A man walking towards a cross with sunbeamsFirman : Yesaya 53:6,10; Efesus 1:4-6,10

Tiga aspek paling besar yang mendasari sifat agama yaitu unsur kekekalan, unsur moral dan unsur ibadat. Ketiga aspek ini dapat disimpulkan dalam satu kalimat: “Religion is a system and life of worship and morality toward the eternal hope – Agama merupakan satu sistem moral dan ibadat yang menuju kepada kebahagiaan yang diharapkan di dalam kekekalan.”

Sifat kekekalan membedakan kita dengan binatang. Binatang yang mati, habis; manusia mati, tidak selesai. Binatang mati, mereka tidak berada; manusia mati, menghadap Allah yang mencipta manusia itu. Itu sebabnya, keberadaan manusia adalah satu keberadaan yang tidak musnah, yang tidak berhenti dan yang tidak menjadi tidak berada. Kita berada untuk selama-lamanya. Karena itu menjadi manusia adalah hal yang serius. Menjadi manusia bukan hal yang boleh kita permainkan.

Karena kita bermoralitas, maka moral kita perlu dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Segala tindak-tanduk yang kita lakukan, segala pikiran dan perkataan yang kita ucapkan, harus kita pertanggung jawabkan di hadapan Tuhan Allah untuk selama-lamanya. Itu sebabnya kita perlu beribadat kepada Dia dan takluk kepada Kebenaran-Nya, yang menjadi dasar tentang bagaimana kita dapat hidup dengan baik.

Tetapi ketiga hal ini telah mengalami kegagalan. Kekekalan sudah kehilangan arah, moral sudah kehilangan standar, ibadat sudah kehilangan obyek ibadat yang sejati. Alkitab berkata bahwa manusia telah berubah dari oknum yang seharusnya bersembah-sujud kepada Allah yang kekal dan mulia, menjadi oknum yang bersembah-sujud kepada batu, perak dan patung-patung yang terbuat dari kayu, yang diukir oleh manusia. Ini adalah penyalah-gunaan kreatifitas. Manusia sudah menciptakan sesuatu “pencipta” yang palsu, sehingga dengan demikian manusia bersalah kepada Pencipta yang asli. “The created being, created master to create the created creator in order to sin against the True Creator.” Dengan memakai kreatifitas yang Tuhan berikan kepada manusia, manusia telah mencipta sesuatu yang mengganti Pencipta yang asli dan manusia menciptanya dengan barang yang dicipta oleh Tuhan Allah. Itu dosa yang besar sekali.

Agama-agama yang tanpa kembali kepada Yesus Kristus, hanya menyatakan bahwa manusia mempunyai nilai agama yang tinggi. Tetapi agama di dalam Kristrus membawa kita kembali kepada Tuhan.

SATU-SATUNYA KEMATIAN DALAM KEHENDAK ALLAH.

Allah menetapkan kehendak-Nya untuk melukai Dia, menekan Dia dan menjadikan Dia remuk (terjemahan lain dari Yesaya 53:10). Di sini kita melihat, ada satu rencana Allah yang harus diterima oleh Yesus Kristus. Paulus memakai kalimat yang lebih tuntas dan lebih jelas lagi: “Kristus menyerahkan diri bagi kita, menurut kehendak Allah. Mati di dalam kehendak Allah.” Ini adalah satu hal yang terkecuali di dalam seluruh Kitab Suci mengenai istilah “kematian”.

Saya tidak pernah berani mengatakan bahwa kematian merupakan kehendak Allah. Alkitab mengatakan bahwa kematian semua orang adalah upah dari dosa. Kematian merupakan akibat dosa yang tidak mungkin kitra hindari. Kita mati karena kita berbuat dosa. Kita mati karena kita telah melanggar perintah, melawan hukum Tuhan. Tetapi di antara berjuta-juta manusia yang mati di sepanjang sejarah, ada satu orang saja yang kematian-Nya di dalam kehendak Allah.

Begitu banyak orang muda yang hanya mau mengetahui kehendak Allah, pada waktu mereka sedang bingung mencari jodoh. Selain itu mereka tidak pernah mencari kehendak Allah dalam hidupnya. Alkitab menyatakan kepada kita bahwa istilah “kehendak” dipakai dalam hal yang begitu serius. Istilah “kehendak” tidak muncul terlalu sering di dalam Kitab Suci. Tetapi setiap kali istilah “kehendak” muncul, istilah itu muncul dengan satu wawasan yang besar sekali.

Sebagai hamba Tuhan, saya mau mermbawa seluruh dunia untuk kembali kepada rencana Allah yang asli, Mencari jodoh itu penting. Mencari pekerjaan juga penting. Bukankah di dalam hal itu seharusnya kita mencari kehendak Tuhan? Memang! Tetapi sebelum itu, kenalilah dahulu isi hati Tuhan secara menyeluruh. Kenalilah rencana Allah secara global dan secara mendasar. Maka dengan sendirinya prinsip-prinsip yang sudah tertanam di dalam hati Saudara akan memberikan kekuatan bagi Saudara untuk memilih dan Saudara tidak akan mudah tergelincir ke dalam kesalahan.

Di dalam Kristus kita melihat satu-satunya kematian yang di dalam Alkitab disebut sebagai kehendak Allah. The will of God is the death of Jesus Christ. Kristus mati di dalam kehendak Allah, kita mati karena dosa kita masing-masing. Perbedaan yang luar biasa besarnya! Bukan perbedaan derajat, bukan pula perbedaan kuantitas tetapi perbedaan sifat asasi, Semua orang mati di dalam kegagalan. Mati di dalam hukum Taurat yang mengakibatkan manusia menerima upah dosa.

Paulus berkata: “Hai maut dimanakah kemenanganmu? Hai maut di manakah sengatrmu? Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.” (1Korintus 15:55-59). Melalui perbuatan dosa yang melanggar Taurat, kita dihukum mati. Itu sebabnya dikatakan upah dosa adalah maut.

Tetapi mengapa Yesus yang tidak berdosa juga mengalami kematian? Jikalau kita mati, bukankah kematian kita adalah satu hal yang merupakan imbalan atas dosa kita? Tetapi mengapa Kristus juga mati? Kristus mati bukan karena berdosa, dan kematian Kristus tidak ada hubungannya dengan akibat dosa. Dia tidak berbuat dosa walaupun sudah dicobai dengan segala macam pencobaan, tetapi Kristus mati. Inilah satu rahasia kehendak Allah. “Allah berkehendak meremukkan Dia.”

Kehendak Allah di dalam bidang yang besar adalah agar manusia menjalankan kehendak-Nya! Tetapi manusia telah gagal! Di dalam kehendak Allah, Kristus menjadi Penebus untuk mengembalikan seluruh umat manusia yang dipilih Tuhan, kembali bersatu dengan Tuhan Allah di dalam diri Kristus! Paulus mengerti keadaan ini secara tuntas. Paulus menulis: “Sebelum dunia diciptakan, sudah dikehendaki Allah agar kita dipilih di dalam Kristus. Mendapatkan bagian sebagai anak-anak Allah. Kita diberi segala karunia dari sorga dan kita dijadikan anak-anak milik Tuhan menurut kehendak-Nya, di dalam Kristus yang diutus oleh-Nya, di dalam kematian Kristus yang sudah ditetapkan oleh-Nya” (terjemahan lain dari Efesus 1:4-10).

TURUNNYA KRISTUS KE DUNIA DAN KEHENDAK ALLAH.

Untuk seluruh umat manusia, ada satu kehendak Allah yang menjadi titik pusat, yaitu : Anak Allah yang tunggal harus datang ke dalam dunia. Anak Allah yang tunggal harus turun ke dalam dunia yang dicipta, sehingga menjadi satu titik kontak di tengah-tengah dunia yang tidak kelihatan dan dunia yang kelihatan; di tengah-tengah yang sementara dengan yang kekal; di tengah-tengah yang berdosa dengan yang suci; dan di tengah-tengah yang bisa mati dengan Allah yang tidak bisa mati. Kristus menjadi titik kontak antara manusia dengan Tuhan Allah.

Kita adalah orang berdosa yang bisa mati, hidup di dalam keadaan sementara. Kita adalah ciptaan yang telah berdosa dan menuju kepada kebinasaan. Tetapi, sekarang kita mempunyai satu titik kontak. Jika titik kontak itu tidak ada, maka:

  1. Manusia tidak mempunyai pengharapan;
  2. Manusia tidak mempunyai teladan hidup. Manusia tidak mungkin memiliki satu teladan tentang bagaimana seharusnya ia hidup baik-baik di dalam dunia. Kristus menjadi teladan yang paling sempurna. Kristus menjadi penguji dari karakter-karakter orang-orang agung yang lain di dalam sejarah. Kristus menjadi standar moral. Dan
  3. Manusia tidak akan mempunyai pegangan nilai yang sejati di dalam kebudayaan dan agama. Tidak ada satu orang yang bisa menilai dan tidak ada orang bisa menghitung berapa besar kerugian umat manusia. Kebudayaan-kebudayaan yang begitu banyak dan begitu dalam dipengaruhi oleh Kekristenan tidak akan ada.

Kitab Suci berkata kepada kita bahwa Allah menetapkan Kristrus turun ke dalam dunia. Inkarnasi harus terjadi. Agama berusaha mencari Allah, tetapi Kristus adalah Allah yang sungguh-sungguh mencari manusia. Agama menganggap diri sudah mencari Allah, tetapi Allah tidak mengakuinya. Tetapi Kristus adalah Allah yang betul-betul sudah mencari manusia dan sampai sekarang tetap mencari manusia.

Menurut teologi Reformed, agama sebenarnya suatu hal yang kelihatannya mencari Allah, tetapi Allah tidak mengakuinya. Maka John Stott, seorang teolog yang terkenal di Inggris sekaligus pendeta katekismus dari Pangeran Charles merumuskan: “Religion is not seeking for God, but religion ia an escape from God!”

Apakah manusia yang sudah beragama adalah manusia yang sudah dekat dengan Tuhan? Orang-orang beragama dan pemimpin-pemimpin agama, justru adalah orang-orang yang telah memaku Yesus Kristus di atas kayu salib. Yesus bukan dipaku oleh orang biasa. Yesus dipaku di atas kayu salib justru oleh pemimpin-pemimpin agama yang munafik, imam-imam besar yang tidak taat kepada Allah. Kelihatannya mereka mempunyai kedudukan agama yang besar dan tinggi, tetapi dalam hati mereka, mereka jauh dari rencana Allah.

Merekalah yang menuduh, memasukkan Kristus ke dalam pengadilan Pilatus, menjatuhkan hukuman kepada Dia, membentuk kelompok massa untuk berteriak: “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Mereka memberikan uang suapan kepada rakyat agar mereka mengatakan bahwa Kristus tidak bangkit, melainkan mayat Yesus dicuri. Mengapa agama yang palsu, agama yang munafik, mengakibatkan sesuatu pekerjaan yang begitu melawan kehendak Tuhan? Maka tepatlah jika dikatakan bahwa “Religion is not seeking for God but religion us an escape from God!”

Yesus Kristus datang ke dunia justru bukan untuk mendirikan agama Kristen, tetapi yang paling penting adalah untuk menjalankan kehendak Allah. Di dalam Kristus, Allah mau mengenal Dia, diselamatkan oleh Dia, meneladani Dia, berjalan mengikut Dia, dan memancarkan kemuliaan-Nya.

KEHENDAK ALLAH DI DALAM KRISTUS.

Istilah “di dalam Kristus” muncul berulang-ulang di dalam Perjanjian Baru. Ini merupakan satu istilah khsus di dalam iman kepercayaan orang Kristen. Di hadapan Allah hanya ada dua lingkungan yang disebut sebagai ”di dalam”. Pertama, ”di dalam Adam”; dan kedua “di dalam Kristus”.

Di hadapan Allah, manusia hanya diakui di dalam dua kategori ini. Di dalam Adam, manusia adalah manusia berdosa yang belum diselamatkan, yang mengikuti wakil mereka yaitu Adam yang memberontak kepada Allah. Di dalam Kristus, manusia adalah manusia berdosa yang sudah mengaku dosa dan diselamatkan, yang mengikuti wakil mereka yaitu Kristus yang taat kepada Allah. Adam pertama melawan kehendak Allah, Adam kedua menjalankan kehendak Allah.

Kita simpulkan seluruh hidup Adam dengan dua kalimat. Demikian juga dengan seluruh hidup Kristus. Adam berkata: “Not Your will God, But my will be done – Bukan kehendak-Mu, tetapi kehendakku yang jadi” Kristus sebaliknya berkata: “Not My will, But Thy will be done – Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu yang jadi.”

Di dalam teladan yang Adam berikan kepada kita, manusia mau mengumumkan otonomi sendiri. “No God! I don’t need Your guidance, I don’t need Your law, I don’t need Your commandements – Aku tidak perlu pimpinan-Mu, aku tidak perlu hukum-Mu, aku tidak perlu perintah-Mu.” dan “aku mengklaim bahwa diriku sendiri cukup mampu. Aku dewasa, berotonomi dan tidak perlu lagi dikuasai Roh-Mu yang kudus.” Inilah teladan Adam. Tetapi pada waktu Kristus datang ke dalam dunia, bagaimana Dia menjadi contoh?

Di Getsemani, Yesus mencurahkan keringat seperti darah. Itu merupakan satu kesedihan yang luar biasa. Pergumulan. Tetesan keringat yang keluar seperti darah, hanya dialami oleh mereka yang sedang di dalam kesedihan yang luar biasa. Di situ Kristus berdoa: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku, tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu yang terjadi.” (Lukas 22:42). Kitab Yesaya mencatat bahwa cawan itu adalah cawan murka Allah (Yesaya 51:17).

Inilah satu lembaran baru yang berlainan dengan lembaran hidup manusia lain. Berlainan dengan semua pendiri agama yang lain. Berlainan dengan semua keturunan Adam yang lain. Lembaran baru yang mencatat bahwa Anak Allah menjadi standar, menjadi contoh moral bagi Saudara dan saya. Bukan manusia yang kehendaknya jadi, tetapi Pencipta manusia yang kehendak-Nya jadi.

Jika dibandingkan antara taman Getsemani dengan taman Eden, maka terlalu gersang di Getsemani, terlalu subur di Eden. Terlalu sakit di Getsemani, selalu enak di Eden. Tetapi pada waktu Adam berada di taman yang enak, ia justru jatuh. Sebaliknya, Kristus di taman yang penuh sengsara justru sukses. Yang satu memaksa Allah mengikuti kehendaknya, yang lain menaklukkan kehendak-Nya di hadapan kehendak Allah. Berbeda, sama sekali berbeda!

Kita menjadi orang Kristen yang macam apakah? Macam Adam atau mau mengikut Kristus? Mengapa kita berdoa memaksa Tuhan? Apakah kita berdoa: “Tuhan, Engkau harus menyembuhkan! Tuhan, Engkau harus menjalankan ini, menjalankan itu, kalau tidak akui tidak akan percaya kepada-Mu?” Ataukah kita berdoa: “Tuhan, sebagai anak-Mu saya meminta kesembuhan, tetapi kehendak-Mu yang jadi, bukan kehendakku yang jadi?”

Jika tidak berhati-hati, kita malah mengubah seluruh situasi dan menjadikan Tuhan yang kita sebut Tuhan sebagai pembantu kita. Apakah kita berusaha menaklukkan Tuhan di bawah kehendak kita? Siapakah Tuhan? Jikalau Tuhan Saudara adalah TUHAN, biarlah Saudara menaklukkan diri ke bawah kehendak-Nya, bukan berusaha menaklukkan Dia ke bawah kehendak Saudara.

Yesus berkata: “Kehendak-Mu yang jadi.” Apakah kehendak Bapa? Kehendak Bapa ialah agar Yesus Kristus mati, dipisahkan dari Bapa. Perpisahan antara Allah Bapa dan Allah Anak merupakan satu kepahitan terbesar dari Sumber segala bijaksana, kasih dan segala persatuan! Bapa, Anak dan Roh Kudus, adalah Allah Tritunggal. Di Getsemani terjadi satu keharusan yang pahit yaitu perpisahan. Maka Kristus mengatakan: “Kalau mungkin, singkirkan cawan ini.” Tetapi Bapa mengatakan: “Engkau harus menerima cawan ini, karena inilah kehendak-Ku untuk menyelamatkan umat manusia yang dicipta menurut peta dan teladan-Ku.”

Puji Tuhan! Yesus Kristus meminum cawan itu sampai habis. Lalu Ia dipaku di atas kayu salib. Maka Alkitab mengatakan: Allah menetapkan untuk meremukkan Dia. Menurut kehendak Allah, Kristus menyerahkan diri-Nya mati bagi kita! Inilah satu-satunya kematian yang menurut kehendak Allah! Satu-satunya kematian yang direncanakan di dalam kehendak Allah yang asli. Dalam kematian Kristus, kita melihat kehendak Allah terlaksana.

a. Kasih Allah digenapi.

Kasih Allah harus dinyatakan kepada manusia, karena Dia adalah kasih. God is love. Di manakah kita bisa melihat kehendak Allah yang mengasihi kita itu? Di dalam pengorbanan. Tanpa pengorbanan tidak ada kasih!

Istilah “cinta” sudah menjadi begitu murah, sudah membanjiri zaman ini. Tetapi setiap kali kita mengucapkan “cinta”, mari kita uji dengan pengorbanan. “Every love should tested by sacrifice.” Pengorbanan menyatakan kasih yang sungguh.

Allah itu kasih adanya. Pemikiran ini ada secara samar-samar di dalam agama-agama. Tetapi ini menjadi suatu realita Kekristenan, di mana Anak Allah yang tunggal dikaruniakan untuk mati di atas kayu salib mengganti dosa Saudara dan saya. Ini konkrit, bukan abstrak. Bukan pula mimpi atau ilusi. Bukan imajinasi, tetapi riil. Kristus mati untuk Saudara dan saya. Ini kehendak Tuhan.

b. Keadilan Allah digenapi.

Apakah artinya keadilan Tuhan? Keadilan Tuhan berarti yang berdosa harus dihukum! Jikalau yang berdosa tidak dihukum berarti Allah tidak adil! Jikalau dosa harus dihukum, maka siapakah yang bisa menanggung hukuman yang berat ini? Saya mati untuk diri saya, saya mati adalah karena saya berdosa. Kematian saya tidak bisa menyelesaikan ataupun membenarkan segala kesalahan saya. Dosa begitu besar. Kematian tidak cukup untuk membayar hutang dosa yang sudah kita lakukan.

Bayangkan saja, jika seorang gila membunuh dua puluh orang sekaligus dengan pistol dan orang gila itu akhirnya dihukum mati. Bukankah dia yang dihukum mati hanya mempunyai satu nyawa? Tetapi bukankah dia sudah menghabiskan nyawa dua puluh orang? Bagaimana kematian seseorang bisa membayar hutang dosanya? Meskipun kita sampai mati, hancur menjadi bubuk sampai tulang kita pun hancur, tak mungkin kita membalas cinta kasih Tuhan Yesus. Karena keadilan Allah menghukum dosa begitu besar, begitu dahsyat.

Kita belum sadar berapa besarnya keadilan itu. Saya menangisi zaman ini, di mana Liberalisme mengajarkan tentang Allah yang kasih namun mereka menghindari khotbah tentang keadilan dan kesucian Allah. Sedangkan aliran-aliran yang murah, yang hanya mau emosi, yang hanya mau berkat Tuhan saja, jarang berkhotbah tentang hukuman Allah terhadap orang berdosa.

For you and for me, to be saved is free. Tuhan tidak menuntut apa-apa dari kita supaya kita diselamatkan. Untuk menjadi orang Kristen kita tidak harus membayar harga apa-apa. Tetapi jangan lupa, supaya Saudara dan saya bisa diselamatkan, Kristus sudah membayar harga yang sangat besar, yaitu harga dari kematian Anak Allah! “The death of the Son of God!” Anak Allah yang tunggal mati untuk Saudara dan saya. Ini kehendak Allah. Ini satu tuntutan keadilan yang dilunaskan.

Pelunasan itu memerlukan satu jiwa yang lebih dari sekedar jiwa yang terbatas dalam waktu dan tempat. Pelunasan itu memerlukan satu hidup yang lebih dari hidup yang dicipta. Yesus Kristus bukan dicipta, tetapi Dia adalah Pencipta itu sendiri. Yang tidak terbatas, datang ke dalam dunia. Itu sebabnya di dalam hidup yang tidak terbatas, Ia rela menanggung dosa seluruh umat manusia. Kita melihat The unlimites is substituting the limited once, – Yang tidak terbatas mengganti yang terbatas.” Itu sebab, Dia seorang yang sanggup menanggung dosa kita yang begitu banyak., Dia seorang yang mampu melunasi hutang kematian kekal yang seharusnya ditimpakan kepada kita masing-masing.

Puji Tuhan! Inilah keselamatan dari Tuhan Allah. Kehendak yang Allah tetapkan sebelum dunia dijadikan. Paulus mengatakan bahwa di dalam Kristus kita sudah direncanakan dan ditetapkan sebelum dunia diciptakan.

Orang yang belum diselamatkan dan orang yang belum mengetahui kehendak Allah dengan sungguh-sungguh, menonjolkan diri, dan merebut kemuliaan Tuhan di dalam pelayanannya dan bukannya datang untuk sungguh-sungguh melayani. Akan tetapi, jika Saudara betul-betul mengerti Kehendak Allah di dalam Kristus, yang dijadikan Allah sebagai titik kontak, contoh standar dan manusia kedua yang mengalahkan dosa dan kematian serta membawa kita kembali kepada Tuhan, maka Saudara akan mengetahui bagaimana seharusnya melayani Tuhan. Kristus datang ke dalam dunia untuk menggenapkan hal ini:

  1. Datang untuk menyalurkan kasih Allah, dan
  2. Datang untuk menanggung hukuman murka Allah berdasarkan keadilan Allah.

Kedua hal ini kita temui di atas kayu salib. Di atas kayu salib Kristus, kita melihat dua kutub dan dua hal yang pararel, yang ada di dalam kekekalan sifat Allah yakni cinta Allah yang kekal dan keadilan Allah yang kekal bertemu. Pertemuan ini penting sekali.

Saya kira kita harus belajar satu pelajaran, yaitu bagaimana menjadi seorang Kristen yang bsia mempertemukan keadilan dan cinta kasih! Orang Kristen yang hanya mempunyai cinta, tetapi tidak mempunyai keadilan, tidak dapat melayani Tuhan dengan baik. Sebaliknya, orang yang hanya mempunyai keadilan, ketegasan dan otoritas yang tinggi tanpa cinta kasih, tak bisa memerintah dengan baik. Kedua hal ini dipertemukan di atas kayu salib Kristus, karena itu Kristus adalah standar dan contoh bagi kita masing-masing. Ada cinta tetapi tidak ada keadilan, akan menjadi banjir yang mengakibatkan kecelakaan. Ada keadilan tetapi tidak ada cinta, akan menjadi kejam dan tanpa perikemanusiaan. Pertemuan antara cinta dan keadilan menjadi satu, memang merupakan satu kesulitan yang besar.

Semua nabi-nabi menegur bangsa Israel yang berbuat dosa. Mereka menegur bukan dengan kuasa, bukan dengan senapan, tetapi mereka menegur dengan air mata! Itu karena mereka bukan hanya memainkan wewenang saja, mereka sedang menjalankan kehendak Allah. Setiap teguran dikeluarkan dengan suara gemetar yang dibubuhi dengan air mata. Di sinilah cinta dan keadilan bertemu.

Pukulan ibu kepada anaknya, berlainan dengan pukulan dari seorang musuh. Jika musuh memukul Saudara, musuh memukul dan mengharapkan Saudara mati. Tetapi waktu seorang ibu memukul anaknya, ia memang memukul di atas badan anaknya, tetapi sakit ada di dalam hati ibu. Inilah paradoks! Di situlah timbul satu kesulitan yang berkombinasi. Karena apa? Karena di situlah kasih dan adil bertemu.

Kasih Allah dan keadilan Allah bertemu di dalam satu titik pusat yang paling klimaks, di Golgota. Allah yang mencintai manusia adalah Allah yang harus melemparkan manusia berdosa ke dalam neraka. Kedua hal yang begitu kutub ini berjumpa di atas Golgota. Kristus mati bagi Saudara dan saya. Dasar dari pertemuan kedua hal ini saya sebut sebagai bijaksana, akibat dari pertemuan kedua hal ini saya sebut sebagai kuasa dan keselamatan.

Orang yang bisa menggabungkan dua hal ini pasti mempunyai kuasa luar biasa di dalam pemerintahan dan pelayanan. Seorang raja, pendeta atau seorang pimpinan yang memerintah secara administratif, kalau hanya mempunyai cinta tanpa keadilan, tidak akan menjalankan tugasnya dengan benar. Demikian pula jika ia hanya mempunyai keadilan tanpa cinta, tidak akan menjalankan tugasnya dengan benar.

Waktu kedua hal ini bertemu, orang yang mempunyainya akan mempunyai kuasa yang luar biasa. Mempertemukan dua hal ini, memerlukan bijaksana yang luar biasa dari kehendak Tuhan Allah. Tuhan Yesus menjadi contoh kita dalam segala sesuatu. Kehendak Allah ialah mempertemukan kita dengan Dia, bersatu dengan Dia, di dalam diri Kristus yang mati di dalam kehendak Allah. Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk mempunyai pikiran yang lebih mendalam dan lebih cinta kepada Kristus, dan menjalankan kehendak Tuhan sampai tahap kematian kita.

Apakah Saudara mengerti siapakah Kristus? Apakah Saudara mengerti apa artinya menjadi orang yang beriman kepada Kristus? Apakah artinya mengerti bahwa Kristus sudah mati di dalam kehendak Allah bagi kita masing-masing? Sudahkah Saudara menerima Kristus di dalam hati Saudara?

Amin.

Nama Buku : Mengetahui Kehendak Allah
Sub Judul : Bab VII : Kehendak Allah Dan Penebusan
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2010
Halaman : 101 – 113