Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

Tanya : Ada teman yang belum Kristen tetapi tingkah lakunya sangat baik. Ia seorang yang sabar, suka menolong, dan belum pernah merugikan orang lain. Apakah orang sedemikian memiliki Roh Kudus? Apakah itu berarti tindakan-tindakannya dipimpin oleh Roh Kudus? Dan apakah orang ini diselamatkan?

Jawab : Secara prinsip kita tidak pernah boleh mengatakan orang itu, sekalipun sangat baik, dituntun atau dipimpin oleh Roh Kudus. Kita dapat mengatakan orang itu adalah orang baik, dan orang itu menuruti suara hati nuraninya. Hati nurani adalah wakil Tuhan. Hati nurani memberikan teguran dan memberikan peringatan sebelum dia berdosa. Hati nurani merupakan suatu suara dalam diri kita yang menyatakan kepada kita hukum-hukum moral yang seharusnya kita lakukan. Maka orang yang hidup sesuai dengan hati nurani adalah orang yang baik. Namun, hati nurani manusia tidak bisa berfungsi normal seperti yang seharusnya. Hati nurani manusia sudah mengalami pencemaran dari empat hal :

  1. Hati nurani telah dipengaruhi oleh budaya
  2. Hati nurani dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat
  3. Hati nurani dipengaruhi oleh agama
  4. Hati nurani dipengaruhi oleh kebiasaan berdosa dari orang itu sendiri,

Misalnya dalam hal pengaruh budaya terhadap hati nurani, jika dalam keluarga Tionghoa, seorang yang ditinggal mati oleh istrinya, kemudian menikah lagi, ia tidak dihina oleh masyarakat. Tetapi jika suami yang mati, kemudian istrinya menikah lagi, ia akan sangat dihina dan dicela oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena budaya Tionghoa terlalu memihak kepada laki-laki dan menghina perempuan. Maka jika perempuan ditinggal mati oleh suaminya, ia lebih suka tidak menikah lagi sampai mati, demi agar tenang hati nuraninya. Tetapi kalau orang Tionghoa ditinggal mati oleh istrinya, lalu menikah lagi, hati nuraninya terus bisa tenang, karena budayanya sudah merusak hati nurani. Pemikaran ini muncul dari ajaran Mencius. Dalam ajaran Mencius dikatakan, ada tiga hal kita tidak hormat pada orang tua, dan yang terbesar dari ketiganya adalah tidak melahirkan anak. Itu sebabnya, jika Saudara sudah menikah dan tidak mempunyai anak dan ditinggal mati  oleh istri, maka ia menikah lagi, supaya punya anak dan hormat pada orang tua. Tetapi jika seorang perempuan memakai alasan yang sama, ia akan dimaki-maki, karena sudah pernah punya suami, dan kalau menikah lagi akan mempermalukan keluarga suami yang meninggal. Di sini kebudayaan ikut mencemari hati nurani.

Yang kedua, pendapat masyarakat juga merusak hati nurani. Pemikiran masyarakat juga merusak hati nurani. Pemikiran masyarakat di Indonesia berbeda dari pemikiran masyarakat di India. Di India pernah ada praktik masyarakat di mana jika suami meninggal, istrinya akan dibakar hidup-hidup bersama-sama dengan jasad suaminya. Itu tanda sang istrinya mencintai suaminya. Ini merupakan tuntutan dari kebiasaan masyarakat sehingga membuat hati nurani bersuara berbeda.

Yang ketiga, agama juga mempengaruhi hati nurani. Bagi orang muslim, jika pada saat memakan bakmi goreng, kemudian seseorang memberi tahu bahwa itu dimasak dengan menggunakan minyak babi, maka hati nuraninya akan segera menegur dia, dan dia merasa sangat tidak enak memakan makanan tersebut. Tetapi jika orang Kristen yang diberitahu demikian, akan tetap makan dengan tenang, karena hati nuraninya tidak menegur dia untuk hal seperti ini. Maka disini kita melihat bahwa suatu hati nurani sangat dipengaruhi oleh agama.

Itu sebab hati nurani sangat ikut berperan dalam banyak hal. Kalau Saudara mengatakan seseorang baik, itu menurut perkataan hati nurani siapa? Setiap orang hati nuraninya tidak bersih lagi, tetapi sudah ada pengaruh-pengaruh tertentu. Dan apakah karena baik dia bisa masuk sorga, karena sabar bisa masuk sorga? Saya ingin tanya, siapa yang bisa lebih baik dari sapi? Kalau karena baik boleh masuk sorga, maka sorga akan penuh sapi. Sapi bukan cuman baik, tetapi juga rajin bekerja, bahkan setelah mati seluruh dagingnya, kulitnya masih berguna bagi manusia. Sorga adalah tempat di mana Tuhan berada. Itu adalah tempat yang suci, tempat yang adil, di mana orang yang baik sekalipun pernah melanggar hati nurani. Itu sebabnya, dikatakan bahwa Tuhan Allah telah melihat dari sorga, apakah ada orang baik di bumi, namun ternyata tidak ada, seorangpun tidak. Oleh karena itu, setiap kita membutuhkan keselamatan dan keselamatan hanya ada di dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Orang yang makin suci akan makin peka dan makin sadar dirinya kurang baik. Confusius berkata, “Tambahkan usiaku lima sepuluh tahun untuk mempelajari kitab perubahan, maka mungkin aku terhindar dari berbuat dosa yang besar.” Orang suci seperti Confusius pun menganggap diri kurang baik, apakah Saudara menganggap diri Saudara lebih baik? Seperti Ayub, Yesaya, Daniel, seperti Yohanes, Petrus, dan lain-lain, adalah orang-orang saleh dalam sejarah, tetapi mereka tetap mengakui bahwa mereka berdosa. Apakah Saudara mau mengatakan bahwa Saudara tidak berdosa?

Tanya : Seorang pensiunan dengan uang pensiunan yang pas-pasan, apakah juga diminta untuk memberikan perpuluhan? Atau, apakah harus benar-benar sepuluh persen dari uang pensiunannya? Itu akan membuat ia kekurangan dan ia memang sudah tidak bisa bekerja lagi.

Jawab : Membiasakan diri untuk hidup dengan sederhana dan membiasakan diri untuk mengutamakan Tuhan terlebih dahulu. Perpuluhan itu bukan milik kita, perpuluhan itu milik Tuhan. Jikalau kita tidak mengembalikan kepada Tuhan itu merupakan pencurian uang dari sang Pencipta. Ada yang mengatakan, bukankah konsep perpuluhan adalah konsep dalam perjanjian lama, dan tidak dibicarakan lagi dalam Perjanjian Baru? Sehingga dalam Perjanjian Baru yang ada adalah persembahan sukarela. Konsep dan penjelasan seperti ini mempersalahkan Alkitab. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sama-sama diwahyukan oleh Tuhan, sehingga kita tidak perlu membuat konflik antara kedua Perjanjian, memang mungkin di saat-saat Saudara kesulitan, di dalam kelemahan rohanimu, Saudara masih memakai uang perpuluhan itu. Namun Saudara harus ingat bahwa Saudara berhutang kepada Tuhan untuk itu. Belajarlah untuk mengurangi makan atau pakaian, dan belajarlah mengutamakan Tuhan untuk menjalankan perintah-Nya, dan dengan demikian Tuhan tidak akan melupakan atau meninggalkan kita. Ini merupakan janji Tuhan dalam Alkitab.

Tanya : Saya pernah mendengar bahwa yang masuk sorga bukan hanya orang Kristen saja, melainkan ada orang Kristen tetapi tanpa nama Kristen (anonim). Bagaimana pendapat seperti ini? Kebenaran yang sebenarnya bagaimana?

Jawab : Jikalau Saudara tidak suka membaca Alkitab tetapi suka mendengar sana-sini, nanti telinga Saudara akan bengkak. Jika tidak membaca Kitab Suci tetapi mendengarkan perkataan orang dengan berbagai pendapat, akan membuat Saudara menjadi simpang siur. Maaf, saya harus mengatakan dengan terus terang bahwa saat ini banyak gereja yang didirikan dengan motivasi yang tidak murni. Banyak orang yang tidak belajar Firman Tuhan dengan baik, tetapi naik mimbar. Atau ada orang yang katanya belajar teologi tetapi tidak baik-baik bertanggung jawab atas apa yang dikhotbahkannya, apakah sesuai dengan kebenaran mutlak Kitab Suci. Akibatnya Kekristenan di Indonesia menjadi simpang siur, ajaran menjadi semrawut, dan banyak penipuan atau kesalahan. Semua ini pasti akan dihukum oleh Tuhan. “Jangan banyak orang mau menjadi guru,” kata Firman Tuhan. “Apakah tidak Saudara ketahui bahwa siapa yang mengajar orang lain akan mendapatkan hukuman yang lebih berat?” Inilah peringatan dari Firman Tuhan (Yakobus 3 : 1).

Dua puluh tahun yang lalu di Surabaya ada seorang pendeta mengkhotbahkan inkarnasi Yesus. Ia mengatakan bahwa setelah mati ada inkarnasi. Ini salah. Ketika Allah menjadi manusia itu adalah Inkarnasi, tetapi kalau sudah mati, reinkarnasi. Ini bukan ajaran Alkitab. Bagaimana seorang pendeta tidak bisa membedakan antara inkarnasi dan reinkarnasi? Apalagi ia berani berkhotbah dari mimbar, sehingga membuat kacau banyak orang. Ia harus bertanggung jawab dihadapan Tuhan dan menerima penghukuman Tuhan Allah. Itu sebabnya, jika Saudara mau melayani Tuhan, janganlah Saudara bangga karena sudah bisa mendirikan mimbar atau gereja, sebab hukuman bagi Saudara jauh lebih berat  ketimbang orang Kristen lainnya.

Ada seorang berkata kepada temannya, bahwa ia bekerja apa saja gagal, lalu berdagang juga gagal, akhirnya ia berbisnis gereja. Ia mengatur sewa gedung, membayar pembicara dan menerima semua persembahan, akhirnya ia menjadi kaya-raya. Orang seperti ini bagaimana menjadi hamba Tuhan. Jika ada gereja di mana suami menjadi pendeta, istri menjadi bendahara, lalu semua majelis tidak punya hak apa-apa untuk mengatur keuangan gereja, itu bukan gereja, itu perusahaan pribadi, yang lebih merupakan sarang perampok. Kalau ada pendeta lalu semua perpuluhan diambil untuk pribadinya, maka ia bukan pendeta tetapi pendusta! Dia adalah perampok rohani, karena ia merampok uang milik keluarga Allah. Ini terjadi di Indonesia. Dari semua tempat yang saya pernah kunjungi, Indonesia adalah tempat dimana gereja-gereja paling berani mengajar sembarangan. Indonesia adalah tempat di mana banyak pendeta mengambil perpuluhan untuk kantongnya sendiri. Jangan Saudara mengikuti kebaktian di gereja-gereja demikian dan jangan Saudara anggap dia adalah hamba Tuhan.

Kita perlu kembali kepada Firman Tuhan, belajar, dan membandingkan kebenaran Firman Tuhan secara utuh dan keseluruhan. Dengan demikian, Saudara akan mempunyai iman yang kuat dan berakar di dalam Firman Tuhan. Ini sangat penting.

Jika seorang mengatakan bahwa di sorga bukan hanya ada orang Kristen, bisa ada dua kemungkinan pendapat : pertama, selain di gereja, Tuhan juga bisa menyelamatkan orang yang selama ini masih berada di luar gereja; kedua, agama-agama lain juga mungkin masuk sorga. Nah, ajaran kedua inilah bidat, karena semua orang diselamatkan hanya melalui Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat. Tetapi kemungkinan pertama masih dimungkinkan, yaitu ada orang yang tidak masuk ke dalam gereja, tetapi diselamatkan. Misalnya, Saudara pergi ke pedalaman dan memberitakan injil, akhirnya ada orang-orang yang mau percaya kepada Tuhan Yesus, dan sebelum sempat ke gereja ia sudah meninggal. Orang demikian tetap diselamatkan. Contoh orang demikian adalah orang yang disalibkan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Perampok ini belum pernah ke gereja, belum pernah dibabtiskan. Tetapi Tuhan Yesus sendiri memastikan keselamatannya. Jadi pengertian dari pertanyaan ini masih harus dipelajari lebih teliti lagi, sehingga kita mengerti apa maksud kalimat pendeta tadi.

Tanya : seorang ibu yang sejak kecil memang beragama Kristen, tetapi tidak mau diajak ke Gereja, karena sungkan kepada anak dan menantunya yang beragama Islam. Ketika diajak ke gereja dia mengatakan bahwa tidak apa-apa tidak ke gereja, yang penting ia sudah percaya kepada Tuhan Yesus.

Jawab : Ia percaya Tuhan Yesus tetapi takut dan sungkan kepada orang lain. Ini menunjukan bahwa imannya masih lemah. Orang yang tidak berani mengakui imannya di hadapan orang lain, adalah orang yang lemah imannya. Orang yang masih takut, suka berbohong. Kalau seseorang diancam mau dibunuh kalau percaya Yesus, maka karena takut mulutnya mengatakan “tidak.” Padahal hatinya percaya kepada Yesus. Apakah ia orang Kristen? Mungkin ia Kristen, tetapi belum memiliki iman yang kuat. Mungkin ia adalah orang Kristen yang masih takut pada situasi. Tetapi kalau ia terus menerus demikian sampai mati, maka ia tidak diselamatkan. Mengapa? Tuhan Yesus berkata. “ Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang disorga. Tetapi barang siapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkal di depan Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 10 : 32 -33). Maka mau tidak mau kita harus takluk kepada Tuhan Yesus. Kalau Saudara takut, satu-satunya jalan adalah minta Tuhan menambah kekuatan kepada Saudara sehingga Saudara berani mengakuinya di depan manusia. Minta Tuhan menguatkan iman Saudara, dan minta Tuhan memberikan keberanian. Sehingga suatu saat kelak Saudara dapat mengakui dengan lantang bahwa Saudara percaya Tuhan Yesus, sekalipun ada ancaman yang Saudara alami. Orang yang berseru Yesus adalah Tuhan akan diselamatkan. Inilah berita Alkitab. Pada zaman sekarang ini, khususnya para penginjil yang injili, sering kali  meminta orang mengatakan atau menyebut nama “Yesus” lalu beranggapan orang itu sudah diselamatkan. Kita perlu mencermati lebih jauh gejala ini. Yesus Kristus berkhotbah bahwa tidak semua orang yang berseru “Yesus adalah Tuhan” akan masuk ke sorga, tetapi mereka yang menjalankan kehendak Bapa yang akan masuk ke sorga (Matius 7 : 21 -23). Pada hari terakhir nanti ada orang-orang yang protes dan berkata : “Bukankah aku sudah bernubuat demi nama-Mu, menyembuhkan demi nama-Mu, mengusir setan demi nama-Mu?” Dan Tuhan Yesus akan berkata, “Enyahlah engkau pembuat kejahatan. Aku tidak pernah mengenal kamu.” Pada saat ini, banyak orang yang membuat muzizat memakai nama Yesus, bernubuat memakai nama Yesus. Mungkinkah nantinya mereka tidak masuk sorga? Berdasarkan Firman Tuhan ini, jawabannya: “Mungkin!” Ini adalah perkataan Tuhan Yesus sendiri. Kalau demikian, mengapa ada orang-orang yang tidak diselamatkan bisa melakukan mujizat memakai nama Yesus, bernubuat memakai nama Yesus? Itu berarti ada hal-hal khusus yang belum kita temukan. Kalau kita taat pada Tuhan dan dengan nama Tuhan Yesus setan ditaklukan, itu merupakan kebenaran. Tetapi setan ditaklukan, itu merupakan kebenaran. Tetapi bukan berarti semua mujizat seperti ini membuktikan Saudara sudah diselamatkan.

Paulus berkata bahwa orang yang berseru “Yesus adalah Tuhan” akan diselamatkan, sementara Tuhan Yesus berkata bahwa tidak semua orang yang berseru kepada-Nya sebagai Tuhan akan diselamatkan. Sepertinya kedua ayat ini berkonflik. Kita harus mengerti bahwa ada dua macam orang yang berseru “Yesus adalah Tuhan.” Yang pertama berseru dengan sifat ketaatan dan kerelaan kalau perlu dibunuh saat menyebut Yesus adalah Tuhan. Orang-orang ini bersedia menyangkal diri dan sungguh-sungguh rela memikul salib untuk mengikut Tuhan. Orang-orang ini akan diselamatkan. Tetapi ada orang yang berseru nama “Tuhan” untuk memperalat nama Tuhan, tanpa kerelaan untuk taat. Orang-orang ini adalah orang-orang yang melakukan kejahatan, sekalipun terkadang ia ikut dalam tim penginjilan dan muluk-muluk melayani Tuhan, sebenarnya ia belum diselamatkan.

Ketika Tuhan Yesus mengutus 70 murid untuk memberitakan Injil di kota-kota dan desa-desa, dan mereka diutus berdua-dua, Yudas termasuk di dalamnya. Setelah pulang, mereka bersukacita karena roh-roh diusir, mujizat terjadi, penyakit disembuhkan. Tetapi Yesus berkata “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga” (Lukas 10 : 20). Itu sebabnya, bukan semua orang yang menyerukan nama Tuhan Yesus akan diselamatkan, bukan orang yang melakukan atau giat ikut dalam tim penginjilan akan diselamatkan. Tetapi seperti Paulus katakan, yaitu orang-orang yang digerakkan oleh Roh Kudus, mengerti kebenaran Firman dengan benar, sehingga juga mengenal Yesus dengan benar, lalu berseru kepada Yesus sebagai Tuhan, maka orang-orang sedemikian akan diselamatkan (1 Korintus 12 : 3). Ketika Paulus menulis, ia sedang berada di dalam bahaya, dan akhirnya ia juga harus mati syahid. Untuk ini kita perlu mengerti bahwa Kekaisaran Romawi memiliki undang-undang bahwa siapa yang menyebut “Tuhan” kepada manusia lain, selain Kaisar, harus dibunuh. Jadi, jika ada orang yang mendengar dan menerima Injil, lalu ia harus berseru “Yesus adalah Tuhan,” maka ia harus dibunuh. Karena menurut hukum Romawi, satu-satunya tuhan sejati hanyalah Kaisar. Maka orang yang berani menyebut orang lain sebagai tuhan, ia harus dihukum mati. Maka orang yang bersedia menyebut Yesus “Tuhan,” ia telah bersedia untuk mengambil risiko dibunuh. Orang demikian akan diselamatkan. Jadi, jangan Anda menyangka sorga boleh sembarangan dimasuki manusia.