Nikodemus memulai pembicaraan dengan mengatakan, “Kami tahu…” Siapakah kami? Jelas di sini yang dimaksud dengan ‘kami’ bukanlah orang Farisi secara keseluruhan, karena orang Farisi tidak sepaham dan menolak Yesus. Yang dimaksud dengan ‘kami’ di sini adalah Nikodemus dan beberapa orang yang dia asumsi sepikiran dengannya, yang mengakui mujizat-mujizat yang Yesus lakukan, yang tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang tidak disertai Allah. Yesus tidak mengomentari pernyataan Nikodemus tersebut. Kalau Yesus berkomentar, sangat mungkin akan tercetus kata yang tegas dan keras, “Apa yang kalian orang Farisi, ahli Taurat, guru agama lakukan selama ini? Mengapa kalian yang konon menyelidiki Taurat Musa tidak mempunyai penyertaan Tuhan? Sekalipun status kalian adalah guru orang Israel, rajin berdoa kepada Tuhan, mempelajari Taurat, tetapi faktanya kalian berkompromi, menyembah Allah di Bait yang tidak dibangun menurut perintah-Nya.” Maka, lebih baik Tuhan Yesus menyatakan pernyataan yang mengandung tiga elemen penting, yaitu: 1) Kerajaan Allah, 2) diperanakkan pula, dan 3) orang yang menantikan Kerajaan Allah.

Ia menyatakan ini demi menegaskan konsep Kerajaan Allah yang telah salah dianut oleh orang Yahudi selama ratusan tahun itu. Mereka pikir, mereka adalah umat Allah, maka kerajaan (dunia) mereka itulah Kerajaan Allah. Jadi Kerajaan Allah yang ada di benak mereka adalah negara Israel yang merdeka dari jajahan kekaisaran Romawi, di mana takhta Daud dipulihkan. Pemikiran demikian ternyata bukan hanya mencemari orang-orang Farisi, tetapi juga murid-murid Tuhan Yesus. Menjelang Tuhan Yesus naik ke sorga, Petrus masih bertanya, “Bilakah saatnya Engkau membangkitkan kerajaan Israel?” Dan Tuhan Yesus menjawab, “Tentang kapan waktunya Tuhan memulihkan kerajaan Israel, kamu tidak perlu tahu. Yang harus kamu kerjakan adalah tunggu di Yerusalem sampai Roh Kudus datang atas kamu, dan kamu akan menerima kuasa untuk menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi.” Hal ini ditegaskan Tuhan Yesus karena Kerajaan Sorga yang Yesus maksudkan adalah kerajaan rohani, bukan yang bersifat duniawi, di mana Anak Allah bertakhta di hati setiap orang pilihan-Nya yang beriman kepada-Nya.

Oleh karena itu, Yesus tidak bertanya kepada Nikodemus, “Apa yang engkau inginkan ketika Kerajaan Allah tiba?” tetapi Ia berkata dengan tegas, “Engkau harus diperanakkan pula.” Ini karena istilah yang mereka pakai sama, yaitu ‘Kerajaan Allah’, tetapi pengertiannya berbeda. Tuhan Yesus menegaskan Injil Kerajaan Allah harus diberitakan ke seluruh dunia, sementara yang Nikodemus inginkan adalah kemenangan bangsanya, bagaimana kerajaan Israel dipulihkan. Hal ini tepat seperti yang dinyatakan oleh Baruch Spinoza kira-kira 300 tahun yang lalu, “Semua perdebatan dimulai dari pengertian yang berbeda atas istilah yang sama.” Dengan pemahamannya, Nikodemus sebagai orang Farisi yang terus merindukan datangnya Kerajaan Allah tidak dapat mengerti mengapa seseorang harus diperanakkan pula, baru bisa melihat Kerajaan Allah. Itu sebabnya ia bertanya, “Bagaimana mungkin seorang yang sudah tua bisa dilahirkan kembali?” Yesus tidak memberikan penjelasan yang rinci tentang hal ini, tetapi tetap menegaskan bahwa Nikodemus harus dilahirkan kembali dengan air dan Roh Kudus. Air adalah lambang penyucian dan pertobatan. Pengertian penyucian dan pertobatan itulah yang membuat orang Israel datang berduyun-duyun datang dari pelbagai tempat ke sungai Yordan untuk menerima baptisan dari Yohanes Pembaptis. Tetapi Yohanes Pembaptis menyatakan kepada mereka, “Aku hanya membaptiskanmu dengan air, tetapi Dia yang akan datang setelah aku akan membaptismu dengan Roh Kudus.” Mengapa demikian? Karena baptisan air hanyalah lambang, sementara Roh Kudus adalah: 1) Roh yang menguduskan; 2) Roh yang memimpin kita masuk ke dalam kebenaran. Maka orang yang hanya banyak berteriak tentang Roh Kudus, tetapi hidupnya tidak kudus, dia sedang menyampaikan kebenaran palsu. Jangan kita terkecoh oleh ajaran-ajaran yang disampaikan oleh guru palsu, nabi palsu, theolog palsu, pendeta palsu. Banyak orang tidak mau kembali ke Alkitab, kebenaran yang Allah sendiri wahyukan. Mereka mengklaim dirinya mempunyai Roh Kudus dan memaksa orang lain untuk percaya bahwa apa yang dia katakan berasal dari Roh Kudus, padahal yang dikatakan hanyalah mimpi manusia biasa, atau pengalaman pribadinya saja.

Kita harus ingat bahwa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah wahyu Allah yang adalah kebenaran yang tertulis dan sudah lengkap. Itulah sebabnya, Theologi Reformed tidak menerima wahyu baru di luar Kitab Suci. Semua di luar itu hanyalah iluminasi, suatu pencerahan Roh Kudus terhadap wahyu yang sudah Dia berikan. Memang, ada saja orang-orang yang ngomong, “Tuhan berkata kepadaku…”, tetapi apa yang dia katakan berbeda dengan ajaran Alkitab. Itu seperti yang dilakukan oleh Joseph Smith (pendiri Mormonisme) di abad ke-19, dan juga banyak pendeta Karismatik di abad ke-20. Sebenarnya hanya dengan mengklaim Roh Kudus lebih besar daripada Kitab Suci, kita sudah melihat tanda bahwa mereka tidak percaya pada kebenaran Alkitab. Jika seseorang mendapatkan sesuatu dari Roh Kudus, hal yang lebih tinggi dari catatan Kitab Suci, bukankah itu berarti dia lebih hebat dari para nabi dan para rasul? Orang yang mengidentikkan iluminasi dengan inspirasi (wahyu) akan menyesatkan banyak orang. Sesungguhnya, pewahyuan Kitab Suci sudah berhenti, tidak boleh ada penambahan lagi. Tetapi Roh Kudus terus bekerja mencerahkan pikiran kita (iluminasi) untuk bisa mengerti Kitab Suci dengan lebih jelas. Di Bait Allah ada kaki dian lambang pencerahan, roti lambang makanan rohani, kemenyan lambang doa syafaat. Orang yang melayani Tuhan perlu makanan rohani, perlu Kristus yang mendoakan dia dan menjadi perantara yang membawanya datang kepada Bapa, serta Roh Kudus yang memberikan pencerahan untuk manusia bisa datang kepada Tuhan.

Kita telah membahas tentang visi, yaitu bagaimana melihat Allah bertakhta dan memerintah di dalam Kerajaan-Nya. Orang yang tidak punya visi, hidupnya akan santai, sementara orang yang punya visi, akan sungguh-sungguh melayani Tuhan dengan rasa gentar dan rendah hati. Orang yang belum lahir baru ketika datang ke gereja hanya melihat gedung, dinding, lantai, AC, lampu, mimbar, salib, dan lain-lainnya. Tetapi orang yang sudah dilahirkan kembali, melalui imannya ia dapat melihat takhta Tuhan, rencana keselamatan-Nya, melihat Kerajaan-Nya. Bahkan, ia bukan hanya melihat, tetapi juga masuk ke dalam Kerajaan Allah. Musa hanya dapat melihat tanah perjanjian dari kejauhan, tetapi tidak diizinkan masuk. Ini adalah peristiwa yang sangat menyedihkan. Bagaikan sepasang kekasih yang hanya boleh saling melihat, tanpa boleh bertemu. Musa hanya diizinkan naik ke Gunung Nebo, melihat tanah perjanjian yang penuh susu dan madu, lalu ia mati. Itulah lambang Perjanjian Lama. Taurat hanya memberitahukan kepada kita bahwa manusia adalah manusia berdosa yang harus menerima hukuman Tuhan. Sampai di Perjanjian Baru barulah kita memperoleh anugerah yang membebaskan kita dari hukuman dosa. Musa melambangkan orang Kristen yang hidup di dalam kedagingan, tidak menikmati kemenangan; dia memang sudah keluar dari tanah Mesir, tetapi tidak dapat menikmati tanah Kanaan yang penuh susu dan madu, menikmati janji Tuhan yang berlimpah atas umat-Nya. Jadi, hanya orang yang sudah diperanakkan pula lewat air dan Roh Kudus yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Ayat 6 mengindikasikan dua jenis manusia, yaitu 1) dilahirkan oleh daging; dan 2) dilahirkan oleh Roh. Orang yang dilahirkan oleh daging adalah orang yang lahir seturut dalil genetika, yaitu Adam dan Hawa menikah lalu melahirkan anak cucu. Orang yang lahir satu kali akan mati dua kali, tetapi orang yang lahir dua kali hanya perlu mati sekali saja. Saat kita dilahirkan oleh ibu, itulah kelahiran kita yang pertama, yaitu menerima hidup daging. Sampai kita kemudian dilahirbarukan oleh Roh Kudus, yaitu kelahiran kita yang kedua, kita menerima hidup kekal. Ketika waktunya tiba, kita akan mati. Itulah kematian yang pertama. Tetapi karena kita sudah memiliki hidup yang kekal, maka kita tidak perlu mengalami kematian yang kedua. Maka orang yang lahir dua kali hanya perlu mati satu kali, sementara orang yang hanya dilahirkan satu kali, selain mengalami kematian tubuh, ia juga akan dicampakkan ke neraka untuk selama-lamanya. Itulah kematian yang kedua. Itulah yang dituliskan oleh Kitab Wahyu, sangat menakutkan dan sekaligus sangat membahagiakan. Maka orang yang betul-betul mengerti hal ini, dia akan hidup dengan takut akan Tuhan, hidup lebih sesuai dengan kehendak-Nya. Sementara orang yang hanya lahir satu kali, selain mengalami kematian yang pertama, ia juga akan mengalami kematian yang kedua. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus, “Engkau harus diperanakkan pula.”

Muncul pertanyaan: Mengapa setelah memperoleh hidup yang kekal, tubuh kita masih harus mati? Hal ini terjadi karena tubuh adalah tubuh dan roh adalah roh. Di ayat 6 Tuhan Yesus membagi hidup manusia menjadi dua kategori, yaitu: hidup yang berada di arus hidup Adam yang pertama, dan yang berada di arus hidup Kristus, Adam yang kedua dan yang terakhir. Di hadapan Allah, hanya ada dua representatif: 1) Adam, representasi orang berdosa dan 2) Kristus, representasi orang yang diselamatkan. Jadi, penginjilan adalah memindahkan orang dari kerajaan maut ke kerajaan hidup. Penginjilan memindahkan orang yang berjalan di dalam arus hidup Adam untuk diperanakkan pula sehingga memperoleh hidup baru, menjalankan firman-Nya, mengikuti pimpinan Roh Kudus. Itu sebabnya, orang Kristen yang menerima ajaran Watchman Nee akan berbeda dari mereka yang menerima ajaran Reformed.

Watchman Nee merupakan salah seorang pendeta Tionghoa di abad ke-20 yang paling intelektual, paling tajam pikirannya, paling mahir melogikalisasikan semua hal. Sama dengan John Calvin yang menulis Institutes of Christian Religion pada usia 26 tahun, Watchman Nee secara anonim menulis The Spiritual Man pada usia 26 tahun. Ia sengaja tidak mencantumkan nama sebagai penulis sebagai bentuk penyangkalan diri, agar kebenaran yang dia temukan bisa menjadi berkat bagi seluruh dunia tanpa menonjolkan diri. Bagi saya, mencantumkan nama penulis di bukunya bukanlah tanda penulisnya kurang rohani, tetapi sebagai bentuk tanggung jawab penulis, sehingga ketika ditemukan kesalahan pada bukunya, penulisnya dapat dicari. Orang yang tidak mencantumkan nama pada tulisannya berasumsi bahwa tulisannya sudah sempurna, sehingga demi Tuhan dipermuliakan secara penuh maka ia tidak mencantumkan namanya. Motivasinya benar, tetapi asumsinya salah. Kita harus melihat bagaimana ketika Paulus menulis surat, dia tetap mencantumkan namanya sebagai penulis karena ia mau bertanggung jawab untuk apa yang ia tulis.

Bagi saya, sesuai Alkitab hanya ada dua jenis manusia, yaitu: yang di dalam Kristus dan yang di dalam Adam. Tetapi Watchman Nee membagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1) manusia jasmani (sarkikos); 2) manusia jiwani (psikikos); dan 3) manusia rohani (pneumatikos) – (band. 1Kor. 2-3). Oleh karena itu, mereka berasumsi bahwa manusia juga terdiri dari tiga elemen yaitu: tubuh, jiwa, dan roh. Ini yang disebut teori trikotomi. Kebanyakan orang Baptis, Pantekosta, dan Karismatik memegang paham ini. Mereka memegang satu ayat sebagai dasar, yaitu 1 Tesalonika 5:17. Inilah satu-satunya ayat yang menyatakan tiga unsur sekaligus di dalam satu ayat, yaitu: tubuh, jiwa, dan roh. Mereka berpandangan bahwa fungsi tubuh adalah suatu kesadaran dunia. Saya menggunakan tubuh saya untuk bersentuhan dengan dunia materi. Tubuh dipakai untuk menyentuh materi yang tampak, yang Tuhan ciptakan. Ini disebut sarkikos. Fungsi jiwa adalah untuk menyadari keberadaan diri. Ini disebut sebagai psikikos. Psikikos adalah kesadaran diri yang membuat manusia memiliki harga diri, sadar akan kekurangan diri, dan timbul rasa rendah diri. Menurut Watchman Nee, ada tiga hal yang berbeda di dalam jiwa manusia yaitu: rasio, emosi, dan kemauan. Itulah yang membuat manusia berbeda dari binatang. Binatang tidak dapat melakukan analisis, melakukan riset, dan membuat kesimpulan karena binatang tidak memiliki rasio, walau binatang bisa membedakan roti yang bisa dimakan dari batu yang tidak bisa dimakan. Binatang tidak memiliki emosi yang rumit seperti manusia, walau ada binatang yang dalam kondisi tertentu bisa sedih atau stres. Dan tidak ada binatang yang memiliki keinginan yang kreatif, tetapi mereka memiliki naluri untuk hidup. Dan fungsi roh adalah untuk menyadari keberadaan Allah. Ini disebut pneumatikos. Pneumatikos yang memampukan manusia bisa berelasi dengan Allah.

Analisis di atas tidak benar. Watchman Nee memasukkan rasio, emosi, dan kehendak di dalam fungsi jiwa. Ini tidak benar. Akibatnya, orang bisa salah mengerti bahwa Allah tidak memiliki rasio, emosi, dan kehendak, karena Allah tidak berjiwa, tetapi Roh adanya. Trikotomi hanya menggunakan satu ayat sebagai dasar analisis mereka. Ini bukan cara yang benar dalam melakukan eksegesis Kitab Suci. Di sini kita perlu belajar doktrin manusia dengan benar.

Alkitab mengatakan bahwa tubuh tanpa jiwa mati adanya. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia hanya memiliki dua bagian: 1) bagian yang tampak, yaitu tubuh yang bersifat materi; dan 2) bagian yang tidak tampak, yaitu bagian jiwa yang rohani. Maka Alkitab menggambarkan anak laki-laki yang dibangkitkan Elia sebagai “jiwanya kembali ke tubuhnya”.

Kesulitan besar para penganut trikotomi adalah bagaimana menjelaskan apa yang terjadi ketika seseorang mati. Mereka mengatakan bahwa tubuhnya dikubur, rohnya kembali kepada Tuhan. Lalu bagaimana dengan jiwanya? Bagi mereka, jiwa itu lenyap. Alasannya, ketika Tuhan menciptakan Adam, Allah menggunakan debu tanah, jadilah orang-orangan yang memiliki mata, hidung, tubuh, dan lain-lain, lalu Tuhan menghembuskan nafas hidup ke hidungnya. Jadi Adam terbuat dari tanah dan nafas. Lalu dari mana datangnya jiwa manusia? Bagi mereka, jiwa itu mendadak muncul ketika roh, yaitu nafas itu menyatu dengan tubuhnya. Bagaikan bola lampu pijar yang menyala bercahaya ketika ia disambung ke listrik. Jadi, cahaya adalah epifenomena (fenomena yang ada saat lampu disambung ke listrik), tetapi ketika aliran listriknya diputuskan, dia tidak bercahaya lagi. Cahaya itu hilang begitu saja ketika tidak ada aliran listrik. Di sini kita harus berhati-hati: Allah itu Terang, bukan terang itu Allah; Allah itu Kasih, bukan kasih itu Allah; Allah itu Hidup, bukan hidup itu Allah; Allah itu Roh, bukan roh itu Allah. Kita tidak boleh membalikkan kalimat ini. Inilah yang membuktikan Allah ada, tidak peduli engkau melihat-Nya atau tidak. Demikian juga cahaya, dia ada bukan karena engkau melihatnya, atau menjadi hilang, karena engkau tidak melihatnya.

Ajaran trikotomi diterima oleh orang-orang Pantekosta, sehingga menurut mereka, orang Kristen adalah orang yang memiliki tubuh, jiwa, dan Roh Kudus. Sedangkan non-Kristen adalah orang yang memiliki tubuh dan jiwa, sementara rohnya mati. Dan binatang memiliki tubuh dan jiwa, tetapi tidak mempunyai roh. Theologi Reformed membedakan manusia dan binatang dengan menyatakan bahwa binatang memiliki jiwa yang bukan dicipta menurut peta teladan Allah. Tetapi manusia memiliki jiwa yang dicipta menurut peta teladan Allah. Itu sebabnya, jiwa manusia jauh lebih tinggi tingkatannya daripada jiwa binatang. Selain itu, menurut mereka, jiwa manusia menjadi berada ketika tubuh bertemu dengan roh. Lalu pertanyaannya adalah: bagaimana dengan binatang yang tidak memiliki roh, kapan jiwanya muncul? Mereka tidak dapat menjawab pertanyaan ini.

Apa perbedaan antara ajaran trikotomi dengan gnostisisme?
Ajaran gnostisisme yang muncul 2.000 tahun yang lalu mengategorikan Yahudi sebagai sarkikoi (orang-orang daging) yang harus binasa, karena mereka menyalibkan Kristus. Sementara orang Kristen, mereka kategorikan sebagai psikikoi (orang-orang jiwani), ada yang selamat ada yang tidak selamat; dan mereka mengategorikan orang-orang gnostik sebagai pneumatikoi (orang-orang rohani), golongan tertinggi yang pasti diselamatkan. Jadi sebenarnya, ajaran gnostiklah yang mengawali pemikiran trikotomi, lalu secara perlahan-lahan diterima oleh banyak aliran dalam ajaran Reformasi yang radikal (Radical Reformation), yang menuding bahwa Reformed kurang rohani, Martin Luther dan Calvin kurang reformasi. Merekalah yang paling reformasi. Itulah yang kita temui dalam pemikiran gerakan Pantekosta dan Karismatik pada zaman ini. Mereka menganggap diri mereka yang paling hebat, paling dekat Tuhan, bahkan pemimpin-pemimpin mereka bisa menerima wahyu Tuhan secara langsung. Mereka tidak perlu belajar theologi, Roh Kudus akan memampukan mereka menarik banyak orang dan gereja mereka bertumbuh besar.

Ketika kita membandingkan bagaimana khotbah Tuhan Yesus di Yohanes 4 kepada perempuan Samaria yang berasal dari kalangan bawah, tak terpelajar, dan memiliki kehidupan yang tidak beres, khotbahnya langsung membuat perempuan itu bertobat. Tetapi khotbah Tuhan Yesus kepada Nikodemus, sepertinya tidak membuahkan hasil. Kita melihat kemudian, bahwa baru di masa tuanya Nikodemus menjadi orang Kristen. Maka kita melihat khotbah ke kalangan bawah lebih mudah. Mereka lebih cepat menyadari kesalahan yang engkau lakukan, maka gereja kelihatannya bisa bertumbuh dengan pesat. Tetapi mungkin sekali pertumbuhan itu tidak bertanggung jawab. Itulah sebabnya, kita perlu berkhotbah kepada kaum intelektual yang pikirannya tajam dan rindu mengerti firman Tuhan, meskipun mereka tidak cepat dan tidak mudah bertobat. Mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berpikir dan itu mendorong kita untuk berkhotbah dengan penuh tanggung jawab.

Kita telah membahas sebelumnya, mengapa orang berdosa melahirkan bayi yang mewarisi dosa asal. Orang tua yang sudah diselamatkan tidak melahirkan bayi yang pasti diselamatkan. Dari sini kita melihat bahwa setiap perempuan diberikan oleh Tuhan sekitar 450 sel telur sejak ia puber. Setiap bulan satu sel telur runtuh. Dengan demikian, setelah kurang lebih 40 tahun dia akan menopause, tidak dapat melahirkan anak lagi. Dengan demikian, seorang perempuan dapat melahirkan puluhan anak di sepanjang hidupnya, meski sekarang orang yang melahirkan puluhan anak dianggap tidak waras. Tetapi kita harus melihat bahwa jika orang Kristen memiliki banyak anak, maka gereja dapat bertumbuh dengan cepat. Sebaliknya, jika pasangan Kristen tidak mempunyai anak, maka gereja akan punah, dan orang non-Kristen akan mendominasi penduduk dunia. Tetapi pertumbuhan gereja melalui kelahiran seperti ini adalah pertumbuhan daging. Ini akan menimbulkan masalah dalam kekristenan. Ini adalah keturunan daging. Pertumbuhan gereja melalui kelahiran harus disertai dengan kelahiran baru, karena Tuhan Yesus menegaskan bahwa orang harus diperanakkan pula oleh Roh Kudus baru bisa masuk  ke dalam Kerajaan Allah.

Beberapa puluh tahun yang lalu, beberapa pemimpin gereja Protestan di Indonesia melihat dengan jelas bahwa tanpa penginjilan, keturunan orang Kristen mungkin akan menjadi bejat luar biasa. Di Manado dan daerah Minahasa banyak anak perempuan Kristen yang cantik dan akhirnya menjadi salah satu daerah pengekspor pelacur-pelacur cantik. Mengapa bisa ada pelacur beragama Kristen? Alkitab dan Tuhan Yesus menegaskan bahwa karena mereka belum dilahirkan kembali. Demikian pula di daerah-daerah yang katanya daerah Kristen, seperti Simalungun, Toraja, Ambon, Timor, dan lain-lain, ada banyak orang Kristen yang hanya lahir dari daging dan belum dilahirkan dari Roh. Maka gereja yang tidak menekankan pentingnya lahir baru oleh Roh, akan mati secara perlahan-lahan. Gereja seperti ini hanya akan menjalankan ibadah secara rutin tanpa punya gairah dan pengalaman keselamatan pribadi.

Ingat, Tuhan Yesus pernah berkata, “Juallah pakaianmu dan belilah pedang.” Tetapi ketika Petrus menjawab, “Kami punya dua buah.” Yesus langsung menjawab, “Cukup.” Yang Yesus maksudkan di sini bukan membicarakan hal daging. Ia sedang mengajak murid-murid-Nya untuk mempersiapkan diri menghadapi peperangan rohani yang akan segera mulai. Sebenarnya Yerusalem sangat takut terhadap teroris, tetapi mengapa Petrus bisa membawa pedang ke sana ke mari? Itu dimungkinkan karena dia adalah orang penting yang dipercaya oleh kerajaan untuk menjaga keamanan. Tetapi ketika gurunya ditangkap, ia menghunus pedang dan memotong telinga Malkhus, dan ia tidak mendapat pujian dari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus malah menyuruh dia menyarungkan pedangnya, sambil berkata, “Siapa menggunakan pedang akan mati oleh pedang.” Maka kembali ditegaskan bahwa Yesus sedang berbicara tentang peperangan rohani, tentang musuh rohani yang harus ditaklukkan dengan kuasa Roh Kudus, bukan dengan kuasa pedang secara lahiriah.

Apakah kita adalah orang Kristen daging? Bagaimana sikap kita ketika dicaci-maki orang? Ketika saya dicaci-maki orang di internet, saya hanya tersenyum, karena saya tahu, saya tidak perlu membela seorang yang bernama Stephen Tong, lalu memelihara nama baiknya hanya karena takut dicela. Yesus memberi teladan kepada kita melalui kalimat pertama-Nya di atas kayu salib yang Ia lontarkan, “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka sedang perbuat.” Ini adalah sebuah teladan yang agung. Hidup secara daging dan hidup secara rohani sangatlah berbeda; hidup di dalam Adam dan hidup di dalam Kristus memang sangat berbeda.

Biarlah kita menjadi orang Kristen yang hidup sesuai dengan dalil dan pimpinan Roh Kudus, membuahkan buah Roh Kudus. Bagaimana kita dapat membedakan hidup yang menuruti daging dan hidup menuruti pimpinan Roh Kudus? Yesus berkata, “Dari buahnya, kau dapat mengetahui pohonnya.” Saya baru saja makan semangka yang warnanya merah sekali, tetapi rasanya hambar sekali. Itulah yang disebut ketidakserasian antara luar dan dalam. Benih dari buah yang tidak enak, tidak mungkin engkau mau tanam, karena mutunya tidak bagus. Mari kita menjadi orang Kristen yang dipimpin oleh Roh Kudus, menghasilkan buah Roh Kudus, menjadi wakil Kristus di dunia yang menyebabkan orang lain mengenal bahwa Roh Kudus ada di dalam diri kita. Kiranya setiap kita sudah diperanakkan pula, karena yang diperanakkan pula oleh Roh Kudus akan taat kepada Allah dan buah Roh Kudus akan nyata di dalam kehidupannya. Kiranya Tuhan memberkati setiap kita. Amin.

Pengkhotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/nikodemus-menemui-yesus-bagian-8#hal-1

 

Artikel Terkait :