Pertemuan antara Tuhan Yesus dan Nikodemus adalah inisiatif dari Nikodemus dan ia mengakui bahwa Tuhan Yesus disertai oleh Allah. Pengakuan itu tidak serta-merta diterima oleh Tuhan Yesus, tetapi di sisi lain, Tuhan Yesus menunjukkan hal yang lebih penting yang belum diketahui oleh Nikodemus. Inilah keunikan dari cara pembicaraan Tuhan Yesus. Ia tidak mengenal basa-basi atau mencari perkenanan manusia. Ia dengan berterus terang mengatakan, “Dengan sesungguhnya, jika engkau tidak diperanakkan pula oleh Roh Kudus, engkau tidak dapat masuk ke Kerajaan Allah.” Memang, ada banyak orang Kristen yang sudah lama mendengar firman Tuhan, tetapi belum mengalami lahir baru. Saya dibaptis pada usia 2 tahun, jadi orang Kristen selama 15 tahun, tidak merokok, tidak berjudi, tidak berzinah, menjadi pemuda teladan, namun saya belum mencapai target yang Allah tetapkan. Saya belum lahir baru. Alkitab menegaskan bahwa kita semua adalah manusia berdosa. Baru di usia 17 tahun saya sungguh-sungguh menyadari bahwa Tuhan Yesus telah mati untuk saya, dan saya betul-betul mengalami lahir baru.

“Dosa” di dalam bahasa Yunani adalah “hamartia” yang artinya “tidak mengena ke sasaran yang Tuhan tetapkan bagi kita”. Semua manusia telah meleset, tidak mencapai target yang Tuhan tetapkan, sibuk dengan target yang kita buat seturut keinginan kita sendiri. Hanya ketika seseorang sadar bahwa targetnya telah menyimpang dari target yang Tuhan, Sang Pencipta, tetapkan baginya, baru dia tahu bahwa dirinya berdosa dan perlu bertobat. Maka orang beragama yang sebelum menjalankan tuntutan agamanya sudah arogan, merasa diri lebih tinggi dari orang lain, akan berani sekali melakukan kejahatan terhadap orang beragama lain. Orang Farisi mempunyai kesalahan yang tidak mereka sadari, yaitu membenarkan diri. Menurut Watchman Nee, membenarkan diri adalah dosa terbesar di hadapan Tuhan. Saya setuju pendapatnya ini, dan sesungguhnya, orang berdosa yang sadar dirinya adalah orang berdosa jauh lebih dekat dengan Tuhan, ketimbang orang berdosa yang membenarkan dirinya. Maka Yesus berkata, “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan memanggil orang berdosa untuk bertobat.”

Telah dibahas sebelumnya, seturut ayat 3 dan 5, maka “melihat” harus ditambah dengan “melangkah masuk”. Nikodemus sangat mengerti hal ini, karena Musa hanya dapat “melihat” tetapi tidak boleh “masuk”. Tetapi yang lebih celaka adalah orang yang tidak dapat melihat dan tidak dapat masuk Kerajaan Allah. Orang Israel menanti-nantikan Kerajaan Allah, namun sayang konsep theologi mereka salah, yaitu mengidentikkan Kerajaan Allah dengan Kerajaan Israel. Akibatnya, mereka mencampuradukkan agama dengan politik, dan menganggap datangnya Kerajaan Allah sama dengan pulihnya kemerdekaan Kerajaan Israel. Padahal fokus pembicaraan Yesus adalah Kerajaan Allah, melalui cara dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Inilah metode yang benar. Tetapi tanggapan Nikodemus adalah, “Bagaimana mungkin aku masuk kembali ke rahim ibuku untuk dilahirkan kembali?” Ia terbiasa mengerti firman Tuhan secara harfiah, bukan mengerti makna rohaninya. Maka Tuhan Yesus menegaskan di ayat 5, “Orang yang tidak dilahirkan kembali melalui air dan Roh Kudus tidak akan dapat masuk ke Kerajaan Allah.”

Apa arti “melalui air dan Roh Kudus”?
Bukankah air adalah benda ciptaan, sementara Roh Kudus adalah Pencipta? Ketika Tuhan Yesus di dunia, Yohanes Pembaptis membaptis orang dengan air, tetapi Tuhan Yesus membaptis dengan Roh Kudus. Seseorang harus dilahirkan melalui air dan Roh Kudus, karena baptisan yang Yohanes lakukan menyatakan hal penting yang harus manusia lakukan, sementara Yesus Kristus melakukan bagian yang lebih penting, yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Maka, Yohanes Pembaptis memberitakan Kerajaan Allah sudah dekat, dia mengajak mereka bertobat dan membaptis mereka dengan air, karena air melambangkan pembersihan atau penyucian; tetapi Yohanes Pembaptis sadar bahwa air yang adalah materi tidak dapat membersihkan jiwa manusia yang bersifat roh. Itu sebabnya, ia berkata, “Aku hanya membaptis engkau dengan air, tetapi Dia yang akan datang kemudian daripadaku, akan membaptis engkau dengan Roh Kudus dan api.” Jadi, dari segi objektif, Tuhan siap membersihkan manusia; tetapi dari segi subjektif, manusia harus rela untuk bertobat. Maka saat itu orang berduyun-duyun datang ke sungai Yordan, mengakui dosa mereka, bertobat dan dibaptis dengan air, sebagai lambang penyucian. Nikodemus mengetahui hal ini dengan pasti, karena orang Farisi pernah mengirimkan utusan untuk mencari tahu mengapa orang pergi ke sungai Yordan dan menerima baptisan Yohanes Pembaptis. Dan sekarang, Yesus sendiri mengatakan secara langsung kepada Nikodemus, orang Farisi itu, “Jika engkau tidak dibaptiskan dengan air dan Roh Kudus, engkau tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Kita telah membahas empat istilah Alkitab yang sebenarnya sama-sama melukiskan “dilahirkan kembali” yaitu: dilahirkan dari Roh Kudus, yaitu Allah, melalui firman, dan melalui Injil. Itu artinya, kita bukan hanya mempunyai hidup jasmani yang kita peroleh melalui ayah dan ibu kita, tetapi juga mempunyai hidup yang kekal, yang rohani, yang Allah berikan kepada kita melalui penebusan Anak-Nya.

Kini kita akan lebih fokus pada ayat 6 dan 8. Di dalam ayat 6, terdapat dua pernyataan yang sangat singkat, yang dibahas oleh Paulus di dalam Roma 5:12 yaitu tentang dua eksistensi representasi aliran hidup manusia: 1) di dalam Adam, dan 2) di dalam Kristus. Di hadapan Allah hanya ada dua kategori, tidak peduli engkau kaya atau miskin, berkulit hitam atau putih, pandai atau bodoh, semuanya hanya digolongkan ke dalam dua aliran hidup yaitu di dalam Adam atau di dalam Kristus. Orang-orang yang “di dalam Adam” sama dengan Adam, tidak taat dan memberontak kepada Allah, memutuskan ikatan perjanjiannya dengan Allah; sementara bagi yang “di dalam Kristus” Allah kembali mengikat janji-Nya dengan manusia. Di Perjanjian Lama, Allah mengikat janji dengan memakai darah lembu dan domba, tetapi di dalam Perjanjian Baru, Allah mengikat janji dengan memakai darah Kristus. Allah kita adalah Allah Perjanjian, Allah yang berjanji. Di dalam bahasa Ibrani terdapat dua istilah untuk janji, yaitu: janji sepihak, seperti: Allah berfirman, “Aku tidak akan meninggalkanmu, Aku akan menyertaimu;” dan janji dua pihak, contoh, “Barang siapa mematuhi perintah-Ku, Aku akan memberkati sampai seribu generasi, tetapi orang yang memberontak pada-Ku, Aku akan menghukum anak cucunya sampai generasi yang ketiga dan keempat.” Itulah covenant (perjanjian dua pihak dari pihak yang berotoritas dengan pihak yang dipimpin). Ini juga yang merupakan perbedaan antara Theologi Reformed dengan Theologi Injili. Theologi Reformed menekankan pentingnya covenant of God yang mengharuskan kita taat kepada janji-Nya.

Di dalam ayat 6, Tuhan Yesus tidak memberikan penjelasan secara detail. Ia hanya mengatakan, “Yang dilahirkan dari daging adalah daging, dan yang dilahirkan dari Roh adalah roh.” Artinya, kalau engkau hidup dalam kedagingan, selama-lamanya engkau tidak mungkin masuk ke dalam Kerajaan Allah. Nikodemus yang tadinya masih mengira dirinya cukup pandai, cukup hebat, karena sudah mempelajari Taurat dari kecil dengan serius, sudah menjadi orang Farisi dan pemimpin agama, bagi Yesus dia belum mengerti apa-apa, karena dia masih dilahirkan dari daging ditambah dengan pengertian agama. Yesus menjelaskan bahwa yang dilahirkan oleh daging adalah keturunan dari aliran hidup Adam, yang memberontak kepada Allah.

Kini kita perlu mendalami satu butir penting dari dua aliran hidup ini. Yang di dalam Adam diwakili oleh Adam. Karena Adam tidak taat, dia berdosa dan mati, maka semua orang yang ada di dalam arus ini juga tidak taat, berdosa, dan mati. Sementara yang di dalam arus hidup Kristus, dikarenakan ketaatan Kristus, maka mereka juga taat. Karena Kristus bangkit, mereka memperoleh hidup baru. Dengan demikian, Adam mewakili semua orang yang binasa, sedangkan Kristus mewakili semua orang yang beroleh hidup yang kekal.

Siapakah Adam? Adam adalah ciptaan Tuhan. Siapakah keturunan Adam? Keturunan Adam adalah semua orang yang dilahirkan oleh daging. Siapakah Kristus? Kristus adalah Pribadi kedua Allah Tritunggal. Siapakah yang memperoleh hidup di dalam Kristus? Yang memperoleh hidup adalah orang-orang yang dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Jadi di dunia ini hanya ada dua jenis manusia: 1) yang berada di dalam Adam akan binasa; dan 2) yang sudah berpindah ke dalam Kristus memperoleh hidup yang kekal. Itulah yang Alkitab maksudkan dengan: Karena Adam berdosa, semua keturunannya ikut berdosa, dan upah dosa adalah maut (Rm. 6:23), tetapi anugerah Tuhan adalah hidup kekal di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Maka Yesus menegaskan kepada Nikodemus, “Engkau seorang pemimpin agama yang sudah belajar Taurat, anggota Sanhedrin, orang Farisi, tetapi engkau masih tetap keturunan daging. Kecuali engkau diperanakkan pula oleh Roh Kudus, maka engkau tidak akan mengerti apa yang Aku katakan dan tidak akan melihat, apalagi masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Saya percaya semakin Nikodemus mendengar perkataan Tuhan Yesus, ia semakin bingung karena Yesus tidak membuatnya mengerti dengan mudah. Tuhan Yesus juga tidak pernah takut jika orang tidak mengerti Dia. Hasil akhir dialog ini tidak dicatat. Kita tidak tahu apakah Nikodemus kemudian mengerti, bertobat, dan menerima Yesus. Inilah sikap yang Tuhan Yesus secara konsisten nyatakan kepada orang kaya, orang pandai, dan orang beragama. Berbeda sekali dengan ketika Ia berdialog dengan perempuan Samaria di pinggir sumur. Dia memberikan penjelasan sampai perempuan itu bertobat. Maka kita perlu mengerti dan mengingat satu hal penting: Janganlah engkau mengira bahwa menginjili orang pandai dapat segera membawa dia bertobat. Dia butuh waktu yang cukup panjang untuk bergumul, melepaskan diri dari ikatan akademisnya, konsep politiknya, filsafat, agamanya, dan semua kesulitan lainnya. Tetapi ketika kita menginjili orang yang sederhana, rakyat jelata, mungkin hanya butuh waktu satu dua jam, ia sudah bisa mengerti dan memenangkannya. Inilah perbedaan kontras antara Yohanes 3 dan Yohanes 4. Di dalam Yohanes 3, Tuhan Yesus berbicara dengan orang pandai dan berpengetahuan agama; sementara di Yohanes 4 Tuhan Yesus berbicara dengan seorang perempuan sundal yang dihina masyarakat. Secara lahiriah sepertinya Nikodemus tidak langsung berhasil dimenangkan, sementara perempuan Samaria langsung bertobat dan langsung memberitakan Injil kepada orang lain.

Ayat 7 dan 8 menegaskan bahwa tidak ada orang yang diselamatkan berdasarkan rencananya sendiri, karena di ayat 8 Tuhan Yesus mengatakan bahwa angin bertiup ke mana ia mau, maka kita tidak bisa mengaturnya. Demikian pula seseorang diselamatkan bukan atas rencana dan kehendak dirinya, tetapi kehendak Tuhan. Inilah perbedaan paham Reformed dan paham Injili. Menurut orang Injili, jika seseorang mau diselamatkan, pasti Tuhan akan menyelamatkan dia; tetapi menurut Reformed, jika Tuhan mau menyelamatkanmu, engkau tidak dapat lari. Tidak ada seorang pun tahu kapan Tuhan mau menyelamatkan seseorang, karena Tuhan menetapkan seseorang diselamatkan di dalam kekekalan. Jadi keselamatan adalah rahasia kekekalan Allah. Tetapi menurut orang Arminian, Tuhan Maha tahu, sehingga Dia tahu siapa yang akan percaya kepada Dia, maka Dia menetapkan orang itu untuk diselamatkan. Misalnya, Tuhan tahu bahwa Stephen Tong akan bertobat di tahun 1957, maka Ia akan memerintahkan malaikat-Nya untuk mencantumkan nama saya di daftar petobat. Inilah yang mereka mengerti sebagai predestinasi. Persoalannya, apakah kita melihat Paulus pernah berkeinginan atau merencanakan untuk percaya kepada Tuhan Yesus? Tidak! Bahkan dia berencana dan berkeinginan untuk membunuh orang Kristen. Ini seperti yang dinyatakan di dalam ayat 7 dan 8, yaitu, angin bertiup seturut kehendaknya, dia datang dari mana dan pergi ke mana tidak ada yang tahu. Demikian pula saat Roh Kudus memperanakkan pula seseorang; Dia menyelamatkan siapa seturut kehendak-Nya. Jadi, celakalah orang yang menjelaskan Alkitab dengan mengambil ayat-ayat Alkitab sesuka hati lalu mengkhotbahkan dengan berapi-api, tetapi tidak menurut kehendak Tuhan. Karena, sebenarnya yang merencanakan dan yang memberi anugerah serta melaksanakan keselamatan adalah Tuhan. Roh Kudus bagaikan angin, bertiup seturut keinginan-Nya. Pada saat “angin” meniupmu, engkau tidak mungkin bertahan, kecuali menyerah dan menjadi orang Kristen. Itulah yang Paulus alami. Ia tidak pernah berencana mau percaya kepada Tuhan Yesus. Ia berencana mau membunuh orang Kristen. Tetapi pada saat Roh Kudus “bertiup”, dia terkena dan jatuh. Ada cukup banyak pernyataan serupa. Bukan kita yang ingin menjadi Kristen, tetapi karena anugerah Tuhan tiba kepada kita, “angin” bertiup ke arah kita, maka kita akhirnya bertobat dan menerima Tuhan Yesus.

Setiap manusia berdosa sama. Manusia berdosa tidak mau Tuhan. Kalaupun kelihatannya mau, yang ia mau adalah memperalat Tuhan. Ia mau Tuhan memberi berkat, menjadikan dia orang kaya, menyembuhkan penyakitnya. Tuhan akan menjawab, “Aku tahu, kau ini pengemis agama, yang pura-pura datang memanggil Aku dan menyebut Aku sebagai Tuhan yang Maha kuasa, padahal hati kecilmu menginginkan Aku melayanimu.” Tuhan Yesus menggunakan kalimat yang begitu singkat berkata kepada Nikodemus, “Yang dilahirkan dari daging adalah daging, yang dilahirkan oleh Roh adalah roh. Angin bertiup menurut kemauannya, kau tidak akan tahu, dia datang dari mana dan akan ke mana. Begitu juga orang yang diperanakkan pula.”

Saya tidak tahu bagaimana perasaan Nikodemus ketika diberondong dengan kalimat-kalimat sulit seperti itu, karena bagian ini tidak memberikan konklusi dari dialog mereka. Tetapi sejarah memberi tahu kita bahwa tiga tahun kemudian, karena hormatnya kepada Yesus, ia turut menguburkan Yesus, dan dia terus bergumul sampai tua, dan akhirnya memutuskan menjadi orang Kristen. Ketika ia menyatakan iman Kristennya di depan orang Farisi lainnya, dia dikucilkan dari kelompok Farisi, tidak memiliki penghasilan, tidak punya kedudukan, miskin sekali hidupnya. Sejarah mencatat di masa tuanya ia dan anak perempuannya naik ke bukit-bukit untuk menebang kayu dan menjualnya di tepi jalan. Dia rela meletakkan kedudukan agamanya memilih untuk menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh. Jadi, apakah menjadi orang Kristen pasti akan kaya? Kita di sini melihat sebaliknya. Banyak orang yang setelah menjadi Kristen malah dianiaya, bahkan mati syahid. Yesus berkata, “Barang siapa tidak mau menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku, dia tidak layak menjadi murid-Ku.” Amin

Pengkhotbah :  Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/nikodemus-menemui-yesus-bagian-6#hal-1