Nats : Yohanes 3:1-15

Di dalam Yohanes 1 terdapat hal-hal yang melampaui sifat agama, filsafat, dan sistem kebudayaan dunia. Di dalam Yohanes 2 terdapat tiga peristiwa besar, yaitu: 1) Yesus memberkati orang yang menikah, 2) Yesus menghakimi orang yang memperlakukan Bait Allah secara tidak benar, dan 3) Tanggapan Yesus terhadap orang yang percaya kepada Dia karena mujizat. Alkitab mengajarkan, janganlah kita berpikir asalkan orang mau percaya, Tuhan pasti mau menerima; karena Tuhan tidak pernah memercayakan diri-Nya kepada orang itu (Yoh. 2:23-25). Saat ini kondisi kekristenan sudah sedemikian terpuruk, begitu takut tidak ada orang yang mau percaya, sampai menjual diri dan menurunkan harkat demi menyenangkan orang lain agar bisa diterima. Kita harus ingat bahwa seseorang harus menghampiri dan menyembah Tuhan dengan iman, mau menjadi murid-Nya yang taat dan menerima firman dengan rendah hati. Orang Kristen tidak boleh memperalat Tuhan, apalagi ingin menjadi boss di dalam gereja. Tuhan senang dengan orang yang datang ke hadapan-Nya dengan rendah hati, menyesali dosa dan pemberontakannya dengan hati yang hancur, dan bertobat. Orang yang memiliki sikap hati sedemikian tidak akan dibuang oleh Tuhan.

Kerajaan dunia selalu membangun istana yang mewah, kota benteng yang kuat, dengan desain yang paling indah. Hanya Tuhan yang membangun kerajaan-Nya dengan hati yang hancur dan jiwa yang menyesali dosa-dosanya. Jangan pernah ada orang yang menyombongkan jasanya di hadapan Tuhan. Tuhan bukanlah pengemis yang membutuhkan pertolongan manusia. Manusia harus berlutut dan menyembah Allah, seperti yang telah dilakukan oleh para orang majus di hadapan bayi Yesus. Prinsip inilah yang harus kita pelihara, tidak seperti kebanyakan manusia yang ingin menyombongkan jasa dan kedudukannya di dalam gereja atau seperti kebanyakan orang yang ingin memperalat Tuhan bagi dirinya.

Ketika Tuhan Yesus lahir, Tuhan Allah mengutus malaikat memberitakan kabar sukacita bukan hanya kepada orang majus, tetapi juga kepada para gembala yang miskin. Sejak hari pertama Tuhan Yesus datang ke dunia, Ia sudah menyatakan prinsip-prinsip yang sangat berbeda dengan manusia pada umumnya. Orang majus berjalan begitu jauh untuk mencari “Sang Raja” yang akhirnya tersasar ke istana Herodes. Mereka berpikir, seorang raja tentu lahir di istana. Banyak orang Kristen zaman ini berpikir seperti itu. Kristus itu Raja, maka kita sebagai anak Raja haruslah hidup mewah. Ini ajaran yang sesat. Kristus lahir di palungan dan tinggal di kandang yang hina. Inilah Raja semesta alam. Betapa pun tinggi kedudukan kita di dunia, kita harus menyembah Tuhan Yesus yang ada di palungan. Di hadapan Tuhan, kita harus sadar betapa hinanya kita. Oleh karena itu, kita harus belajar melayani Tuhan dengan rendah hati dan sepenuh hati. Itu yang akan memenuhkan kita dengan sukacita ilahi.

Di dalam Yohanes 2 dinyatakan dengan tegas bahwa Tuhan Yesus tidak memercayakan diri-Nya kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya karena berbagai mujizat yang Dia lakukan. Iman bukan datang dari melihat mujizat; melainkan dari firman. Di dalam Kisah Para Rasul 8 tertulis bahwa Simon, si tukang sihir yang mengikuti Filipus, bertobat dan dibaptis dalam nama Yesus. Banyak orang terkejut mengapa ia bisa bertobat dan dibaptis. Banyak orang mengira bahwa pertobatan orang terkenal akan menguntungkan kekristenan. Lalu orang seperti ini dipanggil untuk bersaksi di mana-mana. Saya mengamati, mereka yang seperti itu, kerohaniannya biasanya tidak bisa bertumbuh lagi, lalu satu per satu dalam sepuluh tahun hancur sendiri. Yohanes 2 ini memaparkan tiga peristiwa penting yang menyangkut karya Kristus, yaitu: 1) Pemeliharaan Tuhan, 2) Penghakiman Tuhan, dan 3) Pemilihan Tuhan.

Berikutnya, Yohanes 3:1-15 merupakan pengajaran yang sangat penting. Bagian ini membahas satu perkara yang harus dialami oleh setiap orang Kristen yang sejati. Pengajaran penting ini hanya satu kali dikemukakan Tuhan Yesus. Tidak diungkapkan di depan ribuan orang, tetapi hanya kepada satu orang pemimpin agama yang datang menemui Dia secara pribadi. Pada saat itu, para pemimpin agama sedang menghina Tuhan Yesus dan menganggap diri mereka lebih pandai dan lebih mengerti daripada Tuhan Yesus.

Yohanes Pembaptis dan Kelahiran Baru
Apa yang perlu kita mengerti tentang kelahiran baru? Mengapa berita penting seperti ini tidak dikemukakan kepada ribuan orang, tetapi hanya kepada Nikodemus seorang? Tema kelahiran baru adalah tema penting yang harus dialami setiap orang Kristen di sepanjang sejarah. Mengapa tema ini disampaikan kepada seorang Farisi, yaitu Nikodemus yang mau dengan rendah hati mendengarkan apa yang Tuhan Yesus katakan, sementara Tuhan Yesus menghadapi dia dengan nada yang kelihatannya sama sekali tidak bersahabat? Hal-hal ini sangat sulit kita mengerti. Di sini kita melihat suatu kebijaksanaan yang sulit dimengerti dan melampaui kapasitas kepandaian manusia, namun begitu luar biasa bermakna.

Di dalam Yohanes 2, dicatat pertama kalinya Tuhan Yesus merayakan hari Paskah di Yerusalem. Di Alkitab dicatat empat kali Tuhan Yesus merayakan Paskah. Ini adalah hari raya yang paling penting bagi orang Israel. Hari itu mereka memperingati hari ketika Musa melepaskan mereka dari perbudakan Mesir dan menjadi bangsa yang merdeka. Kehadiran Tuhan Yesus di Yerusalem yang pertama kalinya sebenarnya adalah untuk memulai era yang baru, di mana Ia membersihkan Bait Allah dan melakukan banyak mujizat untuk menyatakan bahwa diri-Nya adalah Allah. Tanda-tanda mujizat, kesembuhan, pengusiran setan sudah ratusan tahun tidak terjadi di tengah bangsa Israel. Antara Kitab Maleakhi hingga Yohanes Pembaptis berseru “Bertobatlah kamu, karena Kerajaan Allah sudah dekat!” terdapat senjang waktu sekitar empat ratus tahun. Di masa itu tidak ada nabi, tidak ada berita firman, tidak ada pewahyuan Kitab Suci. Maka kehadiran Yohanes Pembaptis di padang gurun begitu menggemparkan. Mereka sudah kering dan menantikan firman Tuhan selama empat ratus tahun. Di masa itu ada imam dan ahli Taurat yang dilatih di sekolah nabi. Saat itu tidak ada nabi yang tidak dihasilkan oleh sekolah nabi. Raja melahirkan raja, tetapi nabi tidak melahirkan nabi. Nabi selalu muncul mendadak, dibangkitkan oleh Tuhan dan diurapi oleh Roh Kudus. Yohanes Pembaptis menegur dosa dengan berani dan jujur, tanpa takut, bahkan terhadap raja sekalipun. Nabi tidak minta untuk diperkenan oleh siapapun kecuali oleh Tuhan. Tuhan menuntut dia untuk menyampaikan kehendak-Nya dengan urapan Roh Kudus. Itu sebabnya, khotbah Yohanes Pembaptis di padang gurun membuat Bait Allah yang begitu besar dan megah menjadi kosong, sebaliknya puluhan ribu orang datang berduyun-duyun ke tepi sungai Yordan. Manusia membutuhkan firman. Yohanes Pembaptis bukanlah seorang organisatoris yang melakukan pekerjaan dengan berbagai strategi manusia untuk menarik massa. Dia hanya bersandar kepada pimpinan Tuhan dan memberitakan firman Tuhan. Firman berkata, “Aku akan membuka jalan di padang gurun dan membuat sungai di padang pasir.” Di zaman ini, ada dua hal yang menakutkan: 1) PGI dengan organisasinya yang begitu besar ternyata semakin lama semakin menyusut, tidak terlihat jelas penyertaan dan pimpinan Tuhan di dalamnya; dan 2) Gerakan Karismatik yang dahulu kecil dan miskin sekarang memiliki gedung besar dan beribu-ribu orang masuk ke dalamnya, kelihatannya seperti mendapatkan penyertaan Tuhan, padahal belum tentu benar. Di sini peranan Gerakan Reformed Injili, yaitu untuk tidak membanggakan tradisi dan organisasi, tidak membanggakan gedung, tetapi mementingkan firman dan ingin selalu ada firman Tuhan di dalamnya. Yohanes Pembaptis tidak memiliki apa-apa yang pantas dia banggakan. Ia hanya mengenakan pakaian dari bulu unta, makan belalang dan minum madu dari lebah liar di hutan. Mungkin hal itu terjadi ketika ia dilahirkan, ayahnya, Zakaria, telah sangat tua, sehingga ketika ia mulai melayani di usia tiga puluh tahun, ayah dan ibunya mungkin sudah meninggal. Alkitab menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang yang diutus Allah. Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, selain Tuhan Yesus dan Yohanes Pembaptis, tidak ada satu pun orang lain yang dinyatakan sebagai orang yang diutus Allah. Merekalah yang berseru, “Bertobatlah, karena Kerajaan Sorga sudah dekat!”

Zaman yang baru sudah tiba, tetapi manusia tidak menyadarinya. Manusia masih sibuk membanggakan dirinya, membangun kerajaan dirinya. Mereka membanggakan apa yang mereka miliki, kesuksesan yang dipandang dan dipuji oleh orang-orang dunia. Padahal, Kerajaan Sorga tidak dibangun dengan apa yang mereka banggakan, tetapi dibangun hanya oleh pertobatan, oleh hati yang hancur karena mendengar firman Tuhan. Hanya orang-orang yang bertobat dan hancur hatinya akan berbagian di dalam Kerajaan Sorga. Inilah fase baru yang belum pernah ada di dalam kebudayaan dan sejarah yang dibangun oleh Yohanes. Sayang, para pemimpin Yahudi tidak melihat dan menyadarinya. Mereka hanya melihat kehadirannya sebagai ancaman bagi mereka. Bait Allah Yerusalem menjadi sepi, orang Israel tidak datang kepada imam, melainkan kepada Yohanes Pembaptis. Para pemimpin agama Yahudi mulai membencinya, meragukan diri dan pelayanannya, lalu mengutus orang ke padang gurun dan bertanya, “Apakah engkau Mesias, atau nabi itu, atau Elia?” Yohanes Pembaptis menjawab, “Bukan!” Mereka menyangka bahwa mereka mempunyai hak untuk meragukan hamba Tuhan yang Tuhan kirim, karena mereka mempunyai tradisi, mempunyai Bait Allah yang megah, dan sistem yang kuat, sementara Yohanes Pembaptis tidak memiliki apa-apa, hanya berteriak-teriak di padang gurun. Yohanes Pembaptis menjawab mereka, seperti yang telah dituliskan dalam Alkitab, “Akulah dia yang berseru-seru di padang gurun.” Para ahli Taurat dan orang Farisi sudah belajar begitu banyak secara akademis, tetapi mereka melupakan hal yang begitu penting. Mereka puas dengan apa yang mereka pelajari dan gelar yang mereka miliki. Kekristenan akan menjadi agama yang terpuruk jika kita hanya berpegang pada tradisi dan tidak mau mencari dan mengikuti gerak pimpinan Tuhan.

Maka, Yohanes Pembaptis berhasil menarik ratusan ribu orang datang mendengar teriakannya karena: 1) Mereka sudah lama tidak mempunyai nabi, maka ketika mereka mendengar firman Tuhan, hati mereka tergugah; 2) Mereka menantikan kedatangan Mesias, dan mereka mengira bahwa Yohanes Pembaptis adalah Mesias. Padahal tidak demikian. Yohanes Pembaptis hanya perintis bagi Mesias yang akan menghadirkan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah hanya diberikan kepada orang-orang yang mau bertobat. Maka berita yang diserukan, “Bertobatlah, karena Kerajaan Sorga sudah dekat.” Yohanes Pembaptis mengajak semua pengikutnya untuk memandang kepada Kristus. Ia berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah,” dan waktu dibaptis Roh Kudus turun ke atas-Nya dan Bapa di sorga berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Dengan demikian, Daud di dalam Perjanjian Lama dan Yohanes Pembaptis di dalam Perjanjian Baru adalah dua orang yang membentuk pengertian Kristologi di sepanjang sejarah.

Tidak lama setelah Tuhan Yesus muncul, Yohanes Pembaptis dijebloskan ke dalam penjara dan akhirnya karena peristiwa Salome, ia dipenggal kepalanya. Sementara itu, Tuhan Yesus yang telah dinubuatkan oleh Yohanes Pembaptis, kini tampil dengan berani, menyatakan diri sebagai Mesias dan melakukan mujizat. Jadi, zaman itu adalah zaman keemasan. Orang dapat mendengarkan dan menyaksikan secara langsung sesuatu yang telah hilang ratusan tahun dari sejarah. Karena nenek moyang mereka telah membunuh nabi-nabi di Perjanjian Lama, maka Tuhan bungkam dan tidak lagi mengirimkan nabi, membiarkan mereka menanti selama empat ratus tahun. Ketika Tuhan diam, itulah waktu yang paling serius di dalam sejarah. Ketika Tuhan tidak membangkitkan hamba Tuhan, tidak lagi memberikan firman kepada manusia, apa yang manusia bisa lakukan? Jangan kira jika kita memiliki banyak uang, kita bisa mengundang nabi, atau asal memiliki sekolah theologi, bisa mendapatkan orang yang diurapi Tuhan dan dipakai secara besar. Di zaman Elia ada banyak sekolah nabi, tetapi Tuhan justru memakai Elisa yang bukan lulusan dari sekolah-sekolah seperti itu untuk meneruskan pekerjaan Elia. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak berkenan memakai semua lulusan sekolah nabi. Semakin mempelajari firman Tuhan, saya semakin gentar karena ternyata ada begitu banyak hal yang belum saya mengerti, sementara begitu banyak lulusan sekolah theologi yang merasa dirinya sudah mengerti. Maka, bagi saya, pendeta yang sudah sangat berpengalaman, tetapi masih mau hadir di kebaktian yang penting, mendengar firman dengan rendah hati, sangat diberkati Tuhan.

Ketika seorang hamba Tuhan yang Tuhan pilih secara khusus muncul dalam sejarah, maka manusia terbelah menjadi dua bagian, yaitu yang mencintai dan mengikutinya, atau yang membenci dan melawan dia, bahkan membunuh dia karena merasa kehadirannya mengganggu ketenangan hidup mereka. Maka pujilah Tuhan, jika masih ada hamba Tuhan yang menegur hal-hal di dalam hidupmu yang tidak sesuai dengan firman Tuhan dan melakukan introspeksi diri. Jangan seperti Herodes yang membenci Yohanes Pembaptis hanya karena dia adalah raja. Tuhan membedakan orang bukan karena kekayaannya, tetapi karena ketaatannya kepada diri-Nya. Itu sebabnya, saya tidak akan menghormati seseorang karena dia kaya, atau menghina seseorang karena dia miskin. Saya hanya ingin kita semua taat kepada Tuhan. Saya mau memberi teladan untuk terus-menerus mengoreksi diri apakah kita sudah sungguh-sungguh taat kepada Tuhan.

Nikodemus dan Kehadiran Yesus
Di antara semua orang Farisi yang merasa terganggu oleh kehadiran Yesus terdapat Nikodemus. Ia adalah seorang tua yang berpengalaman, berpendidikan, dan berposisi tinggi di dalam organisasi keagamaan orang Yahudi saat itu. Ia adalah anggota Sanhedrin, Mahkamah Agama Yahudi. Dia sadar dan harus membuka diri dengan rendah hati untuk melihat apa yang ada di dalam diri Yesus, yang tidak ada di dalam dirinya. Orang yang terus-menerus membanggakan diri tidak mungkin memiliki kerohanian yang kaya, sementara orang yang terus-menerus melihat kekurangan diri, kerohaniannya akan terus bertumbuh. Ada banyak orang di dalam gereja yang kecewa karena merasa dirinya tidak terpakai. Kita perlu sadar bahwa bukan gereja yang memerlukan dia, tetapi dia yang memerlukan Tuhan. Yohanes Pembaptis berseru, “Bertobatlah kamu, karena Kerajaan Sorga sudah dekat.” Ia tidak memuji-muji orang yang mau datang kepadanya. Sering kali gereja melakukan banyak kompromi agar banyak orang mau datang. Tuhan Yesus tidak berbuat seperti itu. Nikodemus adalah orang penting, tetapi tidak di hadapan Tuhan Yesus. Ia harus rendah hati untuk belajar melihat apa yang tidak ada pada dirinya.

Di antara sekian banyak orang Farisi, Nikodemus adalah orang yang tidak mau mengikuti pemikiran dan cara dari mayoritas di sekitarnya. Ia terus berpikir dan akhirnya mendapatkan kebijaksanaan. Ia pergi menemui Yesus secara diam-diam di malam yang gelap. Bagi saya, apa yang dia lakukan merupakan respons positif dari seorang Yahudi, yang telah menerima Taurat 1.500 tahun lamanya. Pertemuan antara Tuhan Yesus dan Nikodemus adalah pertemuan yang sangat istimewa. Ini adalah pertemuan antara hukum Perjanjian Lama dan anugerah Perjanjian Baru; antara ajaran Musa di Perjanjian Lama dan penebusan Kristus di Perjanjian Baru.

Ketika dia bertemu dengan Tuhan Yesus, dia tidak tahu bagaimana harus memulai pembicaraan. Akhirnya dia memulai dengan, “Guru, kami tahu bahwa jika tidak ada penyertaan Tuhan, tidak mungkin seseorang bisa melakukan mujizat.” Ini adalah sikap yang rendah hati dan menjunjung tinggi Kristus. Ini adalah pernyataan penting yang akan dibahas dalam pembahasan berikutnya. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/nikodemus-menemui-yesus-yohanes-3-1-15