Iman merupakan suatu hal yang paling mendasar dan universal. Tidak ada agama yang kredonya lebih singkat, tepat, agung, dan sempurna dibandingkan dengan tiga butir tentang Allah di dalam Pengakuan Iman Rasuli. Yesus dilahirkan sebagai Tuhan atas manusia pada saat kaisar pertama Romawi mengangkat diri sebagai tuhan dan menganggap seluruh warga kekaisarannya sebagai miliknya. Ia mengklaim hidup, kebebasan, kekayaan, dan segala milik warganya sebagai miliknya. Mereka yang tidak memanggilnya sebagai tuhan dipenggal kepalanya. Yerusalem dan Yudea menjadi satu-satunya bangsa yang diberi kelonggaran untuk boleh tidak menyebut kaisar sebagai tuhan. Tetapi tidak lama kemudian, kelahiran Yesus mengubah situasi ini. Kini manusia Yesus yang dipanggil sebagai Tuhan. Maka pembunuhan berjalan lagi dan ratusan ribu orang Kristen dibunuh karena imannya. Tetapi hal ini tidak dapat menghentikan mereka untuk percaya kepada Yesus.

Dalam lima puluh tahun sejak Yesus lahir, sepertiga warga di dunia Barat percaya kepada Yesus. Dalam seratus tahun sejak Yesus lahir, di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi banyak yang menjadi orang Kristen. Iman Kristen begitu kuat dan besar pengaruhnya sampai Kekaisaran Romawi diguncangkan. Dalam sekitar tiga ratus tahun, Kekaisaran Romawi roboh ideologinya, dan hampir semua orang menjadi percaya Yesus adalah Tuhan. Supremasi tuhan yang diangkat manusia dengan memakai kuasa militer dan kekerasan untuk menaklukkan sesamanya telah runtuh. Tetapi Tuhan yang diutus dari sorga, rela menyangkal diri, menyerahkan nyawa, mengorbankan diri, dan memberikan hidup-Nya menjadi penebusan bagi manusia, menjadi Tuhan selamanya. Yang menjadi Tuhan adalah Allah yang menjadi manusia, Tuhan yang menjelma menjadi daging, Sang Pencipta yang masuk ke dunia ciptaan-Nya. Allah hadir dalam sejarah, Firman masuk dalam sejarah. Inilah titik temu antara yang kekal dan yang sementara, yang tak tampak dan yang tampak. Allah yang menjelma menjadi manusia menjadi jaminan ada jalan untuk manusia kembali kepada Allah.

Telah dibahas sebelumnya, Ia disebut Anak karena memiliki hidup sejenis dengan Allah. Allah memperanakkan Allah, sama seperti manusia melahirkan manusia. Seorang manusia melahirkan seorang manusia menjadi dua manusia, tetapi Allah memperanakkan Allah tetap hanya satu Allah. John Locke, filsuf besar Inggris, memberikan pengertian tentang hal yang melampaui kategori rasional dan irasional, yaitu suprarasional. Suprarasional menerobos dan melampaui kategori rasional dan irasional. Orang yang terkurung logikanya tidak bisa memakai iman Kristen yang Tuhan wahyukan secara suprarasional. Dengan penerobosan dari atas, maka Allah memberikan kemungkinan beriman, sehingga kita tidak lagi terkurung di dalam benteng dan ikatan rasional-irasional.

Sebelum Yesus lahir, pengertian yang tertinggi saat itu adalah filsafat Yunani. Yunani telah menemukan rasio, logika, silogisme, metode deduksi-induksi, dan paradoks. Ini adalah pemikiran-pemikiran agung yang melampaui kebudayaan yang muncul berikutnya di Latin, Jerman, Prancis, dan lain-lain. Meskipun demikian, orang Yunani tidak bisa melampaui ikatan logika yang menjadikan kebudayaannya sangat mementingkan rasio. Di atas dan melampaui rasio hanya mungkin dipahami melalui wahyu Tuhan dalam Alkitab. Sistem Pengakuan Iman Rasuli telah memiliki kemungkinan melampaui semua itu.

Orang Yunani Kuno menyelidiki bahwa manusia meneliti dan mempelajari alam, mempelajari dalil-dalil alam, mencari asal-usul, dan mengerti kausalitas alam. Dari situ ditemukan ilmu-ilmu alam. Jika mereka ditanya, “Apa itu alam?” mereka akan menjawab, “alam itu seperti ini, dari dulu, sekarang, dan selamanya begini, tidak berubah.” Itulah static nature (konsep alam yang statis). Manusia ada di dalam alam, bagian dari alam, peneliti alam, dan penemu ilmu-ilmu alam. Dalam hal ini, alam mengurung dan membatasi manusia. Inilah konsep orang Yunani.

Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia merupakan sesuatu yang lebih tinggi daripada logika orang Yunani. Yesus menerobos dari supra-alam masuk ke dalam alam. Pengakuan Iman Rasuli mengekspresikan kesadaran yang Tuhan berikan kepada manusia, percaya bahwa di luar alam ada Sang Allah yang adalah Pencipta, Khalik langit dan bumi, dan yang mengirim Kristus turun berinkarnasi. Di sini perbedaan penyelidikan sistem logika orang Yunani dibandingkan dengan pencerahan Kristus melalui inkarnasi dari supra-alam masuk ke alam. Ini adalah perbedaan sistem tertutup vs. sistem terbuka. Dalam pikiran Yunani, ilmu pengetahuan didapat melalui metode sistem tertutup yang mencoba menjelaskan tentang alam. Sedangkan Tuhan Yesus memberikan penerobosan, memakai sistem terbuka untuk mengerti. Pada abad ke-20, seorang filsuf pengetahuan yang terkenal, Thomas Kuhn, berkata tentang pergeseran paradigma (paradigm shift), yaitu perubahan paradigma yang dulunya memakai sistem tertutup sekarang menjadi sistem terbuka. Sejak era pra-Socrates sampai era Pencerahan, semuanya menjelaskan alam semesta menggunakan sistem tertutup, sedangkan Alkitab mengandung sikap terbuka, yaitu melihat alam semesta bukan ada pada dirinya sendiri. Sorga memuliakan Allah, menceritakan segala karya agung Allah. Seluruh alam semesta memamerkan rencana, desain, dan hikmat Allah Sang Pencipta. Hal ini dilakukan bukan melalui proses rasio mengerti alam, tetapi melalui iman mengenal Allah yang di atas alam. Di sini, kita bukan melalui rasio mengerti alam, tetapi melalui iman mengenal Allah yang mencipta dan di atas alam.

Kita mengerti alam memakai sistem tertutup dan mengenal Allah memakai sistem terbuka. Kristus ialah Allah yang menjadi manusia, maka titik temu antara Allah dan manusia ada pada diri Kristus. Di titik awal, Allah menciptakan alam semesta, lalu berproses ribuan tahun hingga akhirnya Kristus akan datang untuk kedua kalinya. Di sepanjang garis yang menghubungkan titik alfa (titik awal) dan titik omega (titik akhir) ada titik inkarnasi. Titik inkarnasi berarti titik temunya yang kekal dan yang fana, yang tak tampak dan yang tampak, Pencipta dan ciptaan. Melalui cara Allah menjadi manusia melalui hikmat-Nya yang dijanjikan kepada manusia, dikerjakan dengan kuasa-Nya, dan melalui karya Roh Kudus, maka Pribadi Kedua bisa hadir dalam sejarah, lahir menjadi manusia berdaging dan berdarah.

Yesus dilahirkan melalui anak dara Maria, Roh Kudus menaungi Maria. Maria seorang wanita di antara ciptaan Allah, seorang gadis sederhana, berumur belasan tahun. Roh Kudus menaunginya, berarti Allah datang ke dunia memilih seorang perawan. Inilah campur tangan Allah secara langsung dalam sejarah. Agama-agama, melalui imajinasi dan usahanya, bertujuan membawa pendosa ke sorga. Pada hari manusia membangun Menara Babel, Allah berkata, “Mustahil! Aku akan mengacaubalaukannya.” Motivasi membangun Menara Babel yaitu untuk memasyhurkan dan memuliakan pendosa, maka Allah mengacaukan bahasa mereka sehingga mereka tidak mengerti satu sama lain, dan akibatnya mereka terserak ke seluruh dunia dengan bahasa yang berbeda-beda.

Ketika manusia mau memuliakan diri, Allah mengacaukan bahasa mereka; ketika manusia mau memberitakan nama Yesus ke seluruh dunia, Allah membuat mereka bersatu dalam bahasa, sehingga perkataan para rasul dimengerti mereka semua. Jika gereja terus memuliakan Tuhan dan hatinya bersatu untuk Tuhan, Tuhan akan mempersatukan dan memberikan kekuatan. Roh Kudus mau mempersatukan gereja-Nya demi memuliakan nama-Nya, membawa Injil-Nya, dan menobatkan manusia. Roh Kudus berkarya di dunia dengan satu tujuan: memuliakan Kristus. Roh Kudus bekerja dalam hati dan mengayomi seseorang, lalu mendorong, memberinya pencerahan, agar muncul dalam hatinya kasih kepada Kristus, dan akhirnya Kristus diam di dalam dirinya.

Sebelumnya, Kristus pernah dilahirkan sebagai seorang bayi melalui anak dara Maria yang dinaungi Roh Kudus. Inilah kuasa dan mujizat Tuhan yang belum pernah terjadi, namun pernah diucapkan oleh Nabi Yeremia. “Aku akan mengerjakan suatu peristiwa yang baru, yaitu wanita memelihara pria.” Ketika Adam dicipta, Adam, pria yang harus menjadi kepala wanita, menjaga, memelihara, dan melindungi istrinya. Saya menafsirkan kalimat Yeremia “wanita memelihara pria” adalah ketika Yesus harus dilahirkan melalui rahim seorang wanita. Wanita akan memelihara dan melindungi seorang pria. Yesus dilindungi dan dipelihara oleh anak gadis yang masih sangat muda. Ini penggenapan nubuat Nabi Yeremia. Inilah yang disebut Imanuel, Allah beserta kita.

Sebenarnya, nubuat tentang Yesus sudah diberikan ribuan tahun sebelum Yesus dilahirkan, ketika Allah berkata kepada ular, “Keturunan wanita ini akan bermusuhan dengan keturunanmu. Keturunanmu akan meremukkan tumitnya, tetapi keturunannya akan meremukkan kepalamu.” Inilah nubuat pertama tentang peperangan rohani yang akan terjadi dari awal hingga akhir. Keturunan si ular akan meremukkan tumit keturunan Adam, tetapi melalui keturunan wanita akan meremukkan kepala ular. Namun, Alkitab dengan jelas berkata, semua keturunan pria dan tidak ada keturunan wanita. Memang, kita semua dilahirkan wanita, tetapi tidak pernah disebutkan sebagai keturunan wanita. Satu-satunya kali dikatakan keturunan wanita ditujukan pada peristiwa inkarnasi. Wanita bisa melahirkan anak karena berhubungan seksual dengan pria, lalu sperma pria bertemu dan membuahi sel telur, sehingga menjadi janin. Tetapi Maria tidak bersetubuh dengan siapa pun. Satu-satunya kemungkinan yaitu Roh Kudus menaunginya, maka ia mengandung anak laki-laki.

Pada saat Abraham diberikan nubuat, “Istrimu tahun depan pada hari ini akan melahirkan,” ia langsung menerimanya, karena ia adalah seorang yang beriman kepada Tuhan, sehingga karena imannya ia diterima dan dibenarkan. Abraham tidak pernah meragukan firman Tuhan. Tetapi pada saat malaikat berkata kepada Abraham, Sara di belakang tirai tertawa, ia anggap tertawanya lumrah, karena ia telah berusia 90 tahun sehingga tidak mungkin bisa melahirkan anak. Ia sudah berhenti haid, sudah tidak lagi datang bulan, sudah puluhan tahun mandul, mengapa ada malaikat goblok tidak pernah belajar bisa mengatakan saya akan melahirkan. Malaikat berkata, “Sara, kau tertawakah?” Ia terkejut dan segera menjawab, “Tidak.” Malaikat menegaskan, “Jangan bohong. Engkau sudah tertawa. Sekarang Aku katakan, engkau tidak percaya, tetapi itu tetap akan terjadi.” Ketika kuasa Tuhan mau melaksanakan mujizat, itu tidak tergantung engkau percaya atau tidak.

Tuhan melakukan hal ini sekali lagi pada tubuh Elisabet, istri Zakharia. Anak yang dilahirkan dinamakan Yohanes Pembaptis. Dari dalam rahim ibunya, ia telah menerima Roh Kudus. Kemudian Tuhan berkata kepada Maria setengah tahun sesudahnya, “Hai wanita yang bahagia, engkau akan mengandung.” Ia tahu hal ini tidak masuk akal, tidak logis, di luar paradigma manusia. Ia berkata, “Hatiku mengagungkan Tuhanku, dan rohku bersukacita karena Juruselamatku.” Maria langsung memuji Tuhan, rela menerima tugas yang begitu memalukan. Begitu besar anugerah, tetapi juga begitu pedih dan dibenci orang lain. Di sini terpukulnya theologi Katolik, yang mengatakan bahwa Maria mengandung Yesus tanpa berdosa, setelah Yesus lahir ia tetap perawan. Alkitab berkata, setelah ia mengandung anak pertama, masih ada adik-adik Yesus, yang berarti dilahirkan oleh Maria. Setelah Roh Kudus menaungi Maria dan Yesus dilahirkan, Maria bersetubuh dengan Yusuf lalu melahirkan anak-anak lainnya. Katolik ingin menjadikan Maria suci selamanya, tidak pernah disentuh pria.

Enam bulan sebelumnya, Elisabet melahirkan Yohanes Pembaptis. Lalu enam bulan berikutnya, Maria mendapat tugas yang sama, melahirkan Yesus. Bedanya, Elisabet disetubuhi suaminya, Zakharia, tetapi anak dara Maria, yang belum pernah berhubungan seks, bisa melahirkan, yang membuktikan bahwa Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Sedangkan Elisabet yang sudah tua tetapi rahimnya bisa diisi karena berhubungan seks dengan suaminya membuktikan bahwa Allah bisa membangkitkan yang sudah mati. Rahim yang sudah mati dibangkitkan lagi. Itulah kuasa Allah, itu iman. Iman Abraham pada Allah juga sama dalam hal ini.

Allah menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang tidak mungkin mempunyai akan mempunyai anak. Allah membangkitkan dari mati menjadi hidup, berarti Abraham percaya bahwa Ishak akan dibangkitkan kembali jika sudah disembelih, bahwa Tuhan mungkin membangkitkan. Kalimat ini terambil dari Ibrani 11, Allah menciptakan menjadi ada dari yang tidak ada; Allah membangkitkan yang sudah mati. Hal ini diulang kembali oleh Tuhan khususnya dalam melahirkan Yohanes Pembaptis dan Yesus. Maria yang baru berusia belasan tahun pergi mencari Elisabet, dari Nazaret ke Yerusalem. Itu membutuhkan perjalanan kaki dua hingga tiga hari. Ketika bertemu dengan Elisabet, terjadi peristiwa yang sangat ajaib, bayi dalam kandungan Elisabet meloncat. Ia berkata, “Ketika ibu dari Tuhanku datang, janin dalam kandunganku meloncat,” karena Yohanes bersukacita menyadari bahwa Yesus yang akan ia layani sekarang datang mengunjunginya. Ini membuktikan Yohanes sejak di dalam rahim sudah dipenuhi Roh Kudus. Satu-satunya orang selain Tuhan Yesus yang dipenuhi Roh Kudus sejak dalam rahim ibunya hanyalah Yohanes Pembaptis.

Ketika Elisabet hamil tua, dan Yesus masih kecil dalam rahim Maria, ketika Maria bertemu Elisabet dan bayi dalam rahim Elisabet meloncat, dikatakan, “Ibu dari Allahku datang” (Yun.: theotokos = ibu dari Allah). Hal ini dicatat dalam Injil Lukas, yang mengakibatkan orang Katolik berkata bahwa Maria ialah ibunya Allah. Seumur hidup saya tidak terlalu suka memakai istilah ini di dalam khotbah saya, karena istilah ini dapat menimbulkan salah pengertian yang sangat besar, yang bisa dipikirkan bahwa Allah (Yesus) hanyalah anak dari seorang wanita manusia, dan Allah (Yesus) di sorga sekarang masih mempunyai ibu, seorang manusia yang bernama Maria. Ini pemikiran yang tidak beres, yang dapat membuat iman Kristen menjadi kacau balau. Bagi saya, istilah Maria sebagai ibunya Allah hanya ketika Maria mengandung. Yesus di dalam rahimnya sudah bersifat ilahi, sehingga untuk sementara Maria disebut sebagai ibunya Allah. Ini bukan berarti bahwa Allah memerlukan seorang ibu. Allah Tritunggal tidak memerlukan seorang ibu. Ini hanya membuktikan bahwa seorang wanita yang masih gadis mengandung dan melahirkan Yesus, dan Yesus sudah bersifat ilahi sejak dari dalam rahim. Hal ini penting untuk mencegah kepercayaan Kristologi yang salah, yaitu Yesus baru bersifat ilahi saat Ia dibaptiskan. Ada pandangan bahwa ketika Roh Kudus turun ke atas-Nya, barulah sifat ilahi Yesus datang kepada-Nya, lalu Ia menjadi Kristus dan melakukan tugas Mesianik selama tiga setengah tahun. Mereka mengatakan bahwa pada saat Yesus dipaku di atas salib dan berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” sifat ilahi-Nya hilang atau meninggalkan-Nya dan Ia kembali menjadi manusia biasa. Ini semua tafsiran yang salah dari ajaran Gnostisisme, khususnya Cerinthus. Cerinthus sebenarnya mengajarkan bahwa Allah Bapa membiarkan-Nya menanggung dosa manusia dan tidak lagi memelihara dan kasihan kepada-Nya. Salib Yesus adalah satu-satunya tempat yang saya sebut sebagai kondisi vacuum (hampa) kasih. Tuhan Yesus sudah memiliki sifat ilahi sejak dalam rahim Maria. Yohanes Pembaptis menerima gerakan Roh Kudus sejak dalam rahim Elisabet. Berarti, sebelum lahir Yesus sudah bersifat ilahi. Ini bukti keilahian Kristus. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/pengakuan-iman-rasuli-bagian-15-butir-kedua-9

Artikel Terkait :