Kehendak Allah“Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki–tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku–.Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.” (Ibrani 10:5-7,9)

“Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2:17)

—————————————

Kehendak Allah dan Pimpinan Roh Kudus adalah dua hal yang berbeda: (1) Pimpinan Roh Kudus bersangkut paut dengan pribadi seseorang, sedangkan kehendak Allah adalah hal yang global. Pimpinan Roh Kudus bersifat personal, kehendak Allah bersifat universal; (2) Kehendak Allah itu ada dari kekal sampai kekal, sedangkan pimpinan Roh Kudus ada di dalam wadah sejarah yang bersifat dibatasi oleh waktu; (3) Kehendak Alah bersifat mutlak, pimpinan Roh Kudus bersifat relatif.

Pimpinan Roh Kudus membawa individu yang berada di dalam satu waktu yang sementara, kembali kepada rencana Allah yang global, mutlak dan kekal. Dengan demikian, individu atau orang yang dipimpin oleh Roh Kudus, menjalankan kehendak Allah. Kehendak Allah tidak bisa berubah dan Roh Kudus memimpin arah hidup kita menuju kehendak Allah yang tidak berubah itu. Inilah kaitan antara pimpinan Roh Kudus dan kehendak Allah. Kita dapat mengambil dua contoh:

  1. Kehendak Allah: Supaya Setiap Orang Hidup Suci. Pimpinan Roh Kudus : memimpin seseorang untuk menikah atau tidak. Kehendak Allah adalah supaya semua (global) orang hidup suci. Tetapi, kadang-kadang Tuhan memimpin seseorang (personal) untuk tidak menikah. Dan herannya, kadang-kadang orang-orang yang tidak menikah itu lebih cantik daripada orang yang menikah. Kita harus tahu bagaimana Tuhan memimpin hidup kita. Tidak berarti bahwa semua orang dipimpin untuk menikah. Terhadap semacam orang, lebih baik bagi dia untuk tidak menikah. Tetapi, terhadap orang lain, lebih baik baginya untuk menikah. John Wesley, pendiri aliran Metodis, menikah pada usia 45 tahun. Ia menulis dalam buku hariannya demikian: “Saya selalu menganggap bahwa cara melayani Tuhan yang paling baik adalah dengan tidak menikah. Pikiran itu berhenti pada hari ini. Hari ini saya menikah.” Jadi, setelah mencari pimpinan Tuhan, John Wesley sadar bahwa dia harus menikah. Sayangnya, istrinya itu seorang yang luar biasa galaknya. Pernah dikatakan bahwa John Weley cekcok dengan istrinya lalu ia keluar dari rumahnya. Baru sampai di depan rumahnya, ketika John Wesley sedang menunggu kereta kuda, ia disiram seember air oleh istrinya. John Wesley dipakai Tuhan secara luar biasa, dan ia mendirikan gereja Metodis, tetapi dalam hidup pernikahannya, ia tidak sukses. Bagaimana pun hebatnya seseorang, kadang-kadang orang itu tidak sukses dalam hal-hal tertentu. Di dalam pimpinan Tuhan, kita harus mengetahui apakah kita sungguh-sungguh taat.
  2. Kehendak Allah: kabarkanlah Injil ke seluruh dunia. Pimpinan Roh Kudus: memimpin orang mengabarkan Injil melalui profesi sebagai pendeta, penginjil, pengajar, awam, dsbnya. Setiap orang Kristen harus menjadi saksi, mengabarkan Injil dan hidup berbuah, sehingga orang lain menjadi Kristen melalui kesaksian kita. Tetapi tidak setiap orangKristen dipimpin menjadi pendeta. Ada yang dipimpin menjadi seorang ibu rumah tangga biasa, namun hidupnya banyak membawa orang kembali kepada Tuhan. Kehendak Allah agar Injil dikabarkan, sedang dijalankan melalui pimpinan Roh Kudus atas seseorang. Orang tersebut tidak selalu dipimpin menjadi penginjil atau pendeta. Banyak orang yang menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, tetapi tidak semua dipimpin untuk menjadi pendeta. Pimpinan untuk pribadi-pribadi bersifat relatif dan berbeda pada masing-masing orang, tetapi semua dipimpin menuju pada kehendak yang sama, yaitu kehendak Allah untuk mengabarkan Injil. Kita harus peka dan taat akan pimpinan Tuhan, karena Tuhan pasti memiliki pimpinan khusus bagi diri kita pribadi. Pengaturan Allah lebih bersifat eksternal dan obyektif, tetapi pimpinan Roh Kudus lebih bersifat personal dan subyektif. Diri kita akan tahu bagaimana Tuhan memimpin, jika kita taat kepada firman-Nya.

4. Izin Allah.

Kadang-kadang apa yang Allah perbolehkan bagi kita, bukanlah kehendak-Nya yang paling indah. Jika seorang anak menolak orang tuanya yang menginginkan dia untuk duduk di universitas yang terbaik, maka anak tersebut menolak untuk memperoleh yang terbaik. Mungkin orang tuanya mengizinkan sang anak untuk menolak dan memilih kehendaknya sendiri, tetapi apa yang anak itu kehendaki adalah apa yang bukan dikehendaki oleh orang tuanya sejak semula.

Waktu Allah memperbolehkan Saudara hidup dalam keadaan seperti ini, mungkin Saudara sedang hidup di dalam tingkatan yang kedua. Artinya tidak mendapatkan kehendak Allah yang utama, melainkan hanya mendapatkan izin dari Allah untuk berbuat sesuatu. Hidup demikian tidak akan menghasilkan keindahan dan tidak akan mencapai hasil yang sepenuhnya dari segala potensi yang ada dalam diri.

Apakah kita sudah mencapai apa yang direncanakan oleh Tuhan? Adakah rencana Allah yang belum kita taati? Apakah kita tahu berapa besar potensi kita dalam menjalankan rencana Allah? Sampai di mana potensi itu dapat berkembang? Kiranya kita menerapkan segala yang sudah kita terima dengan setia.

Bilangan 22:12, 20 mengatakan: “Lalu berfirmanlah Allah kepada Bileam: “Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati….. Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: “Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.”

Kita melihat seolah-olah Tuhan berubah sikap. Bukankah pada mulanya Tuhan berkata kepada Bileam untuk tidak pergi bersama pesuruh-pesuruh Balak? Bukankah pada akhirnya Tuhan mengizinkan Bileam untuk pergi? Apakah di dalam satu hari saja Allah sudah berubah? Tidak! Allah melihat bahwa Bileam yang tidak taat kepada pimpinan-Nya memerlukan kelonggaran. Dan Allah memberi izin kepada Bileam!

Jangan menganggap bahwa segala keinginan kita yang Tuhan penuhi pasti merupakan kebahagiaan! Mungkin itu justru satu kebahayaan. Jika Tuhan mengabulkan keinginan kita, jangan selalu mengira bahwa itu betul. Kalau Tuhan memberikan apa saja yang kita kehendaki atau inginkan, mungkin berarti Tuhan menurunkan kita dari rencana yang asli menuju pada satu hidup yang lebih rendah. Bileam ingin sekali mengutuk Israel, sebab kalau ia berani mengutuk Israel ia akan mendapatkan emas yang banyak sekali untuk memenuhi rumahnya. Bileam mau menjual jabatan demi uang, ia mau menjual imannya demi keuntungan pribadi. Allah akhirnya memperbolehkan, dan setelah Allah memperbolehkan, yang terjadi adalah Bileam menjadi orang yang dikutuk oleh Tuhan. Kutukan itu kembali kepadanya. Jangan main-main!

Kalau ada orang sakit yang dilarang makan segala sesuatu, tetapi pada suatu hari dokter memperbolehkan orang itu makan segala yang ia mau, maka artinya orang itu sudah tidak ada pengharapan lagi! Saat semua diperbolehkan, justru itulah yang bahaya. Inilah yang terjadi dengan Kekristenan sekarang. Banyak pendeta yang mengajarkan agar Tuhan taat pada perintah mereka. Ini adalah doa yang kurang ajar.

Dengan hati yang berat, saya harus menjadi pendeta yang melawan arus dewasa ini. Saya tidak peduli siapa pun Saudara. Jika ajaran Saudara melawan Alkitab, saya akan menentang. Alkitab tidak mengajarkan agar kita berdoa menurut segala keinginan kita lalu Allah akan mengabulkan segala yang kita inginkan. Alkitab mengajarkan kalau kita berdoa, kita harus memulai dengan: ”Dipermuliakanlah nama-Mu”. Kalimat ini harus diletakkan paling depan dalam doa kita. Sebab, kalimat ini mengajarkan kepada kita bahwa orang yang berdoa dalam nama Tuhan Yesus harus memulikan nama Tuhan yang suci itu terlebih dahulu, lalu minta agar kehendak Tuhan yang jadi di bumi seperti di sorga. Bukan sebaliknya, supaya sorga dipaksa menjalankan kehendak orang yang ada di bumi.

Saya pernah mengatakan bahwa Cho Yonggi meracuni Kekristenan dan banyak orang yang tidak setuju dengan apa yang saya katakan. Mengapa saya mengatakan kalimat itu? Cho Yonggi mengajar orang agar berdoa menurut kehendak sendiri dan memaksa Tuhan melakukan kehendak manusia. Itu tidak benar! Manusia tidak boleh memaksa Allah menyesuaikan kehendak manusia. Manusia harus berdoa seperti Kristus, setelah selesai berdoa mengatakan, “Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.”

Apa gunanya Allah mengizinkan atau mengabulkan permintaan kita, tetapi akhirnya membiarkan kita berada dalam kutukan dan tidak memberikan kita berbagian dalam rencana Allah? Jika seorang ayah mengizinkan anaknya melakukan segala sesuatu yang tidak baik, yang ingin dilakukan oleh anaknya, artinya ayah ini sudah terlalu kecewa dengan anaknya. Kita tidak boleh menjadi anak-anak yang mengecewakan Tuhan. Jangan menjadi orang yang dibuang oleh Tuhan. Biarlah kita senantiasa ada dalam satu kategori yang paling tinggi yaitu rencana Allah berlaku atas diri kita. Saya mengajak kita semua kembali kepada Tuhan, Sang Pencipta, dan taat pada kehendak Tuhan.

New Age Movement sedang melanda dunia. Zaman dulu disebut zaman belakang, lalu zaman modern, kemudian zaman post-modern, dan sekarang New Age (Zaman Baru). New Age Movement kalau sudah datang, maka manusia akan menganggap dirinya sendiri allah. Kalau manusia adalah allah, maka ada satu kekuatan tak terbatas yang luar biasa yang terpendam dalam dirinya, sebagai satu potensi perkembangan yang tidak terbatas. Inilah yang sekarang menyusup di dalam Kekristenan melalui Norman Vincent Peale, Robert Schuller, dan Cho Yonggi, yang mana hal ini tidak disadari oleh orang Krsiten.

Yang namanya Kekristenan sekarang banyak yang mengandung unsur-unsur di mana Allah dipaksa untuk menaati kehendak dan keinginan manusia. Itu bukan Kekristenan yang asli, bukan iman yang sesungguhnya. Itu adalah iman yang melawan Alkitab. Apa yang dikatakan Alkitab sering dianggap tidak penting oleh manusia dan apa yang diinginkan dirinya sendiri itulah yang dianggap penting.

Pada waktu buku “Dimensi Ke Empat”, yang ditulis oleh Cho Yonggi beredar, saya melihat satu bahaya yang besar. Cho Yonggi mengatakan ada dua cara mengenal Firman Tuhan, yaitu Logos Theon dan Rhema Theon. Logos Theon adalah Firman Tuhan dalam Kitab Suci, tetapi Firman ini statis. Sedangkan Rhema Theon adalah Allah berbicara dengan dua versi. Versi pertama adalah yang dicatat di dalam Alkitab, tetapi itu sudah kuno. Versi kedua adalah Allah berbicara langsung kepada kita pada hari ini. Rhema Theon mau mengganti Kitab Suci. Padahal kata Rhema Theon tidak seperti itu artinya.

Apa akibatnya? Akibatnya adalah mendualismekan perkataan Allah, sehingga yang dibicarakan Allah langsung kepada kita bisa lebih dinamis, lebih langsung dan lebih vital? Tidak heran banyak gereja yang mengaku memiliki Roh Kudus justru adalah gereja yang tidak pernah menafsirkan Alkitab dengan baik. Tidak heran jika gereja-gereja yang membanggakan diri memiliki Roh Kudus yang luar biasa, justru adalah orang yang tidak pernah mendirikan Sekolah Teologi dan tidak pernah menafsir Alkitab secara benar.

Mengapa Stephen Tong sekarang tidak mau diundang ke sana ke mari? Sebab saya tidak mau mencampurkan diri dengan mereka yang tidak bertanggung jawab lalu dianggap semua sama. Tidak sama! Saya mempunyai tugas membawa zaman ini kembali kepada Firman dengan tafsiran yang ketat. Saya tidak boleh sembarangan menghina kedudukan saya ini. Kalau Saudara tidak setuju, silahkan pergi. Kalau tinggal saya seorang diri pun saya akan tetap meneriakkan hal yang sama.

Hanya orang-orang yang tidak mau belajar Alkitab dengan baik yang sekarang menjadi pengkhotbah yang paling laku dengan pendengar yang banyak sekali. Lalu orang-orang menganggap pengkhotbah seperti itu sebagai dewa, sebab pendengarnya banyak. Saya berkata, inilah kecelakaan zaman ini! Karena itu, tidak heran kalau di Jakarta ada begitu banyak pendeta mengimpor ajaran palsu dari Amerika bahwa Tuhan Yesus akan datang bulan Oktrober 1992. Sekarang telah terbukti bahwa Tuhan Yesus tidak datang pada bulan Oktober. Ini membuktikan bahwa mereka adalah nabi-nabi palsu.

Kalau kita hanya melihat gejala dan menganggap semuanya itu membawa orang-orang menjadi Kristen, maka kita keliru. Di dalam kitab Ulangan dikatakan bahwa nabi-nabi palsu mengatakan sesuatu yang tidak terjadi. Kalau nabi palsu itu mengatakan sesuatu dan tidak terjadi, maka mereka harus dilempari batu sampai mati. Karena kita terlalu toleransi dan tidak mencintai Tuhan dengan sesungguhnya lalu kita menerima ajaran orang dengan sembarangan saja, asal ramai, asal gereja banyak orang. Itu bukan kehendak Tuhan. Kita perlu kembali dengan jujur dan setia kepada Tuhan.

Kalau Allah memperbolehkan segala sesuatu terjadi menurut kemauan kita sendiri, jangan merasa senang. Kalau Allah memperbolehkan kita sehingga kita bisa mendapat semua yang kita mau, ini adalah satu awal dari bahaya yang sangat besar. Bukan saja diri kita sendiri, tetapi bahaya bagi semua orang.

5. Allah membiarkan.

Orang yang dibiarkan oleh Allah akhirnya akan dibuang dan dihukum oleh Allah sampai binasa! Kita membaca istilah ini di sebutkan tiga kali dalam Alkitab yaitu dalam Roma 1:26,28. Allah menyerahkan mereka artinya Allah membiarkan mereka sebebas-bebasnya berbuat dosa. Pada waktu seseorang dibiarkan oleh Allah mereka malah merasa diri mendapat kebebasan yang paling mutlak sehingga tidak ada gangguan lagi. Kecelakaan yang terbesar adalah orang yang mengklaim otonomi yang mutlak dan menganggap Allah tidak ada, sebab ia bisa berbuat dosa semaunya sendiri tanpa Allah bertindak atau menghukum. Justru di sinilah terbukti bahwa mereka sedang menuju kepada kebinasaan yang tidak dapat diperbaiki kembali.

Pada saat tangan Tuhan ada atas diri kita, justru di situ ada pimpinan Tuhan yang tidak membiarkan kita berjalan di dalam kesesatan. Kisah Para Rasul 16:6,8 menunjukkan kepada kita bahwa ketika orang menjalankan kehendak Tuhan, kadang-kadang Tuhan merintangi atau menghambat. Di sini kita melihat bahwa Tuhan membiarkan yang binasa tetap binasa. Kita juga melihat prinsip yang sangat penting dalam Alkitab. Kalau kita mau menjalankan kehendak Tuhan, kadang-kadang makin kita taat pada Tuhan, ada rintangan yang berasal dari Tuhan sendiri.

Kalau demikian yang terjadi, biarlah kita bersyukur kepada Tuhan, sebab itulah cara Tuhan menyatakan maksud-Nya yang lain. Mengapa ketika Paulus mau berkhotbah di Frigia justru dihalangi oleh Roh Kudus? Karena Frigia adalah tempat yang disediakan untuk Petrus, bukan untuk Paulus. Kalau Paulus ada di Frigia, maka orang di Athena tidak bisa mendengar Injil. Orang Athena tidak akan mudah menerima Tuhan, kecuali kalau Paulus yang pergi. Sebab Petrus kurang mengerti latar belakang permasalahan filsafat Yunani.

Demikian juga dalam hal mengerti pimpinan Tuhan, setiap orang Kristen harus memiliki kepekaan dan ketaatan kepada Tuhan, supaya pimpinan dan rencana Tuhan semuanya terkait menjadi tenunan yang indah sampai kehendak Allah bagi tiap pribadi itu terjadi.

Jangan menangis pada saat ditinggalkan pacar, sebab Tuhan akan menyediakan yang lebih baik. Jangan sedih kalau rencana kita tidak terjadi, sebab Tuhan mempunyai rencana yang lebih tinggi dari rencana kita sendiri. Jangan takut kalau ada hambatan yang terjadi, sebab Tuhan sedang menggarap agar kita tidak menjadi anak liar yang “sebebas-bebasnya”.

Segala sesuatu di mana Tuhan campur tangan menjadi sesuatu yang indah, yang untuk sementara kita tidak mengerti, tetapi Tuhan tidak mungkin salah. Tuhan akan menggenapi rencana-Nya bagi kita.

Amin.

SUMBER :
Nama Buku : Mengetahui Kehendak Allah
Sub Judul : Bab X : Kehendak Allah (2)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2010
Halaman : 159 – 167