Allah Tidak Mudah Marah

Allah adalah Tuhan yang tidak mudah marah. Jika Allah, sebagai Pribadi tertinggi, tidak mudah marah, mengapa kita boleh mudah marah? Mengapa Tuhan Allah tidak murah marah? Itu berarti Dia bisa marah, tetapi Dia Tidak mau sembarangan menyatakan emosi kemarahan-Nya. Jika Tuhan Allah Tidak mudah marah, bagaimana mungkin kita yang merupakan ciptaan yang kecil ini boleh sembarangan marah?

Suatu kali, di bandara Malang, satu penerbangan tidak bisa berangkat, sehingga jadwal ditunda satu setengah jam kemudian. Seorang pengusaha marah luar biasa. Semua orang menjadi takut, karena dia marah begitu keras dan dia marah kepada setiap orang yang ada di bandara tersebut. Itu karena jadwal keberangkatan pesawatnya ditunda. Mungkin karena dia merasa kedudukan atau pangkatnya tinggi sehingga dia tidak suka  ditunda seperti itu. Tetapi sebenarnya, kalau seseorang pangkatnya sudah sangat tinggi, dia seharusnya tidak mudah marah, sebagaimana Tuhan yang pangkatnya paling tinggi tidak mudah marah. Orang yang mudah marah pasti pangkatnya rendah.

Orang yang semakin tinggi posisinya tidak mudah marah, karena dia akan sadar bahwa dengan posisinya yang tinggi, dia tidak boleh sembarangan marah. Allah kita tidak mudah marah dan tidak sembarangan marah. Ini merupakan contoh teladan dan sekaligus merupakan tujuan yang kita tuntut di dalam diri kita untuk Tuhan ajarkan kepada kita. Kalau kita adalah anak Tuhan yang sudah diselamatkan dan sudah lahir kembali, kiranya kita boleh belajar dari Tuhan.

Saya sering dijuluki orang-orang sebagai “Stephen Tong yang tidak ada Roh Kudus di dalamnya.” James Riady, ketika ditanya dengan pernyataan di atas, menjawab:”Jika dia tidak ada Roh Kudus di dalamnya bagaimana dia bisa melayani berpuluh tahun dengan setia seperti itu? Pasti dia adalah orang yang dipimpin oleh Roh Kudus,” Ada atau tidaknya Roh Kudus dalam diri seseorang, salah satunya adalah bagaimana dia merespon dengan kemarahan. Ada orang yang menuduh: “Kalau Stephen Tong ada Roh Kudus, mengapa dia suka marah-marah seperti itu?” Maka kini kita perlu kembali ke tema  kita, yaitu “Kemerahan dalam Kesucian.”

 1. Kemarahan yang Suci adalah Kemarahan Allah

Kemarahan yang suci adalah kemarahan Tuhan Allah sendiri. Kemarahan yang suci itu diperlukan. Allah tidak mudah marah bukan berarti Allah tidak bisa dan tidak boleh marah. Itu juga bukan berarti Allah tidak pernah marah. Allah marah, tetapi Allah tidak sembarangan marah. Kemarahan Allah merupakan hak dari otoritas tertinggi. Allah adalah otoritas itu sendiri dan prinsip itu  sendiri. Tetapi apa prinsip tentang sesuatu itu? “Sesuatu” itu seharusnya merupakan hal yang tidak boleh salah, merupakan suatu prinsip mendasar yang tidak boleh dikorbankan atau dikompromikan. Justru prinsip itu adalah prinsip dari Tuhan Allah sendiri. Allah sendiri memiliki prinsip yang tertinggi, sehingga yang mengganggu prinsip tersebut berarti mengganggu kebenaran. Jika kebenaran itu diganggu, maka kebenaran itu akan marah karena dengan demikian kebenaran itu akan kacau. Kebenaran sejati tidak boleh dikacaukan. Otoritas tertinggi yang juga merupakan prinsip yang tertinggi adalah Kebenaran per se (sesuatu pada dirinya sendiri, tidak bergantung atau terkait dengan hal lain). Kebenaran itu sendiri adalah dirinya Allah itu sendiri. Allah marah jika kebenaran Allah digeser.

2. Ilah Agama dan Kemerahan

Di dalam agama-agama ada dua macam ekstrem dalam kaitan dengan kemarahan. Ada agama-agama yang menggunakan kemarahan ilah sebagai sesuatu untuk menakut-nakuti penganut-penganutnya. Di sini kemarahan dipakai untuk menimbulkan perasaan ketakutan yang sangat besar pada pengikutnya. Jika kamu pergi ke kuil-kuil tertentu, kamu akan melihat patung-patung yang terlihat begitu menakutkan dengan mata yang besar dan melotot marah, dengan tangan yang mengancam, sehingga ketika masuk ke tempat itu, kamu akan merasa takut lalu tidak berani berbuat dosa. Tetapi jika kamu masuk ke dalam kelenteng-kelenteng tertentu, kamu juga akan menemukan patung dengan figur yang begitu baik, tersenyum ramah dan terlihat penuh kemurahan. Di sini kita melihat konsep kemurahan yang luar biasa. Kemarahan berlawanan dengan kemurahan hati. Jika kamu bertemu dengan patung-patung Sidharta Gautama (Buddha), patung itu selalu dilukiskan dengan senyum yang ramah. Juga jika kamu melihat patung dewi Kwan Im, patung itu dibuat senantiasa tersenyum. Kwan Im adalah proyeksi atau bayang-bayang dari dewa yang penuh dengan pengertian, yang mau memeluk dan memberkati kita. Konsep ini mirip dengan konsep Maria dalam gereja Roma Katolik. Maria digambarkan sebagai wanita yang begitu lembut, begitu baik, begitu ramah, dan cenderung diperdewakan oleh pengaggumnya. Di dalam Alkitab tidak ada ide manusia berdoa kepada Maria. Itu bukan ajaran Firman Tuhan. Kalimat terakhir tentang Maria adalah Kisah Para Rasul 1:14-15, di situ rasul-rasul tidak berdoa kepada Maria, tetapi Maria bersama dengan rasul-rasul berdoa kepada Yesus Kristus.  Itu catatan terakhir Alkitab tentang Maria. Maka baik gambaran dewi Kwan Im yang begitu murah dan penuh kasih, maupun konsep Roma Katolik tentang Maria, dilukiskan tanpa kemarahan sama sekali. Tetapi di lain pihak, dewa-dewa seperti Syiwa dalam agama Hindu dilukiskan sebagai dewa yang penuh kemarahan, dan kemarahan itu begitu dasyat dan menakutkan di seluruh dunia. Syiwa adalah ilah perusak atau pembinasa. Syiwa bagi sebagian orang Hindu dianggap sebagai dewa yang paling berkuasa dan paling tinggi derajatnya, melampaui Brahma dan Wisnu. Jadi, pencipta tidak memiliki kuasa sebesar perusak, dan pemelihara masih kalah kuasa dibanding dengan perusak. Kuasa perusak dianggap lebih besar daripada kuasa pencipta dan kuasa pemelihara, dan karena itu manusia takut kepada kekuatan perusak dan pembinasaan yang dimiliki oleh Syiwa.

Kwan Im sebenarnya bukanlah dewi. Sebenarnya, Kwan Im itu laki-laki, kemudian dijadikan wanita di dalam tradisi Tionghoa. Aslinya dewa ini dari India. Sampai saat ini masih ada tiga kuil Kwan Im di India, dan semuanya menggambarkan Kwan Im dengan figur laki-laki. Ketika gambaran ini dibawa ke Tiongkok, orang tiongkok membutuhkan figur yang lebih murah hati dan lebih lembut untuk melukiskan cinta kasih. Karena figur laki-laki dianggap kurang murah hati dan kurang lembut dan penuh kasih, maka diubah menjadi figur perempuan.

3. Allah Kristen dan Kemarahan

Di dalam agama ada dua ekstrem, yaitu dewa yang marah dan dewa yang murah. Alkitab mengatakan bahwa Allah Kristen adalah Allah yang penuh rahmat, dan tidak mudah marah. Di dalam Mazmur 103:8, diungkapkan tiga hal tentang Allah, yaitu bahwa Allah adalah Allah yang rahmaniah, Allah yang rahimiah dan Allah yang tidak murah marah. Tetapi tidak ada satu ayat Alkitab mengatakan bahwa Allah tidak pernah marah, atau tidak boleh marah, atau tidak bisa marah.

Alkitab berulang kali mencatat bahwa Allah marah. Itu berarti kalau orang Kristen marah, bukan berarti itu pasti selalu berdosa. Kalau marah itu dosa, maka ketika Allah marah, Dia telah berbuat dosa. Justru tidak, karena Allah yang suci adalah Allah yang marah. Maka dengan ini, kita melihat adanya suatu kemarahan yang disebut sebagai “Kemarahan yang suci.”

Ketika orangtua melihat anaknya berbuat dosa, hidupnya rusak, melacur, berjudi, dan berbuat hal yang jahat, dia seharusnya marah. Orangtua berhak marah karena anak itu adalah anaknya. Apakah kemarahan ayah itu sama berdosa seperti dosa anak yang melacur? Tidak! Kita bisa melihat contoh ini dari hidup seorang perancang desain mobil BMW. Mobil BMW sekarang ini semakin hari  semakin baik kualitasnya, semakin mampu bersaing dengan Mercedes Benz. Pada tahun 1985 BMW diperintah oleh pemerintah Jerman untuk membuat mobil yang lebih kecil, sementara Mercedes membuat yang lebih besar. Bukan berarti BMW tidak boleh membuat seri yang besar. BMW mempunyai seri 3, 5, 6, 7, 8. Seri 6 dan 8 tidak masuk ke Indonesia. Tetapi sekitar tahun 90-an, BMW berhasil menjual seri 3 sebanyak 65 persen dan semua seri lainnya dijumlahkan hanya mencapai 35 persen. Pada saat itu, karena ekonomi mulai tidak selancar dan sekaya sebelumnya, apalagi setelah krisis keuangan di tahun 1997 ke belakang, maka seri yang besar semakin tidak laku. Orang semakin beralih menuju ke mobil yang lebih kecil. Maka sekitar tahun itu, Mercedes mulai rugi, dan untuk pertama kalinya dalam tahun itu tidak mengumumkan labanya secara publik. Maka Mercedes kemudian beralih dan mencoba masuk ke percaturan mobil kecil. Pemerintah mengizinkan hal ini, dan mulailah dibuat Mercedes kelas A. Setelah itu, situasi Mercedes mulai membaik. Saya ingin mengungkapkan dalam cerita ini, bahwa para pembuat desiain BMW mempunyai peran yang sangat besar dalam hal ini. Karena desain memakai otak sedemikian berat. Sebab jika salah desain, akan menimbulkan kerugian besar. Maka pembuat desain harus dibayar tinggi sangat tinggi, karena dia menentukan nasib seluruh pabrik. Jika desainnya gagal, maka bisa-bisa seluruh pabrik akan bangkrut. Jika desainnya bagus, maka penggunanya akan sangat nyaman dan baik sekali. Tetapi kalau desainnya buruk, maka penggunaannya sangat tidak nyaman dan sangat mudah rusak. Apalagi di dalam desain masih terkandung unsur estetika, unsur fungsi, unsur ekonomis, dan berbagai unsur lain yang tergabung menjadi satu, yang membutuhkan keterampilan otak yang luar biasa tajam. Mercedes dan BMW sama-sama memiliki kebijaksanaan untuk mengganti model setiap lima tahun sekali. Mobil Amerika berusaha mengganti model setiap tahun, sehingga akhirnya kehabisan model dan semakin lama menjadi semakin jelek bentuknya. Jepang, seperti Honda, meniru Jerman bukan meniru Amerika, sehingga mereka juga merubah model setiap lima tahun sekali.

Perancang (desainer) BMW bekerja luar biasa untuk memikirkan pergantian model selama lima tahun. Dia bekerja begitu berat untuk menghasilkan suatu rancangan yang bisa membawa pabriknya sukses. Dia memang pekerja yang baik. Tetapi anaknya tidak. Anaknya melacur, minum minuman keras, narkotik, lalu setiap pulang ke rumah meminta uang dari ayahnya. Akhirnya suatu saat, ayah itu marah sekali, lalu mengambil pistol dan menembak mati anaknya sendiri. Itu adalah anak satu-satunya. Dia mau mendidik anaknya, tetapi akhirnya malah membunuh dia. Setelah kemarahan yang begitu keras, kini berganti dengan kepedihan yang luar biasa. Dia seorang penting di Jerman, yang turut menentukan pergerakan ekonomi, perdagangan, industri, dan lain-lain. Reputasi dan gengsi dari negara Jerman yang begitu tinggi di dunia sangat bergantung pada karyanya. Kini orang ini telah membunuh anak sendiri. Polisi menangkapnya dan harus menghukum dia. Akhirnya pemerintah Jerman memberikan kelonggaran ketika menghadapi dia, dengan dua alasan : pertama, karena dia tidak sembarangan marah. Dia bukan pemarah, bahkan jarang sekali marah. Tidak ada catatan apa pun bahwa dia pernah marah-marah atau sembarangan marah, kedua, karena anak itu terlalu kurang ajar, sementara tindakan ayah itu tidak sengaja. Mau mendidik tetapi akhirnya menimbulkan kematian. Orang ini mendapat keringanan karena kemarahannya itu tidak sembarangan, dan dianggap sebagai kemarahan yang wajar kepada anak yang terlalu kurang ajar. Maka anak itulah yang dianggap telah mengganggu prinsip kebenaran.

Nama Buku        :  Pengudusan Emosi
Sub Judul           :  Sukacita Yang Kudus
Penulis                :  Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit              :  Momentum, 2011
Halaman           :  81 – 88

Artikel Terkait :