anggun itu timbul hasil-hasil dan buah yang bermutu dan mempunyai nilai yang kekal. Inilah arti dari 2 Korintus 7:8-11. Apakah Saudara memperhatikan aspek ini? Berdukacita di dalam kehendak Allah. The holy grief according to the will of God.

Di dalam kehendak Allah ada semacam kedukaan, semacam kesedihan yang suci. Dan jika hal itu tidak ada di dalam hidup Saudara, maka saya meragukan atau menyangsikan apakah Saudara itu seorang anak Tuhan yang baik. Jika Saudara mempunyai kedukaan yang suci, yang sesuai dengan kehendak Tuhan, pasti dengan sendirinya Saudara sedang berjalan di dalam kehendak Tuhan.

Kehendak Tuhan perlu kita ketahui bukan supaya kehendak Tuhan Allah kita peralat untuk mempermudah hidup kita. Orang yang mau menjalankan kehendak Alah adalah orang yang sudah bersedia mengorbankan diri, bersedia menjadikan diri taat dan bersedia menyerahkan diri di bawah kedaulatan Roh Tuhan, sehingga di dalam Dia kita menyesuaikan diri kita.

Paulus pernah mengirim sepucuk surat kepada orang di Korintus (1 Korintus) dan di dalam surat lanjutannya (2 Korintus) ia mengungkapkan bahwa dirinya menyesal karena surat yang pernah ditulisnya itu terlalu keras isinya. Surat 1 Korintus sebenarnya membuat gereja Korintus menjadi sedih.

Apakah seorang ibu yang suka melihat anaknya susah karena perkataannya yang keras? Adakah seorang bapak yang tega melihat anak-anaknya menangis hanya karena tegurannya terlalu keras? Benarlah peribahasa Tionghoa yang mengatakan: “Pukulan ada di atas badan anak, tetapi sakit ada di dalam hati ibu.”

Rupanya Paulus mengtetahui kesedihan jemaat di Korintus yang menerima suratnya, melalui orang lain. Paulus lebih bersedih melihat kesedihan mereka. Tetapi setelah kesedihan itu, jemaat di Korintus lalu menegur diri sendiri. Kesedihan itu mengakibatkan mereka betul-betul berjalan di dalam firman Tuhan, melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, dan menyucikan hati nurani.

Setelah Paulus mendengar tentang suratnya mengakibatkan kesedihan, dan kesedihan itu mengakibatkan kebajikan dalam kerohanian orang Korintus, maka Paulus sekarang terhibur. Peristiwa itu menjadi sesuatu wadah di mana Tuhan memberikan inspirasi pada bagian ayat yang penting ini.

Paulus merasakan dua kali kesedihan. Waktu ia menulis surat 1 Korintus dia menegur. Waktu Paulus menegur, jemaat di Korintus menjadi sedih dan ini membuatnya sedih. Waktu Paulus memikirkan kesedihan jemaat Korintus, dia menjadi lebih sedih dan menyesal. Tetapi waktu Paulus mengetahui bahwa setelah bersedih jemaat Korintus menjadi lebih baik, maka dia tidak jadi menyesal atas penyesalannya dulu.

Tidak menyesal atas penyesalan sebenarnya berarti Paulus tidak perlu terlalu susah pada waktu melihat orang lain susah pada waktu membaca suratnya yang isinya sesuai dengan kehendak Allah. Kesusahan semacam itu amat dibutuhkan oleh jemaat Korintus. Orang yang berani mengatakan kalimat-kalimat yang sementara tidak suka didengarkan oleh manusia amat diperlukan!

Seorang yang mau melayani Tuhan, seorang nabi yang sejati, tidak boleh segan-segan untuk berani mengatakan hal-hal yang perlu. Seorang hamba Tuhan tidak boleh mencari dan menyenangkan orang-orang karena takut orang lain akan menjadi marah. Jikalau perlu, kita harus terus terang mengatakan kelemahan orang lain, tetapi di belakang peneguran itu, kita harus memiliki satu hati yang mempunyai tiga hal:

  1. Saudara tahu bahwa teguran Saudara ini merupakan kehendak Tuhan;
  2. Saudara sudah berdoa bagi mereka dengan sungguh-sungguh berdasarkan kasih;
  3. Saudara mempunyai pengharapan bagi mereka agar sesudah mereka bersedih karena teguran itu, mereka memikirkan jalan keluar untuk membawa mereka menuju kepada kesempurnaan.

Gereja-gereja menjadi gagal jika gereja sudah kehilangan ketiga unsur ini. Jika seorang pengkhotbah berkhotbah hanya untuk mencari pendengar, maka ia mencari khotbah yang bisa menarik lebih banyak orang untuk mendengar, yang bisa diterima dengan baik oleh orang-orang modern dan yang bisa mengakibatkan kolekte mereka menjadi lebih banyak.

Celakalah kita, jika menjadi hamba Tuhan ataupun jika kita berada di dalam satu gereja yang tidak mementingkan kehendak Allah, tidak mementingkan firman Tuhan, kedaualatan Tuhan, kesucian Tuhan dan isi hati Tuhan, namun hanya mementingkan apakah manusia bisa senang atau tidak. Gereja seperti ini bukanlah memperdengarkan suara Tuhan, tetapi justru memperdengarkan suara manusia.

Paulus berkata: “Jikalau engkau berdukacita menurut kehendak dunia ini, maka dukacita itu akhirnya akan membawa engkau kepada kematian.” Orang yang sedih tanpa pengharapan, orang yang sedih di luar kehendak Tuhan, pada akhirnya akan bersedih sampai mati. Sejarah membuktikan ada banyak politikus yang sedih sampai mati karena mereka mempunyai ambisi-ambisi yang rusak. Sejarah membuktikan ada pula kesedihan yang sesuai dengan kehendak Tuhan yang akhirnya memperoleh sukacita yang luar biasa.

Sukacita yang sejati tidak berasal dari luar melainkan dari dalam. Penganiayaan bisa datang. Ejekan, olokan, umpatan, hinaan, fitnah, bisa datang kepada kita; tetapi sumber hidup baru dari Tuhan terus mengalirkan suatu keharusan yang tidak bisa ditutup, tidak bisa ditudungi dengan kekuatan manusia. Dukacita macam apa yang bisa disebut sebagai dukacita menurut kehendak Tuhan? Kita akan melihat empat aspek yang besar.

Aspek-Aspek Dukacita dalam Kehendak Allah.

1. Dukacita di dalam Pertobatan Total.

Pertobatan dapat dibagi dalam dua aspek. Pertama, pertobatan total; sebagai satu titik permulaan seseorang mengikut Yesus Kristus. Itu adalah kehancuran hati karena kesadaran diri sebagai orang berdosa yang tidak memiliki pengharapan. Kita sadar akan total depravity. Kita sadar akan kerusakan diri yang tidak ada kemampuan dan daya apa pun dari diri untuk menolong diri kita sendiri. Lalu kita datang kepada Tuhan sebagai orang yang yang tidak memiliki daya. Orang yang sadar bahwa dirinya tidak mempunyai pertolongan lain, orang yang sadar bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk menolong diri sendiri dan orang yang datang kepada Tuhan, itulah pertobatan total yang ada pada seseorang waktu ia menjadi Kristen.

Kedua, pertobatan setelah ia menjadi Kristen. Sesudah pertobatan pertama dan menjadi anak Tuhan, maka setiap hari orang Kristen kemudian memelihara diri, sesuai dengan statusnya yang baru supanya menyatakan bahwa hidup yang baru sudah berjalan dalam dirinya.

Pertobatan total yang pertama adalah pertobatan yang hanya satu kali saja diperlukan seumur hidup. Seumur hidup, kita hanya memerlukan pertobatan semacam itu satu kali. Once forever. Repent and turn to Jesus Christ.

Saudara meninggalkan dosa dan menyatakan diri sebagai orang yang tidak mempunyai perharapan terhadap diri sendiri, tetapi yang memerlukan pertolongan dari Tuhan. Kita hancur hati dan betul-betul seperti pemungut cukai yang memukul dadanya serta berkata: “Tuhan, kasihanilah hamba seorang yang berdosa ini.”

Saya tidak tahu, apakah Saudara pernah berlutut dengan kehancuran hati seperti itu yang disertai dengan kesadaran yang diberikan oleh Roh Kudus bahwa Saudara orang berdosa di mana Saudara perlu Yesus Kristus dan Saudara melihat dengan jelas bahwa Kristus mati bagi Saudara?

Apakah penginjilan dan kebaktian yang besar-besaran yang dilakukan sekarang membawa orang bertobat dengan cara ini atau tidak? Jikalau tidak, maka saya meragukan apakah keramaian itu membawa faedah terhadap gereja. Pekabaran Injil yang murni dan pertobatan yang sungguh-sungguh, menuntut satu pertobatan yang betul-betul. Allah tidak pernah menghina orang yang betul-betul bertobat.

Semua bangunan di dunia ini memerlukan bahan-bahan yang baik supaya kelihatan megah dan kelihatan lebih mahal serta anggun. Tetapi cara Allah berlainan sekali. Kerajaan Allah bukan dibangun dengan bahan yang indah-indah, melainkan dengan hati yang hancur! Ini cara Tuhan yang berlainan dengan manusia.

Jangan menganggap dosa yang terlalu besar tidak mempunyai jalan untuk diselamatkan. Jangan menganggap tuduhan hati nurani yang terlalu keras membuat Saudara tidak mempunyai harapan. Jika Saudara betuk-betul percaya kepada Tuhan dan menerima Yesus Kristus, tidak ada dosa yang terlalu besar yang tidak bisa diampuni oleh Tuhan. Tidak ada tuduhan hati nurani yang terlalu keras, sehingga Tuhan tidak bisa menyingkirkan. Yesus datang dan mati justru karena dosa Saudara dan saya. Dia mati di atas kayu salib, mengalirkan darah untuk membawa kita yang berdosa kembali kepada Tuhan.

Tetapi mereka yang melakukan kebajikan sendiri dan menyatakan diri lebih baik dari orang Kristen, mereka yang melakukan kebaikan dan merasa diri tidak perlu bertobat. Mereka secara utuh merupakan orang berdosa yang akhirnya dibuang oleh Tuhan. Kebajikan bukanlah hal yang tidak penting. Tetapi jika Saudara tidak pernah melihat kegagalan diri, lalu hanya membanggakan diri sebagai orang yang lebih baik dari orang lain, maka Saudara jauh dari Kerajaan Sorga.

Sebaliknya, meskipun Saudara seorang berdosa, tetapi Saudara percaya bahwa Krstus mati bagi Saudara, Saudara bertobat dalam kehancuran hati, lalu kembali kepada Dia, maka ada keutuhan hidup baru yang Tuhan berikan bagi Saudara. Jangan kembali kepada dosa. Setelah Saudara bertobat, hiduplah dalam kesucian. Hiduplah bagi Tuhan dan jangan kembali kepada dosa!

Orang baik yang belum bertobat, mempunyai kebaikan yang adalah anugerah umum dari Tuhan. Orang yang sudah berdosa besar jangan menganggap bahwa dosanya tidak menghancurkan hati Tuhan. Orang yang berdosa besar jangan menganggap bahwa jika merasa diri terlalu rusak maka tidak ada pengharapan sama sekali bagi dirnya. Kristus dalam keadaan yang begitu sedih, mati bagi orang berdosa. Inilah kehendak pertama.

Kehendak pertama di dalam emosi yang sedih adalah kehendak Allah supaya kita bertobat meninggalkan dosa. Pada waktu seseorang bertobat total, pada waktu seseorang kembali kepada Tuhan, maka saat itu adalah saat di mana orang itu sedih dan hancur hatinya, dan ini tidak dihina oleh Tuhan. Pada waktu seseorang bertobat, saat itu membuktikan Roh Kudus sudah bekerja dalam hatinya. Saat itu menyatakan bahwa Tuhan sedang melaksanakan keselamatan yang sudah disediakan bagi orang itu. Pada saat orang itu tidak menolak pekerjaan Roh Kudusa, akibatnya ialah sesuatu hasil dari diperanakkan kembali oleh Roh Kudus yaitu membawa orang itu kepada kesedihan yang total, berdukacita untuk dosa-dosanya. Ini dukacita pertama dalam kehendak Allah.

Amin.

SUMBER :
Nama Buku : Mengetahui Kehendak Allah
Sub Judul : Bab IX :
Dukacita dan Sukacita seturut Kehendak Allah (1)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2010
Halaman : 125 – 137