Posisi Horizontal“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”   (Mikha 6:8)

Allah berkata kepada kita bahwa Ia rela menyatakan diri. Ia mau kita mengenal-Nya. Mengenal Allah itu mungkin, bukan tidak mungkin. Tetapi kemungkinan mengerti kehendak Allah ini pun perlu ketelitian dan pengenalan yang sejati. Itu sebabnya Kitab Suci diwahyukan dan Roh Kudus dikaruniakan sehingga memimpin kita “masuk” ke dalam kehendak Allah menurut firman-Nya. Tetapi akhir-akhir ini, orang yang paling banyak bicara tentang Roh Kudus adalah orang yang paling sembarangan menafsirkan Kitab Suci. Bahaya yang besar sudah melanda Kekristenan, tetapi banyak orang yang sama sekali tidak menyadari hal itu.

Abad XX mempunyai satu nama khusus dalam bidang filsafat yaitu The Century of Analyze. Abad ini adalah abad penganalisaan yang berarti manusia di dalam keadaan yang begitu rumit, perlu menganalisa baik data yang di luar maupun di dalam diri manusia. Hal yang paling tuntas serta lebih serius daripada itu adalah manusia berada di tengah-tengah keadaan chaotik, keadaan kacau. Manusia memerlukan suatu kejernihan pikiran tentang identitas dirinya. Ketika abad XX ini sudah hampir habis, manusia baru menyadari bahwa komunisme itu salah, teori evolusi itu tidak bisa diandalkan. Logical Positivism penuh dengan kelemahan, ilmu pengetahuan tidakmungkin menjelaskan segala sesuatu untuk mengisi kebutuhan yang hakiki dalam hidup manusia.

[ Logical Positivism (Positivisme Logis) adalah filsafat yang berusaha untuk mengembangkan dan mensistematikkan Empirisisme dengan bantuan perlengkapan konseptual yang disediakan oleh riset modern dalam teori yang logis dan sistematis.]

Bukankah hal-hal yang begitu penting, sistem ideologi yang dipegang pada abad ke-20 telah mencengkeram ratusan juta manusia? Mengapa manusia baru menyadari kesalahannya setelah begitu lama? Karena pada abad ke-20 manusia berusaha meninggalkan firman Tuhan. Kecuali mengenal Tuhan dan kehendak-Nya, tidak ada satu jalan keluar pun bagi umat manusia! Tidak ada filsafat yang bisa memberesklan kesulitan-kesulitan dan dilema-dilema di dalam kebudayaan manusia.

Biarlah seluruh umat manusia yang dicipta oleh Tuhan, yang diberi rasio, mempergunakan rasio sebaik mungkin. Biarlah satu-satunya makhluk yang mempunyai daya pikiran, menaklukkan pikiran di bawah Roh Kudus yang mewahyukan kebenaran.

Di manakah identitas manusia? Di manakah posisi manusia? Manusia di tengah-tengah alam, bukan hanya mengikuti segala macam, binatang yang berjuang mempertahankan hidupnya sendiri. Kita hidup di dunia bukan hanya mencari kekayaan semata sehingga menumpuk kebencian dari orang miskin terhadap kita. Kita hidup di dalam dunia bukan  hanya untuk menikmati segala sesuatu semau kita sesudah itu mati dan habis. Bukan itu! Kita mau mengenal apakah rencana Tuhan di dalam diri kita. Kita harus mengetahui di mana posisi kita. Kita dicipta di tengah-tengah Allah dan alam oleh Allah yang mencipta alam bagi kita. Allah di atas kita, alam di bawah kita. Kita harus menaklukkan segala sesuatu yang lain kepada kita bagi Allah.

Kita mempunyai status sebagai nabi, imam dan raja. Sebagai raja, kita menguasai alam; sebagai nabi kita menginterpretasi alam dan itulah kemungkinan daripada ilmu pengetahuan; dan sebagai imam, kita membawa alam ini ke dalam normalitas yang seharusnya. Ini merupakan kerangka pemikiran Kristen yang penting. Logika dan pikiran kita perlu dibentuk dan ditaklukkan seluruhnya di hadapan firman Tuhan, dan kita boleh menjadi seseorang yang bertanggung jawab di hadapan Allah untuk selama-alamnya.

Kita tidak boleh menjadi orang Kristren yang puluhan tahun menjadi orang Kristen, namun tidak mengetahui kerangka pemikiran Kristen yang jelas dan tidak  mengetahui perbedaan antara keunikan Kekristenan dibandingkan dengan agama lain. Pembentukan karakter dan struktur pikiran Kristiani adalah salah satu hal yang penting untuk kita kerjakan.

Jikalau kita yang berada di bawah Allah mau menaklukkan diri di bawah Allah, maka di situ ada kemungkinan untuk juga menaklukkan segala sesuatu di bawah kita.. Orang yang takluk kepada Allah baru berhak untuk menaklukkan alam. Jikalau orang tidak taat kepada Allah, dia tidak berhak dan tidak mungkin berkuasa untuk menaklukkan dunia. Posisi ini sudah jelas.

Posisi yang kedua yang akan kita bicarakan dalam bab ini adalah manusia berada di tengah-tengah manusia lainnya. Manusia di tengah-tengah Allah dan alam, mempunyai hubungan yang berada di garis yang disebut sebagai garis vertikal (vertical relationship) yang menjadikan kita terikat. Tetapi manusia di tengah-tengah manusia lainnya, mempunyai hubungan yang berada di garis lain yang disebut garis horisontal (horizontal relationship). Suatu relasi horisontal yang juga menjadikan kita terikat. Manusia berada di tengah-tengah Allah dan alam, manusia juga berada di tengah-tengah manusia lainnya.

Posisi Horisontal Manusia dan Kehendak Allah.

Di manakah saya berada? Saya berada di tengah. Saya terjepit di tengah-tengah Allah dan alam, di tengah-tengah manusia dan manusia. Apa yang seharusnya manusia lakukan terhadap Allah, alam, manusia yang lain dan terhadap dirinya sendiri? Selangkah demi selangkah kita mengupas semuanya ini sehingga menjadi jelas. Itulah kehendak Allah.

Di tengah-tengah manusia lain, siapakah saya? Saya tidak kurang dan tidak lebih hanya manusia saja! Kelihatannya hal ini sederhana sekali, tetapi banyak hal yang tampaknya sederhana, justru merupakan hal yang banyak dilanggar. Seseorang bertanya kepada saya tentang prinsip dan bagaimana seharusnya mencari teman hidup yang sesuai dengan kehendak Allah dan tidak menyimpang?  Saya menjawab: “Jika mau menikah, seorang pria harus mencari seorang wanita.”  Bukankah hal itu sudah diketahui manusia sejak dulu, tetapi bukankah pada masa kini banyak pria yang mencari pria dan banyak wanita yang mencari wanita sehingga muncul kaum homo dan lesbian yang hidup tidak karu-karuan?

Siapakah manusia? Saya adalah manusia. Di mana saya? Saya di tengah-tengah manusia dan manusia. Di tengah-tengah manusia dan manusia, siapakah saya? Saya tidak lebih dan tidak kurang hanya manusia saja. Kalimat yang sederhana ini mengandung satu hal yang penting untuk kita mengerti, sehingga kita tidak hidup dalam keadaan yang tidak normal. Keadaan yang tidak normal yang saya maksud adalah keadaan mentalitas yang berlebihan atau yang kurang.

Penyimpangan Posisi Horisontal Manusia.

Jikalau Saudara mempunyai mentalitas melebihi batas yang ditentukan oleh Tuhan, ini disebut superior. Jikalau Saudara mempunyai mentalitas yang kurang dari batas yang ditentukan Tuhan, itu disebut inferior.

Jika Saudara menyelidiki filsafat yang dianut oleh psikologi yang dikembangkan oleh Alfred Adler, Saudara akan menemukan bahwa dia banyak memikirkan tentang apakah artinya minder, apakah artinya inferioritas. Inferiority complex merupakan sesuatu hal yang tidak normal yang terjadi pada waktu manusia menilai diri nya sendiri. Dalam menilai diri, kita sering gagal, karena kita menilai diri dengan ukuran yang tidak beres. Kita kadang-kadang menilai diri lebih daripada yang seharusnya, itu menjadi superioritas, Sebaliknya, ketika kita menilai diri kurang daripada yang seharusnya, itu menjadi inferioritas.

Orang superior dan orang inferior keduanya adalah orang yang tidak normal menurut kehendak Tuhan. Barangsiapa melihat diri lebih dari pada seharusnya, dalam istilah umum itu disebut sebagai orang yang congkak, orang angkuh, orang sombong. Orang yang melihat diri kurang dari pada yang seharusnya, dalam istilah umum itu disebut sebagai orang yang minder, orang yang menghina diri sendiri. Tuhan tidak mau kita sombong atau menghina diri. Tuhan tidak mau kita memiliki superiority complex maupun inferiority complex.

Minder dan angkuh, dua-duanya adalah penghambat pertumbuhan kerohanian kita masing-masing. Minder dan angkuh, dua-duanya menjadikan kita tidak mungkin bergaul dengan baik terhadap orang lain. Adakah orang yang tidak sombong? Tidak ada. Setiap orang memiliki kesombongannya sendiri. Adakah orang yang tidak memiliki rasa minder? Tidak ada! Setiap orang memiliki rasa mindernya sendiri-sendiuri. Kalau demikian, apakah setiap orang itu tidak normal? Kuasa Injil melepaskan kita bukan hanya dari dosa, tetapi juga mengeluarkan kita dari ketidak-normalan dalam menilai diri.

Ada satu kejadian di dalam satu kebaktian Perjamuan Kudus di Inggris. Orang-orang yang menunggu roti dan cawan perjamuan dalam gereja, berlutut di dekat mimbar dan di antaranya adalah seorang petani yang tinggal di satu kota kecil. Waktu petani itu melihat orang lain yang berlutut di sebelahnya, tiba-tiba terlintas dalam pikiran petani tersebut seolah-olah dia mengenal wajah orang itu. Waktu ia mencoba mengingat-ingat orang itu, ia berhasil. Ternyata orang yang berlutut di sebelahnya adalah Perdana Menteri Inggris yang bernama Gladstone. Walaupun petani itu tinggal di daerah terpencil, namun ia pernah melihat wajah sang Perdana Menteri itu di surat kabar. Waktu ia tahu bahwa ia sedang berlutut bersama-sama dengan seorang Perdana Menteri, petani itu merasa tidak layak dan mulai menggeser lututnya untuk menjauhkan diri. Petani itu mulai merasa minder.

Gladstone merasakan bahwa orang yang ada di sebelahnya itu mulai menjauhkan diri. Lalu dipegangnya bahu petahi tersebut sambil bertanya, “Apakah Anda mengenal saya?”  Petani tersebut menjawabnya, “Jika tidak salah mengenali orang. Maka saya kira Anda adalah Perdana Menteri Gladstone.”  Gladstone berkata lagi kepada petani itu, “Benar. Tetapi di hadapan Yesus Kristus kita adalah sama. Kita sama-sama orang berdosa yang ditebus oleh Yesus Kristus. Jadi, jangan menjauh dari saya.”  Sikap Gladstone adalah sikap yang benar.

Di dalam gereja, tidak ada orang yang lebih daripada orang yang lain. Tidak ada orang yang lebih mulia daripada orang lain. Di hadapan Tuhan kita semua adalah orang berdosa yang ditebus!  Jika posisi kita sama-sama seperti manusia lainnya, mengapa Saudara menjadi minder karena Saudara lebih miskin dari orang lain? Itu tidak perlu! Mengapa minder karena orang tua kita tidak mempunyai kesempatan dan kemuliaan seperti orang tua teman-teman kita? Itu tidak perlu! Yesus dicaci-maki pada waktu hidup-Nya karena orang lain menganggap bahwa Dia adalah anak haram. Orang lain menunjuk Yesus sambil berkata: “Mama-Mu belum menikah, tetapi sudah punya Kamu!”  Kalau dilihat dari pandangan manusia, Yesus Kristus punya cukup syarat untuk menjadi minder. Tetapi itu tidak terjadi di dalam diri Yesus.

Sebenarnya keminderan tidak perlu terjadi dalam diri kita dan kita bisa melihat itu dalam hidup Yesus Kristus. Tidak ada bayang-bayang minder yang perlu menghantui kita. Demi nama Yesus Kristus saya berkata kepada Saudara: “Bangkitlah dan berdirilah dari keminderan Saudara, dan ingatlah bahwa Saudara adalah seorang manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Tuhan!”  Tetapi saya pun berkata satu kalimat yang lain: “Turunlah dari keangkuhan dan kecongkakan Saudara, karena Saudara hanya orang berdosa yang ditebus oleh Yesus Kristus!”

Setiap kali kita memandang diri dengan ukuran demikian, maka kita akan makin mengerti bahwa congkak dan minder sebenarnya adalah kakak-adik. Orang menjadi minder karena dia belum mencapai ambisi kecongkakannya. Orang minder adalah orang yang sekaligus bisa menjadi congkak. Orang yang congkak adalah orang yang mempunyai bibit minder. Kedua hal itu bisa saling bertukaran. Kita bisa saja menjadi minder luar biasa pada waktu pagi, namun kita bisa saja menjadi congkak luar biasa pada waktu malamnya.

Seringnya terjadi penilaian diri yang tidak beres, mengakibatkan ketegangan antara kita dengan orang lain. Jika hubungan antar manusia beres, maka banyak hal di dalam dunia ini yang menjadi beres. Jikalau hubungan antar manusia tidak beres, maka apa saja yang dikerjakan orang lain akan kelihatan tidak beres di mata kita. Manusia memiliki problema yang amat banyak. Namun hubungan antar manusia selalu mempunyai keadaan di mana manusia ada pada urutan depan, lalu kemudian diikuti oleh hal-hal lain yang dikerjakannya. Jadi jika si A menganggap si B sebagai orang yang tidak beres, maka apa pun yang dikerjakan si B akan menjadi tidak beres di mata si A.

Seseorang berkata kepada saya: “Kalau berwisata dengan orang yang anda senangi, maka kemana pun anda pergi, anda akan melihat pemandangan yang indah. Kalau anda pergi bersama orang yang anda anggap tidak baik, maka walaupun anda pergi melihat pemandangan yang paling indah, tetap pemandangan yang paling indah itu menjadi tidak indah.”  Perasaan hati dan hubungan antar manusia yang tidak beres mempengaruhi kepada aspek-aspek lain yang ada dalam hidup manusia.

Ada orang-orang non-Kristen yang sebenarnya bukan tidak mau menjadi orang Kristen. Mereka ingin menjadi Kristen, tetapi hubungan mereka dengan kita tidak beres. Makin kita mengabarkan Injil kepada mereka, makin mereka menjadi jengkel. Itu karena kita tidak memiliki hubungan yang beres dengan orang yang kita Injili. Mereka akan menganggap orang Kristen hanya bisa bicara saja, tetapi tidak bisa membereskan hubungan yang terjadi. Kalau hubungan Saudara dengan orang lain tidak beres, maka kesaksian mulut Saudara tidak  akan berguna!  Jadi, bereskan dulu hubungan antara Saudara dengan orang lain sebelum Saudara mengabarkan Injil kepada mereka.

… Bersambung

Sumber:
Nama Buku        :  Mengetahui Kehendak Allah
Sub Judul          :  Bab IV :
                            Kehendak Allah Dan Posisi Horisontal Manusia
Penulis              :  Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit            :  Momentum, 2010
Halaman           :  49 – 67