Berkunjung ke Bali dalam rangka tamasya adalah sesuatu yang istimewa, ditengah himpitan kebutuhan hidup sangat lah kecil kemungkinan dapat mengalokasikan dana sekedar untuk jalan-jalan ke sana. Namun di awal Desember 2011 kemarin tepatnya tanggal 2 Desember 2011, aku dan anak tertuaku  (kelas 4 SD) beserta  4 rekan kerjaku dapat pergi ke sana. Hal yang menggetarkan hatiku adalah bagaimana anakku menghitung hari menjelang keberangkatan. Jika hari yang dihitung dan dirasakan anakku hanya satu bulan mungkin tidak masalah, tapi mengitung hari disini adalah menunggu sampai hampir 10 bulan karena tiket di beli sejak Februari 2011 yaitu dibeli saat salah satu meskapai mengadakan tiket promo. Tiket ku berdua hanya Rp. 370 ribu/PP per orang. Aku memperhatikan bagaimana 3 hari menjelang keberangkatan, anakku selalu gelisah menjelang tidurnya.

Tepat pada hari yang ditunggu-tunggu, anakku sudah nangkring pagi-pagi, karena saat itu aku  sekalian berangkat ke kantor karena jadwal penerbangan adalah jam 19:30WIB. Sehari sebelumnya salah satu rekan kerja  telah memberikan daftar jadwal tempat yang akan dikunjungi selama di Bali dan semua persiapan dari mulai penginapan, angkutan sudah diatur sepertinya memang dia sudah ahli dalam hal itu kami menjulukinya Mr. Boncos (Karena setiap bertaruh dia selalu mengatakan boncos dah gua). Keberangkatan kami memang dengan kondisi keuangan yang kritis kecuali salah satu rekan kerja kami yang kami sebut sebagai Juragan Es Duren. Untuk itu kami masing-masing menyetor Rp. 500.000,- ke salah satu rekan kami Diego yang kami juluki ” Mr. tight money policy (TMP)”. Dan kami awali makan di emperan Bandara International Soekarno Hatta.

Buatku ke Bali adalah kali yang ke-2 tapi bagi anakku ini adalah yang pertama, walau pun sewaktu  masih TK dia sudah pernah naik pesawat kali ini dia begitu antusias sekali, tak dapat kupungkiri dari matanya yang bersinar-sinar.

Pukul 10:45 tim “Bali Bersama 02-04 Desember” (nama yang ku buat di Group BB)  landing di Bandara Internasional Ngurah Rai. Jika pembaca ingin melihat sinar mata anakku masih bersinar puas dapat di zoom gambar di samping. Hal yang menarik adalah ketika kami keluar dari air port, dari kejauhan saya membaca tulisan nama teman saya “Kevin” dan ternyata orang yang mengacungkan nama itu adalah kontak kami yang akan mengantar ke tempat penginapan. Kesan pertamaku… boleh juga nih si Kevin.

Ada beberapa rencana dari jadwal kami yang terpaksa kami batalkan karena ternyata faktanya kami sudah cukup lelah, karena pagi hari (Hari Krida) kami baru saja menyelesaikan  dgn baik pertandingan pimpong persahabatan. Maka malam itu kami isi dengan acara main poker, dan seperti julukan yang kami berikan buat kevin sangat lah tepat… boncos lagi.

Pagi hari Tanggal 03 Desember, dengan sigap sang supir sudah menunggu kami untuk mengantarkan kami ke tempat-tempat istimewa yang sudah dijadwalkan. Perjalan pertama kami adalah Tanjung Benoa, permainan pertama adalah Banana Boat, dan khusus untuk parasailling demi menghemat biar anakku saja yang terbang, selanjutnya menuju Pulau Penyu. Disinilah peran Mr. Boncos yang luar biasa dia bisa menawar harga sampai 70% off. Mungkin karena belum pernah untuk acara ditempat ini memang sangat luar biasa. Untuk makan siang kami sudah sepakat mencari tempat yang murah meriah dan kenyang. Maka sang supir membawa kami ke rumah makan “Nasi Ayam Bu Oki” dan memang rasa dan harganya luar biasa nikmat dan murah terbukti saya menghabiskan 3 porsi (mumpung menggunakan uang kas).

Setelah makan siang kami mengunjungi Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park hal menarik disini adalah Karya masterpiece seniman Bali, I Nyoman Nuarta. Kawasan ini rencananya  dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi landmark bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Disini terdapat 2 patung, yaitu Patung Wisnu dan Patung Garuda. Patung yang berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah dewa Pelindung dan pemelihara, mengendarai burung Garuda. Diambil dari cerita “garuda & kerajaannya” dimana rasa bhakti dan pengorbanan burung Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan dan  akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu. Ditempat ini  mungkin ada total seratusan jepretan yang kami lakukan, karena memang tempatnya indah dan tertata dengan apik.

Hari sudah terik, maka kami pun menuju pantai padang-padang. Pantai padang-padang  tidak terlalu besar namun dapat dipastikan bahwa pantai yang juga bernama pantai Suluban ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan pantai-pantai lain di Bali. Pantai padang-padang terletak di Jalan raya Uluwatu Pecatu. Pantai ini memiliki posisi yang unik, untuk masuk ke dalam pantai, kami harus menuruni dan menembus tebing karang yang menyambut di gerbang pantai. Disini kami langsung melepaskan baju dan bergabung bersama turis-turis manca negara. Disinilah tertangkap olehku  mata anakku dan keempat rekan yang hampir mengeluarkan air liur memandang keindahan bikini yang dipakai para turis. Sang Juragan Es duren bahkan enggan bergabung dia lebih menikamati panorama yang saya sebutkan tadi. Disini pula lah Salah Seorang dari  kami berkenalan dengan seseorang yang dia merahasiakan namanya… maka kami menyebutnya bunga saja.

Setelah bersenang-senang di Pantai Padang-padang kami pun menuju Pura Uluwatu, Nama Uluwatu adalah nama semula dari Pura itu. Kata ulu berarti kepala atau ujung, sedangkan watuberarti batu. Oleh karena itu, yang dimaksud Pura Uluwatu dalah Pura yang dibangun pada ujung batu karang. Pura Uluwatu dapat dijangkau dengan mobil, tetapi hati – hati karena meskipun sudah diaspal, jalannya curam. Di samping kanan dan kiri bangunan dalam komplek Pura Uluwatu terdapat dua palung batu yang bentuknya mirip dengan perahu. Bila keduanya disatukan maka bentuknya serupa dengan sarcophagus yaitu keranda hasil budaya dari tradisi Megalitik. Disini terdapat tinggalan arkeologi yang berasal dari abad ke-16 yaitu gapura atau candi bentar bersayap. Gapura bersayap merupakan tinggalan arkeologi yang sangat langka, jarang ditemukan. Disini kami menonton tarian kecak yang luar biasa, tarian tersebut diringi dengan sunset yang sangat menawan, tak terasa 1 jam kami menonton tarian yang jalan ceritanya sudah terlebih dahulu dibagikan dan kami baca. Dan ditempat ini seseorang dari kami berkenalan dengan seorang gadis yang konon  katanya dari negara tetangga, luar biasa memang teman kami yang satu ini.

Menjelang sore menuju malam kami pun menuju Jimbaran untuk makan malam, tempat ini dikenal sebagai pusat makanan laut ( Seafood center) dan suasana malam pantai Jimbaran yang indah dan romantis (rokok makan gratis). Kawasan Jimbaran juga dikenal sebagai kampung penghasil ikan, dimana sebagian warganya berprofesi sebagai nelayan. Dan lama-kelamaan banyak yang berinisiatif untuk mendirikan restoran/cafe khusus untuk olahan dari hasil laut hingga sekarang. Sambil menikmati indahnya malam dan desiran lembut ombak di pantai Jimbaran, kami bisa menikmati lezatnya olahan berbagai menu dari hasil ikan laut.  Dan hal yang menarik dalam makan malam ini adalah untuk rekan kerja yang belum saya sebut kan dari tadi identitasnya adalah Mr. Serious, kali ini dia mentraktir makan malam. Hal ini adalah momen yang kami tunggu2 karena dapat makan gratis di tempat istimewa. Mr. Serious mentraktir  kami, karena baru-baru ini namanya tercantum dari sedikit orang yang diterima Beasiswa S2 Luar Negeri. Dan ini adalah puncak acara kami di hari itu.

Kami pun tiba di tempat penginapan dengan perasaan senang, puas dan tentu saja lelah, sehingga untuk acara malam beberapa diantara kami sudah tidak sanggup lagi. Dan kali ini Mr. Serious mempersiapkan diri menuju  dunia malam, dan Legian adalah Target Operasi mereka.

Hari terakhir Tanggal 4 Desember 2011, pagi hari saya bangun cepat dan bersiap menuju Gereja itulah komitmen saya untuk urusan ini. Dengan mengendarai ojek, karena saya belum fasih jalan-jalan di Bali saya diantar menuju Gereja… dan ternyata Gereja tersebut kosong, entah memang sudah tidak ada jemaatnya atau memang jam segitu tidak ada kebaktian dan herannya tidak ada jadwal kebaktiannya pula… luar biasa. Yang luar biasa lagi tukang ojek tidak tau lagi posisi gereja yang dekat2 dengan penginapan kami kecuali gereja kosong itu. Akhirnya saya pun pulang dengan siraman rohani yang masih kosong, lalu saya putuskan untuk mengunjungi saudara walau hanya sebentar saja. Tiba di penginapan rekan-rekan dan anak saya masih tertidur dengan nyenyaknya, kecuali Mr. Serious yg sedang merokok dan melamun jauh di Luar Negeri sana (sepertinya).

Kami memutuskan untuk belanja oleh-oleh sekedarnya di Toko Krisna Oleh-Oleh. Acara kami tutup dengan berjalan-jalan serta berfoto-foto di Pantai Kuta, mengunjungi monumen Bom Bali serta dengan menyusuri Legian menuju Bandara. Berawal dari makan diemperan Bandara Soetta maka diakhiri pula hal yang sama di Bandara Ngurah Rai. Satu hal yang secara pribadi saya salut dan haru adalah saat Mr. TMP rela tidak mengunjungi kekasihnya yang berada di Bali sampai kami berangkat kembali menuju Jakarta, dan haru adalah ketika  kami harus meninggalkannya seorang diri di Bali dan merelakan tiketnya hangus demi sang pacar.  Sungguh Luar biasa tim Bali Bersama, 02-04 Desember 2011 ini…..

Sampai Jumpa di Perjalanan dengan Tiket Promo Selanjutnya

(Tim Bali Bersama 2-4 Desember 2011, Reyhan, Diego, Putra, Kevin, Kurnia)