Di masa liburan anak sekolah, banyak wacana dalam benak ini untuk menghilangkan kejenuhan anak-anak dan mamahnya. Harus diakui bahwa sebagai seorang ayah tentu memiliki kesibukannya sendiri yang kadang membuat lupa keluarganya yaitu bekerja, apalagi bekerja disebuah institusi yang paling penting di republik ini :D, dan Jakarta Fair, adalah suatu pilihan kali ini…

Bayangan Jakarta Fair yang selalu terngiang dalam benak ini adalah kenangan ketika masih kecil dahulu, dahulu di hampir setiap stand yang ada, di atapnya berdiri orang-orang “kerdil” yang berjoget…. dan jenis variasi hadiahnya yang menggiurkan seperti lampu petromax, bola2 besar, sepeda dan lain-lain, kemanapun berjalan tugu monas selalu terlihat sangat indah dan berkesan… yah itu dulu ketika saya masih sekolah dasar…

Sedikit Tentang Sejarah Pekan Raya Jakarta

Jika kita membuka kembali buku-buku sejarah maka diketahui bahwa pelaksanaan Pekan Raya Jakarta atau dulu dikenal dengan sebutan Djakarta Fair (DF) pertama kali dilakukan  pada tanggal 5 Juni 1968 yang digelar di Lapangan Ikada (kawasan monas) yang dibuka secara langsung oleh Presiden Soeharto dengan selebrasi melepas burung merpati pos.

Adapun cikal bakal Jakarta Fair berawal dari ide Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang saat itu dijabat oleh Syamsudin Mangan (Haji Mangan) sebagai ajang pameran untuk pemasaran produksi dalam negeri dan ide tersebut disambut oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Bapak Ali Sadikin (1967) untuk menyatukan pasar malam yang tersebar di Jakarta.

Sejak tahun 1992 pelaksanaan Pekan Raya Jakarta dipindah ke Kawasan Kemayoran dengan menempati area seluas 44 hektar yang sebelumnya dikawasan monas hanya seluas 7 hektar.

Pekan Raya Jakarta kali ini berlangsung dari tanggal 6 Juni 2014 s.d 7 Juli 2014 seiring dengan HUT Jakarta yang ke-486 yang konon katanya diikuti oleh 2.650 perusahaan yang menawarkan produk-produk dalam negeri yang berkualitas.

Terminal Bayangan

Setelah memperoleh kesepakatan dengan istri dalam rangka efesiensi dan efektifitas maka “terminal bayangan” Jatibening yang berada di KM 8 tol Jakarta – Cikampek adalah menjadi pilihan pertemuan.

Anak-anak dan istri berangkat dari istana kami di Karawang  dan turun di terminal tersebut, sehingga saya yang berkantor di Bekasi tinggal menjemput dan tembak langsung menuju TKP.

Hal ini adalah pertemuan kedua yang kami lakukan diterminal tersebut, sebelumnya saat kami mengunjungi Monas Jakarta, dimana anak saya yang paling kecil (5 th) penasaran dengan yang namanya Monas, karena sering ditemui disetiap permainan anak-anak seperti  permainan modoo marbles dimana Monas sebagai simbol Jakarta. Ternyata, tak terasa sudah tiga tahun kami tidak mengunjungi Monas, dan kini Pramudya sudah banyak bertanya termasuk tentang Monas tersebut.

Jakarta Fair 2014

Kami tiba di Pekan Raya Jakarta sekita pukul 18:00 WIB dan menuju parkir di Pintu 7 dengan tiket parkir dibayar terlebih dahulu sebesar Rp. 20.000,-. Sedikit mengernyitkan dahi karena ternyata tiket masuk untuk hari biasa (Selasa) setiap orangnya Rp. 25.000,-, menurut saya yang bekerja di Institusi paling penting di Republik ini saja itu sudah cukup mahal apalagi masyarakat lainnya.

Begitu masuk kami langsung disambut dengan Pusat Perbelanjaan yah persis seperti Mall-Mal yang sudah sangat banyak dan disetiap tempat dapat dijumpai. Penasaran ingin melihat lebih jelas tentang area Pekan Raya jakarta kami naik kereta (seperti odong-odong yang mengalami kecelakaan di daerah Cikarang) begitu langsung duduk ternyata harus bayar (kirain gratis)..”iye sih, di jakarte mane ade sih yang gratis… “Flatus” aja bayar :D?” Dengan harga tiket Rp. 6.000,-/per orang  yang hanya duduk sekitar 10 menit trus turun… ya ampun cuman segitu doang… (apa kage ada konglomerat yang mampu menggratiskan itu!!).

Memang jujur, untuk Pekan Raya Jakarta kali ini sangat digemari oleh emak-emak tak terkecuali istri saya (terbukti padatnya stand yang promo diskon)…  lihatlah sorot matanya yang begitu bercahaya melihat daftar harga-harga obral yang marak disetiap stand-stand pameran semisal 70% off, buy one get three, dan lain-lain… (Lihat gambar), sementara saya sama sekali kurang bisa menikmati hal-hal seperti itu… maka pandangan ini saya arahkan kepada penjual-penjual rokok (asongan) yang sangat banyak berseliweran didepan batang hidung saya, pedagang asongan kali ini berbeda dengan ditempat lain… pedagang asongan disini sangat terawat dan sedikit baiknya jika dipandang.

Setelah berjalan tanpa arah, tergantung menariknya  gaya stand yang ada akhirnya kami memilih salah satu stan mie instan untuk sekedar mengisi perut, dan sekali lagi makan mie instan disumbernya langsung saja masih lebih murah kita makan direstoran dengan tipe yang sama diluar Pekan Raya Jakarta, satu porsi mie goreng Rp. 10.000,-. Dahulu ketika masih kecil saya sangat senang berkunjung di stan mie instan karena disamping murah hadiah-hadiahnya juga lumayan… namun sekarang, pernah sekali waktu kami membeli mie instan untuk persediaan dirumah… dan tiba gilirannya mengambil kupon hadiah… saya disuruh2 cepat2 mengambil kuponnya karena hadiahnya sama semua katanya… dan benar hadiahnya dapat mie instan satu biji… ya ampuun…., kali ini dapatnya gantungan kunci… :P, sekali waktu saya ajak istri saya untuk melihat isi dari gedung bertingkat yang ada dilokasi tersebut dan ya…  itu isinya sama seperti mall pada umumnya…

Yang kocak lagi ada stand  yang sangat heboh teriakannya (Bosnya harus kasih apresiasi tuh) apabila kita membeli akan mendapat 3 kali kesempatan menendang dan kupon hadiah diberikan sejumlah tendangan yang berhasil… ada yang berusaha menendang dan mendapat kupon dua, anak saya hanya berhasil satu dan hadiahnya semua sama cuman makan ringan kecil doang… kagak sesuai dengan hebohnya dan motivasinya jelas banget komersil kagak ada bau-bau motif promosi atas suatu produk….

Saya melihat ada kerumunan banyak orang di salah satu stand kendaraan bermotor ber merk, saya dengan anak saya yang paling besar berusaha untuk menerobos dan kami shock ternyata kerumanan itu sedang memandang dan memfoto salah seorang SPG (Sales Promotion Girl) yang tampil bergerak-gerak sensual… dan sekilas terlihat mata istri saya sedikit melotot… dalam hatinya “ini bapak ama anak demen banget sih disitu…. :D”

Area Permainan Anak-Anak

Hal yang sangat saya perhatikan adalah tentang tempat yang satu ini, bagaimana anak-anak memiliki kesan dan senang bermain. Lalu kami menuju tempat permainan yang memang mirip seperti pasar malam dikampung-kampung bedanya dikampung-kampung tiketnya hanya Rp. 5000,- dengan waktu yang sangat panjang di Pekan Raya Jakarta harga tiketnya Rp. 20.000,- itupun waktunya cuman berkisar 5 menitan doang…, ada satu tempat permainan lompat-lompat dengan tiket yang harganya seragam, baru saja saya duduk untuk menunggu anak-anak bermain eh sudah disuruh keluar, alamaaak… ngitung waktunya seenak moodnya aja malas berdebat yah udah saya suruh aja anak2 keluar…. jadi yah sama sekali tempat permainan yang seharusnya menghibur namun tidak menghibur untuk area tersebut.

Kesimpulan

Akhirnya saya menyadari, seharusnya yang tepat dikunjungi adalah Pekan Raya Jakarta Monas yang sudah ada dan dibuka sejak tahun 2013, bukan Pekan Raya Jakarta Fair Kemayoran yang menurut saya jauh dari kesan ajang promosi (biasanya murah) dan menghibur. Namun, disayangkan penyelenggaraan Pekan Raya Jakarta Monas hanya berlangsung singkat  yaitu hanya 5 (lima) hari sehingga kesulitan mengatur waktu.

Dan dari hasil kunjungan kali ini, saya melihat tidak ada sesuatu yang istimewa terkhusus bagi anak-anak saya dibandingkan dijaman saya dulu tentang Pesta Rakyat yang bernama Jakarta Fair. Namun setidaknya sebagai kepala keluarga saya sudah berusaha untuk menyenangkan hati anak-anak dan keluarga terkait event tahunan yang dilakukan di Jakarta dan mereka tidak perlu bertanya-tanya lagi tentang Jakarta Fair atau Pekan Raya Jakarta Kemayoran itu seperti apa… dan target tahun depan jika diberi waktu adalah mengunjungi Pekan Raya Jakarta Monas 2015 … Tuhan memberkati kita,

Wisata Terkait Lainnya :

  1. Tamasya Sejarah Nan Murah
  2. Tamasya Sehat Nan Asri
  3. Bali Bersama 
  4. Lombok Bersama