Kehendak Allah“Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki–tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku–.Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” Dan kemudian kata-Nya: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.” (Ibrani 10:5-7,9)

Terjemahan lain :”Lalu Aku berkata :”Aku datang ya Allah, untuk menjalankan kehendakMu. Segala sesuatu tentang Aku, sudah tercantum di dalam gulungan kitab-Mu.” (Ibrani 10:7)

“Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2:17)

—————————————

Kehendak Tuhan harus dimengerti dengan satu dasar pengertian yang paling penting, yaitu: Allah kita adalah Allah yang berdaulat! Allah adalah Allah yang mempunyai kedaulatan yang tidak boleh diganggu gugat atau ditawar oleh manusia. Di antara orang Kristen, banyak yang ingin menemukan satu Allah yang mendengarkan dirinya. Betapa banyak orang Kristen yang menginginkan agar Allah menaati kehendaknya dan bukan dirinya yang menaati kehendak Allah. Itu bukanlah Kristen yang sejati! Segala sesuatu harus taat kepada kedaulatan Tuhan Allah.

Pada waktu murid-murid Yesus bertanya kepada-Nya: “Tuhan ajarlah kami berdoa,” maka Kristus mengatakan: “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang ada di sorga. Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” (Matius 6:9-10; Lukas 11:1-2).

ALLAH ADALAH ALLAH YANG BERDAULAT

Apakah Tuhan memberikan semua yang kita mau? Jika demikian, maka Tuhan bukanlah Tuhan atas kita, tetapi menjadi pembantu kita. Jika banyak doa Saudara yang tidak Tuhan kabulkan, karena hal itu memang perlu bagi Saudara. Sebab, kita seringkali berdoa dengan sembarangan. Namun jika semua doa kita dikabulkan, maka Tuhan tidak membuktikan diri-Nya adalah Tuhan, tetapi penyuap!

Mampu membedakan antara doa yang berkenan kepada Tuhan dan doa yang berusaha menjadikan Tuhan sebagai pembantu, adalah ciri dari orang yang rohaninya baik. Sebaliknya, orang yang tidak dapat berbuat demikian adalah orang yang memiliki mata rohani yang buta dan telinga rohani yang tuli. Kiranya kita memiliki satu pengertian yang betul-betul dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Siapakah Allah yang harus kita taati? Allah yang kita kenal melalui Yesus Kristus, itulah yang harus kita taati! Melalui karya dan teladan Kristus, kita mengenal Allah. Hanya di dalam Kristus ada keselamatan serta anugerah yang memberikan pengampunan dosa. Di dalam Kristus kita melihat tanda dan teladan dari satu-satunya manusia yang taat kepada Allah. Dan ini tidak diberikan oleh nabi-nabi yang lain.

Pada waktu berada di taman Getsemani, Yesus Kristus telah menjadi teladan bagi manusia di segala zaman. Konklusi dari hidup Kristen adalah: “Bukan kehendak-Ku yang jadi, melainkan kehendak-Mulah yang jadi.” (Markus 14:36; Lukas 22:42). Jika kita mengakui kedaulatan Allah dan mengakui diri kita hanya sebagai salah satu ciptaan-Nya yang kecil dan yang seharusnya hidup di dalam ketaatan akan pengaturan tangan Allah, maka barulah kita mempunyai kemungkinan hidup sebagai orang Kristen yang mau menjalankan kehendak Allah.

KARYA DARI ALLAH YANG BERDAULAT

Ada tiga karya Allah yang paling besar:

  1. Allah yang sejati adalah Allah yang Mencipta (Creating God)
  2. Allah yang sejati adalah Allah yang Menebus (Reedeming God)
  3. Allah yang sejati adalah Allah yang Mewahyukan Diri (Revelation God)

Melalui karya Allah yang ketiga (memahyukan Diri), orang percaya mengetahui akan karya Allah yang pertama (Mencipta) dan kedua (Menebus). Jika Allah tidak menyatakan diri-Nya kepada kita, maka tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang Allah yang mencipta dan menebus. Semua karya-karya Allah disampaikan kepada kita melalui nabi-nabi dan rasul-rasul yang digerakkan Roh Kudus. Apa yang kita terima, membawa kita kembali kepada rencana Allah.

Alkitab berkata kepada kita bahwa Allah adalah Allah yang melakukan segala sesuatu menurut kehendak-Nya sendiri (Yesaya 46:9-11; Efesus 1:11). Tidak ada yang bisa mengganggu-gugat kehendak Allah atau bermain-main dengan kehendak Allah. Allah lebih besar dari segala sesuatu. John Calvin mengatakan: Nothing is greater than the will of God, except God Himself” – tidak ada yang lebih besar dari kehendak Allah, kecuali Allah sendiri.” Kehendak Allah adalah rencana Allah yang bersifat lebih besar dari segala sesuatu yang diciptakan. Itulah kehendak total yang harus berjalan, di sorga maupun di bumi. Kita harus menyerahkan kehendak kita ke dalam kehendak-Nya. Mati hidup kita ditentukan oleh Tuhan.

Keberadaan kita ditentukan oleh Dia. Jika Allah tidak berkehendak untuk mencipta, maka tidak ada sesuatu pun akan menjadi ada. Jika Allah tidak berkehendak untuk menebus, maka tidak ada seorang pun yang bisa diselamatkan. Jika Allah tidak berkehendak untuk mengutus Kristus supaya mati bagi kita, maka tidak ada seorang pun yang bisa menjual Yesus ataupun menyalibkan Dia.

TINGKATAN DALAM KEHENDAK ALLAH YANG BERDAULAT

1. Rencana Allah.

Rencana Allah adalah salah satu atribut Allah yang diberikan kepada manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa berencana. Berdagang perlu rencana, mengusahakan sesuatu perlu rencana, studi perlu rencana, mengerjakan satu hal yang bersifat membawa pengaruh memerlukan rencana. Rencana tidak pernah ada pada makhluk lain selain dari manusia. Manusia dicipta menurut peta teladan Allah. Allah adalah Allah yang berencana. Allah adalah Allah yang ber-ordo, berorganisasi. Allah adalah Allah yang ber-administrasi.

Satu lembar daun yang kelihatan sederhana, mempunyai susunan sel yang begitu rumit, rapi dan sempurna. Allah kita bukanlah Allah yang sembarangan. Demikian pula setiap kita yang hari ini menikmati hidup di dalam keselamatan, harus mengingat bahwa keselamatan diri kita bukanlah di luar rencana Allah.

Kalau kita mau mengerti kehendak Allah, maka seumur hidup kita harus baik-baik mempelajari akan rencana Allah. Baik itu rencana Allah bagi alam semesta, bagi sejarah, bagi diri kita pribadi maupun bagi negara kita. Kita akan menjadi orang yang lebih beres dalam pemikiran maupun dalam tingkah-laku, jika kita mengerti, menangkap dan taat akan semua rencana, prinsip dan cara Allah bekerja. Alangkah indahnya jika seseorang hidup taat memenuhi rencana Allah dan alangkah celakanya jika seseorang hidup di luar ketaatan kepada rencana Allah.

Orang yang memiliki paham deisme mengajarkan bahwa setelah Allah menciptakan segala sesuatu, maka Allah membiarkan dunia berjalan sendiri tanpa kontrol-Nya. Deisme bukanlah ajaran Kristen. Herbert of Charbury adalah orang yang mencetuskan paham deisme, lalu diterima oleh orang-orang Encyclopaedic School of Philosophy di Perancis seperti Voltaire. Dalam abad-abad Pencerahan (abad 17-18), orang-orang di Jerman juga menerima paham Deisme.

Deisme antara lain mengajukan pemikiran demikian: Jika Allah mencintai dunia, mengapa dunia penuh dengan orang-orang sengsara? Jika Allah peduli akan dunia, mengapa di dalam dunia ada banyak kemalangan?

Orang-orang Kristen tidak boleh mengikuti arus dunia yang tidak mengenal Allah yang sejati (1 Korintus 1:20-21). Dalam perjalanan menuju ajal kita, kita harus berhenti dan merenungkan serta bersikap bijaksana, yaitu menantikan jawaban Tuhan dan tidak bertindak teledor sehingga jatuh ke dalam tangan setan. Kita menolak deisme, karena deisme tidak pernah memberikan jawaban atas kehidupan manusia.

Apakah ada orang tua yang tidak merencanakan hal-hal yang baik bagi anaknya? Orang Kristen harus mengerti bahwa Bapa kita di sorga, mempunyai rencana yang baik bagi kita (Roma 8:28). Hendaklah kebebasan remaja dan pemuda-pemudi tidak menjadi liar, yaitu di luar ketaatan kjepada rencana Allah. Janganlah mencari hari depan di luar kehendak Allah. Berdoalah baik-baik, memohon agar hidup Saudara sesuai dengan rencana Allah.

Allah mempunyai rencana, dan rencana Allah mempunyai prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip dari rencana Allah harus kita pelajari hanya dari Kitab Suci, bukan dari pengalaman atau dari perasaan sendiri. Orang-orang yang menjunjung tinggi pengalaman dan perasaannya, dan orang-orang yang mengidolakan rasio dan analisanya, akan menjadikan dirinya sebagai orang-orang yang melawan kehendak Allah.

Jika perasaan kita, tidak sesuai dengan Alkitab, biarlah kita membuang perasaan itu. Jika pengalaman kita yang indah tidak sesuai dengan Alkitan, bukan Alkitab yang mesti dibuang, tetapi penghalaman kita yang indah itulah yang mesti dibuang. Jika penganalisaan kita melawan Alkitab, maka penganalisaan kita yang perlu dibuang, bukan kebenaran Alkitab.

2. Pengaturan Allah.

Dalam Yunus 1:17 dikatakan: “Maka atas penentuanTUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.” Selain merencanakan, Allah juga menginginkan agar rencana-Nya berhasil atau digenapi. Allah mengatur dan memimpin. Dengan mengatur, Allah memberikan satu hal yang bersifat obyektif kepada manusia. Dengan memimpin, Allah memberikan satu hal yang subyektif kepada kita.

Dalam terjemahan Indonesia, pengaturan Allah diterjemahkan sebagai penentuan Allah (misalnya Yunus 1:17; 4:6). Waktu mau menjalankan kehendak Tuhan, kadang-kadang kita sulit mengetahuinya. Rencana Allah bersifat statis, tetapi pengaturan Tuhan bersifat dinamis dan memimpin kita untuk masuk ke dalam rencana Allah yang statis ini. Pengaturan Allah kadang-kadang sesuai dengan keinginan kita, tetapi kadang-kadang pengaturan Tuhan justru sama sekali berlawanan dengan keinginan kita.

Jangan lupa bahwa manusia adalah satu-satunya ciptaan yang mempunyai kehendak. Kehendak manusia jauh lebih kecil daripada kehendak Allah (yang menciptakan kehendak di dalam hati manusia). Jika kita memang betul-betul mencintai Tuhan dan taat di bawah kedaulatan-Nya, maka kelak kita akan mengerti, bahwa pengaturan Tuhan tidak pernah merugikan kita! Pengaturan Tuhan membawa kita kepada keindahan yang akan kita temukan di dalam rencana Allah.

Kadang kita tidak mengerti akan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini. Entah itu berupa pengalaman yang kurang berkenan kepada kita ataupun keadaan yang menjadikan kita tidak puas. Hal ini menjadikan diri kita dipenuhi dengan pertanyaan: Mengapa? Sebenarnya pertanyaan seperti itu timbul dari hati kita, karena kita tidak bisa melihat seluruh pengaturan Tuhan.

Tuhan Yesus berkata: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” (Yohanes 13:7). Bahkan orang-orang yang begitu dekat dengan Tuhan sekalipun, pada satu saat pernah mengalami bahwa mereka tidak tahu jalan akan kehendak Tuhan. Jika kita berkata: “Aku tidak tahu kehendak-Mu, Tuhan,” maka ini adalah sesuatu yang normal. Tetapi jika seseorang selalu berkata: “Inilah kehendak Tuhan,” dan mengungkapkan dirinya sebagai orang yang mengetahui seluruh kehendak Tuhan, maka orang itu pasti tidak benar. Justru murid-murid yang paling dekat dengan Yesus Kristus, dibiarkan-Nya sementara untuk tidak tahu dengan jelas tentang kehendak Tuhan.

Apakah dalam pengaturan Tuhan ada kemungkinan salah? Tidak! Pengaturan Tuhan jauh lebih indah dari apa yang kita rencanakan. Allah yang mempunyai rencana adalah Allah yang mengatur segala sesuatu sehingga akhirnya rencana-Nya itu akan tergenapi. Barangsiapa yang taat, takut dan sungguh-sungguh setia kepada Tuhan, tidak mungkin akan dirugikan oleh-Nya. Orang yang melarikan diri dari pengaturan Tuhan adalah orang yang paling celaka. Orang yang menganggap dirinya lebih pintar dari Tuhan, lalu mencari jalan dan mencari akal untuk melarikan diri dari campur tangan Tuhan dalam kehidupannya, orang sedemikian akan menerima bahaya yang besar. Janganlah berusaha melarikan diri dari pengaturan Tuhan.

3. Pimpinan Allah.

Dalam Roma 8:14-16 dikatakan: “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”

Ada kesaksian yang bersifat ganda di sini. Roh kita yang sudah diselamatkan dan diperanakkan pula, bersaksi bahwa kita adalah anak Allah. Tetapi ini saja tidak cukup. Roh Allah yang berada di dalam diri kita juga membuktikan dan memberikan kesaksian bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Untuk apa Allah memberikan Roh-Nya kepada kita? Bukan supaya hidup kita menjadi aneh, bukan pula menjadi congkak, menganggap dirinya lebih rohani dari pada orang lain, tetapi supaya roh manusia dipimpin! Religion controls personality, tribulation trials personality, and Holy Spirit guides personality. Agama memberikan peraturan-peraturan yang mengikat dan menakutkan manusia. Dalam agama, ada semacam kuasa pengontrolan atas pribadi manusia. Tidak-tanduk manusia dikontrol oleh agama. Ini dinyatakan pada waktu seseorang tidak makan makanan tertentu, bersujud karena takut dimurkai, dsbnya. Itulah kontrol agama.

Allah mengirim Anak-Nya bukan untuk membangun satu agama baru. Allah mengirim Kristus untuk menggenapi rencana keselamatan. Sebagai karya kedua dari tiga karya-Nya yang paling besar, Kristus datang untuk menggenapi Taurat (Matius 5:17); menggenapi rencana keselamatan dari Allah (Yohanes 3:16), dan menggenapi cara Allah menebus manusia (Imamat 17:11; Matius 26:28; Ibrani 9:22; Wahyu 5:9).

Jika agama mengontrol dan membuat manusia menjadi makhluk yang takut kepada Tuhannya, maka Roh Kudus justru memimpin manusia, sehingga manusia mengetahui bagaimana berjalan menurut kehendak Allah.

Seorang raja pada masa Tiongkok kuno, memberikan mandat kepada seorang pembesarnya untuk mencari cara penanggulangan banjir yang sering melanda daratan Tiongkok secara besar-besaran. Setelah menerima mandat itu, sang pembesar tersebut memerintahkan bawahannya untuk menggerakkan kaum buruh, membangun tanggul-tanggul raksasa. Maka tanggul-tanggul tersebut mulai menampung banjir. Namun lama-kelamaan air semakin meluap dan tanggul-tanggul tersebut tidak mampu menahan banjir. Akhirnya tanggul-tanggul jebol dan rakyat banyak yang menjadi korban.

Pembesar itu pun kemudian menjalani hukuman penggal. Sang raja kemudian juga memberikan mandat kepada anak sang pembesar untuk menyelesaikan tugas dari ayahnya. Anak sang pembesar itu mulai berpikir keras dan menganalisa kesalahan yang telah dilakukan ayahnya. Setelah menganalisa, maka dia menemukan cara yang lebih baik daripada membuat tanggul, yaitu dengan membuat saluran-saluran air atau got-got yang panjang, yang menyalurkan air hujan ke laut. Banjir yang datang, ditanggulangi dengan menyalurkannya ke dalam selokan-selokan, dan selokan-selokan menyalurkan air banjir menuju ke laut. Seperti itulah cara Roh Kudus bekerja.

Apakah gunanya kita menakut-nakuti pemuda-pemudi kita dengan segala batasan agama, segala peraturan yang mengikat ataupun dengan segala ancaman (bagaikan tanggul yang menahan banjir)? Bukankah seharusnya kita menyalurkan dan memimpin mereka supaya potensi dan kekuatan mereka disalurkan dengan baik (seperti banjir yang disalurkan lewat selokan menuju ke laut)? Bukankah kita seharusnya mengarahkan pemuda-pemudi di dalam arus, wadah dan tempat yang baik, dan dalam kemungkinan di mana mereka dapat mengekspos talenta-talenta yang ada di dalam pimpinan yang baik? Bukankah dengan demikian pemuda-pemudi kita akan menjadi orang-orang yang indah luar biasa?

Itulah perbedaan antara agama dan karya Roh Kudus. Agama mengontrol satu karakter. Roh Kudus membimbing satu karakter. Tuhan tidak berkata kepada orang cerewet yang bertobat untuk menjahit mulutnya. Tuhan tidak memerintahkan orang bertobat yang sifatnya keras menjadi lunak. Pendeknya, Tuhan tidak mengubah kepribadian dari orang orang yang bertobat, tetapi memimpinnya pada jalur yang benar, jalur yang Dia kehendaki.

Orang yang sebelum bertobat adalah orang yang cerewet, sesudah bertobat pun silahkan cerewet. Hanya, jika sebelum bertobat orang itu cerewet memaki-maki orang lain, maka sekarang setelah bertobat, orang itu cerewet untuk mengabarkan Injil kepada orang lain. Masa sekarang ini justru adalah masa di mana gereja kekurangan orang cerewet yang mengabarkan Injil. Jika semua orang di gereja adalah orang pendiam, lalu siapakah yang akan mengabarkan tentang Kristus? Orang cerewet yang dipimpin Roh Kudus akan cerewet untuk mengatakan hal-hal yang bersifat membangun orang lain.

Jika sebelum bertobat, seseorang memiliki sifat yang keras, maka setelah menjadi Kristen sifat tersebut tidak harus diubah menjadi lunak. Namun ada perbedaan antara sifat keras yang dulu dengan sifat keras yang sekarang. Jika dulu keras tidak menurut kepada panggilan Tuhan, kini keras tidak mengikuti panggilan setan.

Roh Kudus memimpin temperamen atau karakter dan segala sesuatu yang ada pada diri kita menuju kepada arah yang benar. Dengan demikian, potensi diri kita disalurkan dengan baik. Pimpinan Roh Kudus membawa kita ke dalam kehendak Allah. The guidance of Holy Spirit is to bring us into the richness of the understanding and obedience of the will of God.

Amin.

SUMBER :
Nama Buku            : Mengetahui Kehendak Allah
Sub Judul               : Bab X : Kehendak Allah (1)
Penulis                   : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit                 : Momentum, 2010
Halaman                : 149 – 158