Pekanbaru Bersama, 22 Des 2015 – 04 Jan 2016
Part II
Tanggal 26 Desember 2015 sekitar pukul 12:30 WIB, kami tiba di Pekanbaru. Dan ternyata di rumah Inang Pekanbaru sedang berlangsung acara kebaktian syukur atas baptisan anak keluarga Lae Poltak Hamonangan Panjaitan yang cantik bernama Hana Angelica Panjaitan. Jujur saya tidak mengikuti acara karena langsung tertidur begitu melihat tikar dan bantal 😀
Menjelang sore kami pun berangkat kerumah keluarga Abang St. Adlan Jori Hutauruk, di dalam rumah keluarga inilah kami tinggal selama liburan di Pekanbaru. Sepanjang sore dan malam suasana hati masih “carens leg” (istilah lain dari jetleg). Sehingga jikapun mengobrol masih belum fokus dan terang.
Pekanbaru
Hari Pertama
Minggu, 27 Desember 2015. Setelah kerjasama yang baik dengan Abang St. AJ Hutauruk dalam mencuci mobil, kerja sama disini adalah dia mencuci Exora sementara saya Carens II. Kami pun bersiap-siap untuk pergi ke gereja HKBP Rajawali Pekanbaru, jadwal kebakitan pukul 10:00 WIB. Kami yang bergereja bersama adalah Keluarga abang St. Adlan Jori Hutauruk, Keluarga Abang Bahtiar Pakpahan dan tentu keluarga Admin Nusahati yang baik budi ini 😛 Suasana di HKBP Rajawali tidak terlalu padat konon katanya banyak yang sudah pulang kampung di sekitaran Medan atau Siantar, karena memang jarak antara Pekanbaru ke Medan tidak lah sejauh Jakarta – Medan 😀
Saat kebaktian selesai, dan bersalam-salaman saya melihat seseorang yang sepertinya saya kenal… ternyata hanya mirip saja. Namun, hal ini mengingatkan bahwa ternyata di Pekanbaru ada tetangga saat di Karawang yang sudah pindah dan tinggal di Pekanbaru.
Sore hari kamipun pergi mengunjungi Keluarga Am Jonathan Silalahi, beliau adalah mantan Ketua punguan parsahutaon “Dos Roha” yang ada di Perumnas Bumi Telukjambe Blok C Karawang ketika mereka masih tinggal di Karawang.
Ada suasana sukacita karena dapat bertemu tetangga lama, kami pun saling bercerita sambil menikmati durian yang sengaja dibeli untuk disantap bersama. Sekitar dua jam-an kami pun pamit untuk pulang dengan tidak lupa berfoto-foto terlebih dahulu… Sampai ketemu lagi di lain kesempatan Lae Silalahi.
Hari Kedua
Senin tanggal 28 Desember 2015, dimulai dari sarapan pagi di teras rumah kami mengobrol dan sekali-kali tertawa sementara anak-anak sedang sibuk dengan permainan mereka. Sepanjang hari ini diisi dengan diskusi dan obrolan ringan yang menggembirakan hati.
Hari Ketiga
Selasa tanggal 29 Desember 2015, dengan meminjam Honda (istilah di Pekanbaru motor jenis apapun disebut “Honda”) kami (beserta si bungsu Pram) menikmati udara pagi sambil mencari menu sarapan andalan yaitu lontong sayur, terjadi incident kecil. Saat memutar motor, ternyata jalan berpasir sehingga tergelincir namun tidak sampai terjatuh, untungnya nya masih pagi sehingga tidak ada yang melihat. 🙂
Menjelang siang kami mengunjungi rumah inang sekalian menjemput anak-anak yang lebih memilih kumpul dirumah inang. Karena sesungguhnya anak-anak lebih memilih tinggal dirumah inang karena ramai dengan anak-anak seusia dan bisa bermain bersama, salah satu permainan mereka adalah “game UNO”.
Menjelang sore kamipun keluar untuk sekedar menikmati wisata kuliner di Pekanbaru dengan tujuan utama adalah mencari durian yang enak dengan harga murah.
Setelah berkeliling dengan mengikuti mobil Exora selama 1 jam, kami tidak menemukan penjual durian (sepertinya memang belum terlalu musim) sehingga akhirnya memilih untuk menikmati Sate Padang dan Bakwan Sumatera yang konon rasanya maknyus.
Tidak dapat dipungkiri, makanan yang tersaji memang nikmat hal ini terbukti dengan tidak ada makanan yang tersisa. Setelah kenyang menikmati sate padang maka kamipun bersiap untuk pulang, tetapi karena ingin menikmati Mall di Pekanbaru kami pun berpisah tujuan. Kelompok Exora pulang sementara kami menuju Mall Pekanbaru.
Hari Keempat
Rabu, 30 Desember 2015, seperti kemarin kami meminjam Honda (kali ini hanya saya dan istri) untuk sekedar mencari sarapan pagi, namun kami menyempatkan diri untuk mampir ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Tampan yang ternyata berdempetan dengan Kantor Pelayanan Pajak Madya Pekanbaru. Dengan tidak lupa berfoto sekedar bukti bahwa saya tetap mencintai Direktorat Jenderal Pajak. 😀
Informasi dan rencana hari ini adalah tamasya ke Payakumbuh, lalu kami pun berkemas dengan mantap. Kamipun menunggu Kelompok Exora (Mereka menginap di rumah inang), namun ternyata tak kunjung datang… informasi Mobil Exora sedang dibengkel. Melihat situasi akan batal dan benar tamasya ke Payakumbuh ditunda menjadi hari esok, maka kamipun pergi ke Pasar Wisata Pasar Bawah sekedar membelikan oleh-oleh untuk handai taulan yang berada di Karawang yang berkontribusi mengamankan rumah di Karawang 😛
Pasar Bawah Pekanbaru adalah merupakan pasar yang tertua di kota Pekanbaru yang berada di persis di tepi sungai Siak dan Pelabuhan. Pasar yang terletak di sebelah utara Pekanbaru ini merupakan pusat perbelanjaan yang banyak menyediakan barang-barang antik, pernak-pernik aksesori rumah tangga, baik dari dalam maupun luar negeri.
Namun yang menjadi konsentrasi dari wanita yang berbaju kuning tersebut di gambar adalah makanan kering. Makanan yang dibeli langsung dimasukan kedalam paket kardus. Suasana pasar ini saat kami berbelanja cukup padat dan sempit.
Hari Kelima
Kamis, 31 Desember 2015, sesuai rencana pukul 06:00 WIB kami sudah bersiap untuk berangkat menuju Payakumbuh tentang apa yang ada di sana masih sebatas imaginasi saja. Ternyata kali ini Group Exora konsisten, mereka berangkat pukul 05:00 ikut bergabung Group Inova Abang Simanjuntak dari Rantau Parapat.
Di sekitar bangkinang kami (Group Carens II) mampir untuk sekedar sarapan, dan sekali-kali mampir membeli buah-buahan seperti Manggis, Rambutan. Dan yang paling spektakuler adalah durian. Dengan bermodalkan Rp. 80.000,- kami bisa menikmati durian sebanyak 13 butir. Kami sengaja merahasiakan hal ini kepada group Exora dan Inova, karena beberapa kali mereka menelepon dan jarak kami semakin jauh.
Kami benar-benar menikmati perjalanan, bahkan kami berhenti sekedar menikmati dan berfoto di danau buatan PLTA Kota Panjang.
Kelok Sembilan
Dua group terdahulu sudah tiba dikelok sembilan, sementara kami baru beranjak dari PLTA Kota Panjang. Perjalanan menuju Kelok Sembilan cukup menarik seperti ketika kami melakukan perjalanan ke Taman Iman di Sidikalang beberapa tahun sebelumnya. Beberapa jalan sedang dalam perbaikan sehingga cukup menghambat perjalanan kami dan…..
“Yah… ” kelok sembilan pun sampai, ini adalah kali pertama bagi kami menginjakkan kaki di tempat ini dan memang pemandangannya sangat bagus dan sedikit unik tentang apa keunikannya sayapun tidak tahu.
Jembatan layang di kelok sembilan ini diresmikan oleh bapak presiden SBY tanggal 31 Oktober 2013. “Jembatan Kelok 9 terdiri dari enam jembatan dengan panjang total 943 meter dan jalan penghubung sepanjang 2.089 meter yang dibangun dengan biaya keseluruhan Rp 602,55 miliar.
Tidak ada bosan-bosannya untuk berfoto dengan mengambil gambar dari berbagai sudut disekitar kelok sembilan. Sunggu pemandangan yang indah dan suasana yang mengasyikkan bisa berjalan-jalan bersama keluarga besar.
Lembah Harau
Perjalanan berikutnya adalah Lembah Harau, Lembah Harau tidak begitu jauh dari Kelok Sembilan karena sama-sama di Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat. Dengan membayar Rp. 5000/per orang saat memasuki Taman Wisata Lembah Harau, kami serasa “dikepung” tebing kemerah-merahan setinggi 150 hingga 200 meter. Tebing itu tegak mengelilingi lembah.
Di dasar tebing, bentangan sawah dan pepohonan hijau lagi rimbun membuat pesona Lembah Harau makin memukau. Lembah ini juga makin memikat dengan tujuh air terjun atau sarasah yang mengalir deras. Seperti makan minum demikian pula kami dalam mengabadikan suasana di sekitar Lembah Harau, hampir setiap sudut tidak lepas dari jepretan kamera HP.
Yang juga mengasyikan adalah memandang hamparan sawah dibawah tebing yang curam. Namun, saya sekali tidak ada satu villa pun yang kosong di sekitaran Lembah Harau karena semua sudah di booking untuk malam tahun baru.
Lembah yang memanjakan hati dan mata ini mempunyai legenda sendiri. Menurut hikayat setempat, dulunya di atas tebing berdiri sebuah kerajaan. Sedangkan lembahnya merupakan lautan. Suatu hari, putri kerajaan memilih terjun ke laut karena tak diizinkan menikah dengan lelaki yang disukainya. Sang raja lalu memerintahkan rakyatnya mencari jasad sang putri. Namun hingga laut dikeringkan, jenazah sang putri tetap tak ditemukan. Laut yang menjadi daratan itu kini dikenal sebagai Lembah Harau dan menjadi tempat bermukim yang indah.
Kantor Bupati
Karena tidak menemukan tempat penginapan maka, kami pun memutuskan untuk kembali pulang ke Pekanbaru. Ada sesuatu yang menarik, tepat di atas bukit ketika hendak keluar dari Taman Wisata Lembah Harau. Ya, “Kantor Bupati Limapuluh Kota.” Sangat indah dan menakjubkan, maka kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk sekedar mampir berfoto dan menikmati kantor yang cukup bagus dan indah ini. Dan group Invova dan Exora pun mengambil posisi yang pas untuk sekedar mengabadikan pemandangan indah.
Malam Tahun Baru
Kami tiba di rumah Abang Hutauruk pukul 23:00 WIB setelah melewati perjalanan melelahkan dari Lembah Harau. Setelah beristirahat sejenak kami pun langsung menuju rumah Inang untuk mengikuti kebaktian keluarga di pergantian tahun. Perjalanan tersendat, karena kota Pekanbaru dipenuhi oleh masyarakat yang tumpah di jalan sekedar merayakan dan menikmati pesta kembang api padahal suasana diiringi oleh hujan.
Tiba di rumah inang kebaktian pergantian tahun sedang berlangsung dengan khidmat dipimpin oleh St. Tiurma Panjaitan. Seperti biasa dalam kebaktian pergantian tahun setiap orang diminta komitmennya dalam menghadapi tahun 2016, serta perenungan kekurangan dan kesalahan ditahun yang lewat sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang.
Hari Keenam
Jumat, 1 Januari 2016, pagi-pagi sekali kami kembali ke rumah Abang St. AJ Hutauruk, sementara keluarga abang pergi ke ke Gereja mengikuti kebaktian Tahun Baru, kami berkemas. Ya, berkemas untuk persiapan pulang karena esok pagi kami memulai perjalanan kembali ke Karawang. Siang hari setelah berkemas, bersama keluarga AJ Hutauruk kami pun kembali kerumah Inang, karena kami tiba kali pertama di kota Pekanbaru adalah di rumah inang maka pulang pun eloknya adalah melalui rumah inang. 🙂
Menjelang sore, semua anak-anak diajak untuk pergi menonton si bioskop dibawah komando saya sendiri. Menonton bersama adalah acara terakhir yang dilakukan bersama dengan anak-anak. Pilihan film yang ditonton jatuh pada Film Stars Wars. Dan menjelang malam kami pun melaluinya dengan obrolan-obrolan ringan sampai akhirnya ditegur untuk istirahat karena besok akan melakukan perjalanan yang melelahkan.
Hari Ketujuh
Janji berangkat pukul 08:00 pagi, namun tereleasisasikan pada pukul 10:00 WIB. Setelah melakukan doa bersama, tidak lupa melakukan foto bersama. Anak-anak sangat gembira karena mendapatkan “angpau” dari Inang, kel. Abang Simanjuntak, kel Silaen, dan kel. Lae Panjaitan, seremonial ini bisa dikatakan adalah tukar kado.
Penjelasan gambar foto, Sebelah kiri adalah abang Silaen yang sedikit malu-malu untuk difoto (menutup wajah), dan di sebelah kanan adalah saya sendiri yang sedang memperhatikan semut merah yang sedang berebutan makanan. Setelah berjabat tangan dan permintaan maaf atas laku yang kurang berkenan selama di Pekanbaru kami pun “start engine” Carens II dan Exora.
Perjalanan Ke Karawang
Tidak seperti keberangkatan, pada saat pulang kami betul-betul non stop. Bahkan bisa dikatakan dalam perjalanan kami tidak beriringan karena kendaraan Exora tidak tahan dengan lambatnya Carens II (mungkin 😀 ). Pukul 22:00 WIB setelah melakukan perjalanan kurang lebih sepuluh jam kami beristirahat di SPBU sekitar Jambi hal ini pun kami lakukan setelah Abang St. AJ Hutauruk menelepon dan menyarankan istirahat. Perjalanan dilanjut pukul 05:00 (tanggal 3 Januari 2016) WIB. Kami makan pagi dirumah makan padang Pagi – Sore (Jambi – Palembang) dan bersih-bersih karena kamar mandi dan airnya sangat bersih. Kami tiba dikota Palembang pada siang hari pukul 12.00 WIB.
Seperti pada umumnya wanita, maka antara Exora dan Carens II sepakat untuk sekedar makan dan membeli oleh-oleh yang terkenal dari kota Palembang yaitu empek-empek.
Kami pasrah mengikuti petunjuk google maps untuk menuju “Empek-empek Beringin” karena kami tertinggal oleh Exora. Kurang lebih sekitar satu setengah jam menikmati yang ada di “empek-empek Beringin” kami kembali melanjutkan perjalanan.
Menjelang malam kami mampir ke warung tenda yang berada tidak jauh dari “hotel keluarga” saat pertama kali kami menginap ketika menuju Pekanbaru untuk sekedar mengisi perut yang sudah mulai berteriak. Hal ini semakin memperjauh jarak antara kami dengan Exora. Ada perasaan khawatir ketika melewati tempat peristiwa tabrakan (baca : Pekabaru Bersama Part 1) karena entah kenapa suasana dan waktunya pun sama saat peristiwa itu terjadi.
Saya mencoba beriringan dengan kendaraan lain khususnya yang pelat nomornya “B” namun selalu tertinggal karena jalannya kencang semua. Hingga akhirnya saya mendapat pesan untuk belok ke arah Bakauheni ketika melewati petunjuk Bakauheni dan Kota Lampung. Saya sedikit heran kok banyak mobil-mobil pelat Jakarta menuju kota lampung bukan jalan menuju Bakauheni.
Dan ternyata terjawablah, jalan yang saya pilih jarang dilalui kendaraan, hening, gelap gulita, bahkan tak terlihat ada rumah penduduk. Sekali-kali ada truk yang jalannya kayak keong sehingga terpaksa saya tinggal dan kembali sepi, hening dan serem. Anak-anak pun berdoa semoga tidak terjadi masalah, sementara kel abang Exora sudah jauh di depan. Kadang ada perkampungan yang kami lewati namun sepi bak tak berpenghuni, SPBU yang kami lewatipun gelap dan tertutup.
Setiap mobil yang lewat arah sebaliknya pasti selalu bersama entah itu empat mobil, tiga mobil dan tidak pernah ada yang sendiri hal ini memang menjadi pertanyaan dibenak kami masing-masing. Setelah melewati kurang lebih satu setengah jam di track ini, kami pun melihat SPBU yang terang dan “Spiriliii” ada exora di situ, sepertinya mereka sedang ngorok.”
Sejujurnya saya tidak tahan melihat mobil yang sangat kotor maka sepanjang istirahat di SPBU saya selalu menyempatkan untuk membersihkan Carens II yang selalu setia menghantarkan kami kemana supir mengarahkannya. Melihat saya tidak tidur, abang langsung mengajak berangkat kamipun akhirnya sampai di Pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 04:00 WIB (tanggal 4 Januari 2016), pelabuhan sepi dan kami langsung masuk ke dalam kapal. Perjalanan pun tidak lama karena kami sudah terbangun pukul 06:00 WIB. Dan pelabuhan Bakauheni adalah perpisahan kami dengan Exora, karena mereka menuju Cibubur, sementara kami menuju Karawang.
Sepanjang perjalanan menuju Karawang hanya disekitar Grogol dan Tomang yang sedikit tersendat, dalam perjalanan saya bertanya kepada ke tiga putra saya tentang perjalanan selama liburan Natal 2015 dan Tahun Baru 2016 ini mereka sepakat bahwa perjalanan ini menyenangkan… dan sayapun tersenyum puas.
Kami, tiba di Karawang tanggal 4 Januari 2016 pukul 10:30 WIB selisih 1 Jam lebih cepat keluarga Abang dengan Exoranya. Entah kenapa cita-cita untuk menulis di nusahati.com setibanya di rumah ternyata gagal total, karena saya tertidur sepanjang hari… ini hari terakhir batasan cuti saya… karena esok hari siap untuk bekerja kembali demi mendukung pencapaian target penerimaan pajak yang konon katanya sebesar Rp. 1.360 Triliun
..the end…
Artikel Sejenis Menarik Lainnya :