Dalam tulisan sebelumnya yang berjudul  “Sumenep Bersama : Pulau Gili Iyang“, hanya bercerita tentang perjalanan ke Gili Iyang yang berlangsung satu hari tanggal 8 Desember 2021 sementara kebersamaan kami di Sumenep selama lima hari. Berikut kisah perjalanan kami, kiranya dapat menginspirasi pembaca setia blog nusahati.

Minggu pagi  kami sudah bercengkerama temu kangen dengan keluarga Kompol Palma Fitria Fahlevi yang berlokasi di jalan Urip Sumoharjo  Mastasek Pabian kota sumenep. Saat kunjungan kami bertepatan dengan sedang berbuahnya pohon mangga yang tepat berada disisi kanan halaman depan rumah, sambil makan mangga obrolan kami sampai kepada tempat-tempat wisata yang prioritas dikunjungi di Sumenep.

Pantai Slopeng, Minggu 05122021

Di hari pertama, kami diajak untuk mengunjungi Pantai Slopeng. Inova dan Rush pun berjalan beriringan menuju Pantai slopeng yang berbatasan dengan kecamatan Ambunten,  hamparan pasir pantai yang luas dan lembut konon sangat mengasyikkan, sepertinya pantai slopeng pun sudah tak sabar menunggu kedatangan kami. Hanya membutuhkan sekitar 35 menit dari kota Sumenep untuk mencapai Pantai Slopeng dengan segala keindahannya.

Kondisi cuaca laut saat kami berkunjung memang kurang bersahabat sehingga air laut yang biasanya jernih tampak sama dengan warna pasir dipantai. Dengan tiket yang sangat terjangkau yaitu Rp. 5000 per orang kita sudah bisa mengunjungi pantai dan tempat berteduh yang sangat nyaman sambil menyeruput air kelapa muda dan hembusan angin pantai yang membuat mata terasa nyaman untuk terbang beberapa saat ketempat yang paling indah. 

Pramudya (Sibontot papa) memimpin Keenan dan Fisha anak dari Palma/Sally berenang di pantai sementara kami semua mengamati dan ikut bermain air sambil berfoto, bahkan saya dan istri tercinta sempat beberapa kali mengambil gambar dan  merekam suasana di sepanjang pantai Slopeng.  Setelah puas bermain di pantai, kami pun diajak untuk jamuan makan malam dengan menu ikan Bakar yang berada disepanjang jalan Lingkar Timur kota Sumenep.

Goa Soekarno dan Pantai Lombang, Senin 06122021

a. Goa Soekarno

Terinspirasi dari IG yang di pernah ditampilkan di @indahsally, maka rencana kunjungan di hari ke dua adalah Goa Soekarno. Awalnya penulis berfikiran bahwa Goa Soekarno adalah salah satu tempat yang pernah dikunjungi oleh Presiden Pertama Indonesia sebagaimana Museum Pengasingan Soekarno di Rengasdengklok yang berada tidak jauh dari kota tempat tinggal kami Karawang, namun ternyata tidak sodara-sodara.

Adalah benar jika Goa Soekarno itu diambil dari nama presiden pertama karena nyatanya di dalamnya ada patung dan foto-foto Soekarno, menurut legenda  Goa tersebut ditempati Kyai Sukardi seorang Musyafir pengagum soekarno.

Dengan perjalanan kurang lebih 40 km dari kota Sumenep, kami tiba di Panaongan tempat Goa Soekarno berada, awalnya kami agak bingung karena googlemaps sepertinya mengambil jalan alternatif yang agak sempit. Terkait khabar keindahan Goa Soekarno, benar saja, hanya dengan tiket Rp. 15.000,- per orang kami bisa menikmati panorama yang luar biasa di dalamnya, walaupun seperti goa pada umumnya namun Goa Soekarno ini sejuk dan indah dengan warna warni lampu yang baik menerangi goa serta angin yang dengan bebas keluar dan masuk dari celah arus angin yang banyak serta stalaktit dan stalagmit yang sedap dipandang, bahkan kalau mau ambil spot untuk berfoto banyak tempat yang bisa dicoba. Ssst….., di dalamnya juga ada cafe yang menyajikan makanan dan minuman ringan serta tempat bernyanyi yang bernama Goakustik, kita bisa bernyanyi di dalamnya diiringi gitar atau karoke dari Youtube, bahkan kami menghabiskan lebih banyak waktu di lokasi ini sambil bernyanyi secara bergantian.

b. Pantai Lombang

Setelah puas di Goa Soekarno, kami langsung menuju pantai Lombang yaitu pantai yang terletak di Kecamatan Batang-Batang, konon katanya pantai ini adalah tempat wisata favorit di kabupaten Sumenep. Hanya dengan perjalanan kurang lebih 35 menit dari Goa Soekarno, dalam perjalanan kami melintasi  batu kapur kombang.

Perjalanan menuju pantai Lombang, sangat menarik karena jalan aspal yang berliuk-liuk dan bergelombang, yang sengaja saya kebut ketika melalui jalan bergelombang sehinga suasana kabin penuh ceria apalagi Fisha dan Keenan sangat antusias menikmatinya. Sementara kiri kanan terhampar bukit kapur yang indah dan menarik, ingin rasanya berhenti sekedar menikmati daerah sekitar, dengan bukit kapur yang bisa langsung memandang laut biru dikejauhan secara leluasa. Namun, karena tidak masuk dalam rencana dan melihat waktu maka target Pantai Lombang mengalahkan keinginan tadi.

Dengan membayar harga tiket sebesar Rp. 7.000 per orang, sang petugas tiket bertanya asal kami karena melihat mobil Rush Ultimo berplat T yang sepertinya plat yang tidak biasa dan jarang dilihat sambil memberikan buku panduan wisata Sumenep.

Benar saja, pantai ini memiliki daya tarik tersendiri berupa garis pantai yang panjang dan lebar serta sangat alami. Disepanjang pinggir pantai ditumbuhi pepohonan cemara udang yang rimbun bermanfaat sebagai tempat berteduh. Karena kunjungan kami dihari kerja, jadi seakan-akan kami menyewa areal wisata tersebut secara keseluruhan, sementara dikejauhan anak-anak kampung sekitar sedang asyik bermain bola.

Dipantai lombang ini kami tidak bermain air, melainkan bermain-main pasir dan berkuda disepanjang pantai. Bahkan kami berkali-kali lomba lari sambil direkam dan difoto dengan apik oleh Mario yang baru saja mendapatkan Handphone baru sebagai hadiah ulang tahunnya. Untuk menyewa kuda kami hanya membayar Rp. 20 ribu untuk sekali putaran sejauh 400 meteran (Gambar Reyhan dan Keenan Pasukan berkuda). Menurut para penyewa kuda, hari sebelumnya yaitu hari Minggu pantai ini sangat ramai pengunjung, agak berbeda dengan hari biasa.

Sayangnya baru bermain sekitar 45 menitan, angin kencang dan awan sudah sangat gelap pertanda akan turun hujan lebat. Kami pun berkemas diri dan bubar serta berlari-lari menuju mobil yang tidak jauh terparkir, dan hujan lebatpun mengiringi kami menuju base camp rumah dinas di Jalan Urip Sumoharjo. Suasana dalam kabin menuju rumah tampak hening dan sepi karena tampaknya Pram, Keenan, dan Fisha sudah kelelahan dan tertidur pulas hingga tiba di rumah.

Museum Keraton Sumenep & Pantai Ekasogi, Selasa 07122021

a. Museum Keraton Sumenep

Perjalanan wisata kali ini, adalah perjalanan tidak biasa karena pesertanya adalah Kol (Purn) Khatab Widiarto orang tua kami dibersamai oleh anak, cucu dan cicitnya Pramudya, Keenan, dan Fisha.

Museum yang terletak di jalan Dr. Sutomo lingkungan delama pajagalan kota Sumenep,  adalah tempat yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke Sumenep.

Memang awalnya agak bingung karena minim petunjuk, pun ketika memasuki kawasan museum agak jarang orang yang bisa ditanya terkait tata cara memasuki dan parkirnya. Ketika kami mau parkir tidak ada yang memandu, maka ketika kami sudah keluar dari mobil, ada yang menghampiri jika kami tidak boleh parkir disitu tanpa memberitahu dimana kami harus parkir. Akhirnya saya parkir didekat pintu gerbang paling pinggir, dan dengan percaya diri memasuki tempat museum. Setelah masuk ke dalam, lah kami disuruh keluar karena harus membeli tiket terlebih dahulu sambil menunjuk tempatnya.

Ketika memasuki tempat pembelian tiketpun, tidak ada petugas walau akhirnya petugasnya saya temukan sedang tertidur didekat salah satu tempat bersejarah. Setelah dia terbangun maka kami membeli tiket Rp. 4.000,- per orang (sangat murah sekali dengan gambaran sejarah yang akan kita selami di dalamnya) dan petugas tersebut membimbing, mengajak kami serta menceritakan setiap ornamen yang ada disekitaran Museum serta sejarahnya dengan fasih dan jelas sekali. Mulai dari daftar nama raja dan bupati sumenep, peninggalan-peninggalan berupa lemari tinggi tempat tombak, tempat pertapaan, kamar raja, ratu, dan putri, patung-patung bernuansa Hindu, kereta kuda hadiah dari Kerajaan Inggris dan lain-lain.

Setelah secara runut dan sistematis, petugas yang menjadi pemandu kami mengajak ke tempat taman pemandian Poetri Koning, terdapat satu kolam dengan tiga pintu masuk dengan masing-masing keyakinan di dalamnya apabila kita membasuhkan muka dengan air dalam kolam tersebut. Pintu I diyakini akan awet muda, mudah jodoh dan memiliki keturunan, Pintu ke II diyakini meningkatkan karir dan jabatan, dan Pintu III diyakini meingkatkan keimanan kita kepada Tuhan pencipta langit dan bumi. Taman pemandian Poetri Koning adalah sesi terakhir dalam rangkaian wisata Museum Keraton Sumenep, sambil mengucapkan rasa terima kasih atas setiap penjelasan rinci yang diberikan kamipun tidak lupa memberikan sekedarnya sebagai rasa terima kasih kepada Pemandu yang baik hati.

b. Pantai Ekasogi

Perjalanan wisata Museum Keraton Sumenep ternyata cukup membuat kami lapar, maka sebelum menuju Pantai Ekasogi kamipun menuju Depot Sate 35 Bluto, jaraknya pun tidak terlalu jauh dari lokasi museum walaupun tidak bisa disebut dekat. Sesampai dilokasi Depot Sate 35 Bluto, ada rasa kecewa karena jarak waktu antara pemesanan dan penyajian hampir satu jam sementara pengunjung pun tidak terlalu ramai dan tanpa ada penjelasan padahal kami ini adalah Wisatawan dari Karawang yang sedang lapar :D. Mungkin karena ada rasa jengkel, maka rasa makanannya pun agak berkurang 😛

Setelah selesai makan, langsung memasang Aplikasi Waze menuju Pantai Ekasogi. Jujur saja penggunaan Aplikasi Waze membuat geleng-geleng kepala karena suka sekali mengambil jalan yang tidak biasa, dimana hanya bisa dilalui satu mobil saja dan melalui perkampungan sekitar. Setelah perjalanan yang berliku-liku yang seharusnya tidak karena kecerobohan aplikasi Waze akhirnya kami pun tiba di Pantai Ekasogi.

Sempat juga ada perdebatan kecil, karena ternyata pantai ekasogi ini harus dilalui dengan berjalan kaki dari lokasi parkir kendaraan sekitar 200 meteran, sementara saat itu tidak ada ojek yang mangkal walau tertulis ojek Rp. 5000 menuju pantai. Perdebatan terjadi karena Bapak Kolonel agak kesulitan jika harus berjalan kaki sejauh itu dengan kondisi jalan yang menurun dan licin. Namun beruntung, ada motor yang hendak menuju lokasi mau memberi tumpangan untuk bapak.

Melihat pantai Ekasohi, sebenarnya lebih layak disebut sebagai hutan Mangrove sebagaimana Taman Wisata Alam Hutan Mangrove Pantai Indah Kapuk, bedanya adalah Ekasogi ini memiliki pantai dimana anak-anak bisa bermain air di dalamnya dan ditata secara apik.

Hanya dengan membayar tiket Rp. 10.000,- kita sudah dapat menikmati sajian yang ada di dalamnya yang menurut penulis ok banget, karena tersedia juga penginapan dan track jalan mengelilingi seluruh wilayah pantainya. Dan seperti biasa, Pram, Keenan dan Fisha langsung menceburkan diri dan bermain-main dipantai ekasogi sementara kami menikmati panorama yang ada. Setelah puas berwisata di pantai ekasogi, kami pun pulang dengan tantangan menuju tempat parkir, dan perjalanan pulang pun berjalan lancar karena kali ini kami tidak melihat lagi Aplikasi Waze, petunjuk warga setempat sudah cukup menghantar kami dengan cepat ke jalan besar, tidak ketika diawal perjalan kami menuju pantai Ekasogi tadi.

Akhir Perjalanan Sumenep Bersama

Sebagaimana jadwal yang sudah kami sepakati di Karawang secara demokratis, maka Hari Kamis tanggal 9 Desember 2021 kami pun berpamitan meninggalkan kota Sumenep. Dalam perjalanan menuju Malang, semua kebersamaan selama di Sumenep teringat kembali, baik saat dirumah maupun saat mengunjungi tempat-tempat wisata selama di Sumenep. Teringat kepada Keenan dan Fisha yang sering sekali duduk di atas perosotan sambil memandang kami yang selonjoran tidur di ruang tengah, teringat saat ngobrol diruang makan dan dapur sambil menikmati sajian barbeque ala korea, duduk-duduk di kursi depan  sambil melihat polisi-polisi yang berlari-lari menuju ruang Upacara Apel pagi. Sekali waktu penulis bertanya kepada Fisha, “Fisha!, kalau Opung kangen bagaimana dong?” Fisha spontan menjawab, “Opung kan bisa telepon aku kapan saja!” Jawaban yang luar biasa untuk usia lima tahunan.

Tidak lupa kami berterima kasih kepada Palma  yang begitu perhatian dan rendah hati dengan keberadaan kami walau ruang tengah berantakan seperti kapal pecah, kepada Sally dan Mbak Lily yang selalu sigap memenuhi setiap kebutuhan kami selama di sana. Doa kami kiranya kita selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan serta kekuatan atas setiap masalah yang kita hadapi.

Artikel Sejenis Menarik Lainnya :