BAB 4 :
KRISTUS DALAM PROSES KRUSIAL (2)

Alkitab menegaskan bahwa Yesus dicobai oleh Iblis di sepanjang kehidupan-Nya di dunia ini. Yesus tidak hanya dicobai di padang belantara saja. Ibrani 4:15 menegaskan bahwa Yesus dicobai seperti semua kelemahan kita, hanya saja Ia tidak berdosa. Saya percaya Yesus dicobai dalam segala hal, seperti seks, keuangan, makanan, nama besar, kedudukan, kuasa dan lain-lain. Tidak semua dicatat, karena jika demikian Alkitab akan lebih banyak bercerita tentang Iblis ketimbang bicara tentang kebenaran Allah. Apa yang dicatat ini merupakan prinsip yang harus dimengerti untuk semua hal.

Seorang pengkhotbah juga harus lebih banyak berkhotbah tentang Yesus Kristus, bukan berkhotbah tentang Iblis, karena kita dipanggil untuk memberitakan firman Tuhan bukan untuk memberitakan rahasia Iblis. Maka ketika saya mendengar seorang pendeta yang terus-menerus berkhotbah tentang Iblis, saya mempertanyakan panggilannya. Tidak banyak tempat Alkitab mencatat tentang Iblis mencobai Yesus. Tempat-tempat di mana dinyatakan Iblis mencobai Yesus harus menjadi representasi dari prinsip bagaimana Iblis menggoda manusia. Tetapi saya percaya ketika Yesus telah memberikan roti kepada lima ribu orang dan orang memaksa Yesus untuk menjadi raja, itu juga merupakan satu cobaan bagi Yesus, yaitu cobaan untuk memiliki kuasa yang besar dan kedudukan yang tinggi. Tetapi Alkitab tidak memunculkan kata Iblis, sekalipun itu memang satu pencobaan. Berkali-kali Yesus dicobai oleh Iblis. Ia dicobai seumur hidup, tetapi terus menang.

Berkenaan dengan itu ada pertanyaan yang muncul, yaitu: “Ketika Yesus berada di dalam dunia, apakah ia bisa jatuh ke dalam dosa?” Jawabnya, secara ontologis tidak bisa, tetapi secara logis bisa. Ontologis adalah sesuatu yang betul-betul ada, realitas sejati. Jadi, mungkin atau tidak mungkin? Jawabnya, mungkin dan tidak mungkin. Secara sejarah dan fakta realitas Yesus tidak pernah jatuh ke dalam dosa, namun secara logika Yesus bisa jatuh ke dalam dosa. Jika Yesus tidak mungkin jatuh ke dalam dosa, maka pencobaan itu hanyalah suatu sandiwara yang tidak ada maknanya sama sekali, dan hanya menjadi suatu sandiwara untuk menghibur kita ketika kita dicobai. Sebaliknya, jika Yesus bisa jatuh ke dalam dosa, betapa bahayanya kondisi ini, karena keselamatan seluruh umat pilihan digantungkan kepada-Nya! Pertanyaan ini memang tidak bisa dijawab secara tuntas saat ini. Ia mungkin lapar, mungkin sakit, mungkin menderita kesulitan, bahkan bukan saja mungkin, tetapi sudah mengalaminya. Ia pernah dihina, pernah letih dan kelelahan, pernah diperlakukan seperti seorang penjahat, dipaku di atas kayu salib. Ketika di Getsemani, Ia menjadi sedemikian takut. Semua ini merefleksikan bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia. Ia betul-betul hidup dalam kondisi sebagai manusia.

Kalau Yesus tidak bisa jatuh, maka semua ujian itu sebenarnya hanyalah merupakan suatu tipuan yang tidak bermakna apa-apa bagi kita. Tetapi jika Yesus mungkin berbuat dosa, berarti keselamatan Allah bisa gagal dan bisa batal. Hal itu juga tidak mungkin. Tetapi yang jelas, Ibrani 4:15 mengatakan bahwa Ia telah dicobai, namun tidak berbuat dosa. Ini adalah fakta yang nyata. Berarti Yesus sungguh-sungguh menang. Oleh karena itu, kemenangan Yesus adalah kemenangan faktual, kemenangan historis, yang bisa menjadi contoh bagi setiap kita masing-masing.

Bagaimana Ia bisa menang dan bagaimana pencobaan itu menerpa Dia? (Lihat Matius 4:1-11). Pencobaan yang Tuhan Yesus alami dan rahasia kemenangan-Nya adalah:

1. Jenis pencobaan : Urgensi kebutuhan materi.

Rahasia kemenangan : Taat di dalam penderitaan.

Berulang kali kita jatuh ke dalam dosa karena kita terjepit ingin mendapatkan penyelesaian dari problema materi. Karena keinginan untuk mendapatkan uang atau mendapatkan makanan sekarang juga, akibatnya kita menerobos dan tidak mau menunggu kehendak Tuhan. Kita langsung mau mendapatkan materi itu sekarang juga. Pada saat itulah kita jatuh ke dalam pencobaan. Urgensi materi merupakan satu kesulitan yang di waktu-waktu tertentu bisa mengakibatkan kita gagal, dan Iblis seringkali menggunakan hal ini.

Setelah Yesus berpuasa 40 hari maka Ia pun menjadi lapar, dan itu merupakan satu urgensi. Seringkali kita mengatakan, “Sudah, tidak usah bicara agama, ini masalah perut, sangat urgen.” Maka Iblis datang dan mulai memasang jeratnya. Dia memancing: “Kalau Engkau Anak Allah, tentu bisa mengubah batu ini jadi roti.” Ini cara menipu anak kecil, tetapi kita juga sering jatuh dengan godaan seperti ini. “Kalau kamu dewasa, pasti bisa melakukan….” atau “Kalau kamu jantan, tentu bisa melakukan…..” atau “Kalau kamu pandai, pasti kamu mau makan…..” Ketika kita didesak di dalam urgensi, momen-momen itu menyebabkan kita sangat mudah jatuh ke dalam dosa. Semua urgensi memang adalah suatu desakan waktu, tetapi kita harus selalu sadar bahwa di dalam desakan waktu itu kita memiliki status yang sangat krusial, yaitu di antara Allah dan Iblis. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dan bertanggung jawab di hadapan Truhan. Sekalipun Yesus adalah Anak Allah, Ia tidak sewenang-wenang di dalam keadaan urgen dari kelaparan-Nya. Ia rela taat di dalam apa yang harus diderita-Nya.

Kiranya penderitaan ini boleh kita ukur dalam-dalam di dalam hati kita. Mengapa banyak orang Kristen gagal? Mengapa banyak gereja tidak bisa dibangunkan? Karena kita selalu gagal dan selalu berkompromi ketika berada di dalam urgensi. Yesus tidak berkompromi, Ia belajar taat sampai mati. Tidak ada dorongan yang lebih besar bagi hidup kita daripada contoh yang diberikan oleh Anak Allah. Tidak ada kuasa yang lebih besar untuk membangunkan gereja selain kita kembali mengabdikan diri kepada firman dan prinsip firman Tuhan yang benar.

Ketika Iblis mengatakan, “Jikalau Engkau adalah Anak Allah, jadikanlah batu-batu ini roti,” maka Yesus menjawab: “Manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Istilah “saja” menunjukkan bahwa memang manusia masih memerlukan roti, Yesus tidak sok rohani. Ia tidak menolak dan berpandangan bahwa manusia hidup tidak perlu roti lagi. Tetapi bukan hanya roti saja. Hidup dari roti saja tidak cukup, manusia harus hidup bersandarkan pada firman Allah. Ketika saya mempelajari ayat ini saya malu. Yesus menuntut kita menerima “setiap” firman yang keluar dari mulut Allah, bukan hanya sebagian, tetapi harus tuntas dan mendalam. Berarti Tuhan ingin kita betul-betul belajar firman dan betul-betul bertanggung jawab.

Konfusius adalah seorang guru filsafat yang sangat agung di dalam sejarah. Namun jika perkataan Yesus ini kita bandingkan dengan pengajaran Konfusius, “Seorang gentleman hidup bukan mencari makan tetapi mencari kebenaran,” maka kita melihat adanya perbedaan yang besar. Pertama, Konfusius mengatakan seolah-olah orang yang hebat tidak akan mencari makanan. Itu tidak benar! Yang benar adalah “tidak mencari makanan saja.” Dalam hal ini perkataan Konfusius kurang mencapai kesempurnaan pertanggungjawaban hidup. Kedua, ketika Konfusius mengajarkan perlunya kebenaran, ia tidak bisa memberikan pengenalan apa itu kebenaran, sedangkan Yesus langsung menegaskan bahwa kebenaran itu adalah setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Dalam hal ini, kembali Konfusius kurang mencapai ketuntasan pengertian sumbernya. Kebenaran bukan berasal dari hasil pemikiran para filsuf. Kebenaran bukan berasal dari para pendidik yang menulis buku-buku dan buah pikiran para filsuf. Kebenaran sejati adalah perkataan yang diwahyukan, diinspirasikan oleh Roh Kudus di dalam Kitab Suci. Yesus berkata bahwa kita harus bersandar pada setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah sendiri.

Ketika Iblis berkata: “Jika Engkau Anak Allah…” Yesus tidak mau dijebak dengan perkataan ini. Yesus menjawab: “manusia hidup....” Ia tidak mau dipermainkan oleh keraguan, seolah-olah Iblis mempertanyakan dan menuntut bukti bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tuntutan keraguan itu tidak memancing Yesus untuk “membuktikan” kebenaran. Anak Allah adalah Anak Allah, tidak perlu ditambah dengan perkataan : “jika…” Iman Kristen sangat berbeda dari ajaran agama lain yang begitu banyak mengandung keraguan, mungkin ini dan mungkin itu. Kekristenan memberikan kepastian dan tidak berdiri di atas keraguan.

Yesus menjawab “manusia,” karena Ia mengerti bahwa Iblis sedang mempermainkan suatu jebakan yang sangat canggih. Perkataan Iblis merupakan satu usaha untuk mencobai Allah, padahal di dalam Yakobus 1:13 jelas dikatakan bahwa Allah tidak mencobai dan tidak dicobai. Prinsip ini sudah diketahui Yesus. Iblis berani mencobai Yesus ketika Ia sedang berinkarnasi tetapi walaupun Yesus sedang berinkarnasi bukan berarti Ia tidak lagi menjadi Anak Allah dan boleh dicobai. Saat itu memang Yesus sedang menjadi manusia dan Ia menjawab sebagai manusia. Ketika itu Iblis langsung sadar bahwa ia sudah kalah dan caranya gagal. Maka ia segera berganti arah, memakai cara Yesus untuk mencobai Yesus kembali. Teknik Iblis sangat canggih. Pertempuran antara Yesus dan Iblis di bagian ini bisa menjadi satu bijaksana untuk mengerti teknik peperangan. Ketika Yesus menjawab Iblis, Ia tidak menjawab berdasarkan opini-Nya sendiri atau berdasarkan interpretasi firman yang semaunya, tetapi Ia langsung mengutip firman Tuhan. Jangan anggap semua pendirian para teolog cukup kuat melawan Iblis. Tidak! Yang cukup untuk melawan kekuatan Iblis tanpa kompromi hanya satu, yaitu firman Tuhan yang murni.

2. Jenis pencobaan : Interpretasi firman yang salah.

Rahasia kemenangan : Pengenalan akan firman Tuhan secara menyeluruh.

Karena Yesus memakai firman, maka sekarang Iblis juga memakai cara yang sama untuk menghantam Yesus. Iblis membawa Yesus ke atas bubungan Bait Allah dan memerintahkan Yesus untuk terjun, karena Alkitab mengatakan: “Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” (ayat 6). Berarti sekarang Iblis juga sedang memakai Kitab Suci. Jadi, silahkan Saudara sekarang lebih peka dan berhati-hati. Tidak semua yang membawa dan memakai Kitab Suci pasti malaikat, mungkin Iblis! Jangan Saudara kira semua pengkhotbah yang banyak buka Alkitab sana-sini pasti setia kepada Tuhan. Belum tentu!

Di mimbar sebuah gereja di Riverside, Amerika, pernah satu kali ada tulisan: “Bapak Pendeta, tolong khotbahkan Yesus kepada kami, karena sudah satu tahun ini kami tidak pernah mendengar nama itu disebut lagi dari mimbar ini.” Pendeta Liberal memakai Alkitab, tetapi kemudian mengkhotbahkan masalah sosial, masalah seksual, masalah politik, hak asasi manusia, tetapi tidak satu kali pun mengkhotbahkan Yesus yang mati dan bangkit demi menebus dosa manusia. Kalau Saudara melihat orang membawa Alkitab yang mengaku sebagai siswa-siswa Alkitab, yang sebenarnya adalah Saksi Yehovah, terus memakai Alkitab tetapi justru paling melawan firman Tuhan, maka mereka sebenarnya lebih jahat daripada orang kafir.

Iblis memakai Alkitab justru untuk menjatuhkan Yesus. Yesus tidak mau berdebat dan berargumen tentang interpretasi firman dengan Iblis, tetapi langsung menjawab lagi dengan firman Tuhan: “Ada pula tertulis: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (ayat 7). Istilah “pula” menunjukkan bahwa pengertian menyeluruh terhadap seluruh Alkitab secara utuh sangatlah penting. Tidak cukup hanya tahu satu ayat, namun kemudian pengertiannya bertentangan dengan ayat yang lain. Semua bidat dan ajaran sesat selalu mulai dengan comot-comot Alkitab tanpa mengerti pengertian Alkitab secara keseluruhan. Saya minta Saudara belajar baik-baik dan mau mengerti seluruh Alkitab secara komprehensif (menyeluruh dan tuntas). Kita tidak boleh mengerti Alkitab hanya dalam kepingan-kepingan dan hanya sebagian saja. Cara mengambil kepingan-kepingan seperti itu adalah cara Iblis.

Yesus menjawab seperti itu karena Iblis memang sengaja memberikan satu lowongan yang ia sendiri tidak mau membuktikannya. Jika Yesus menuruti apa yang Iblis minta, lalu minta Ia jatuh malaikat-malaikat begitu sibuk menjaga dan menatang-Nya, maka bukankah hal itu tentu memberikan kegemparan yang luar biasa? Bukankah itu merupakan suatu demo kehebatan Yesus yang penuh dengan segala mujizat? Tetapi, apakah Tuhan sama dengan pemain sulap yang sedang mengisi kebutuhan orang-orang yang rasa ingin tahunya tinggi? Apakah Tuhan hanya mau mengisi Saudara yang ingin menonton suatu demo yang hebat? Tidak! Yesus berkata: “Jangan mencobai Tuhanmu!”

Ketika saya berusia 17 tahun, saya mengira istilah “Tuhan” ini menunjuk kepada diri Yesus sendiri, seolah-olah Ia mau mengatakan kepada Iblis untuk tidak mencobai diri-Nya. Namun ternyata tidak demikian, karena melalui jawaban-Nya ini Yesus justru menegaskan posisi kemanusiaan-Nya. Berarti kalau Yesus disuruh untuk melompat, itu satu pencobaan terhadap Tuhan. Di sini Yesus mau menegaskan bahwa sebagai manusia Ia harus berjalan baik-baik, tidak loncat-loncat dari bubungan. Kalau Ia meloncat dengan sembarangan, itu sama dengan mencobai Tuhan. Tidak mau bekerja lalu setiap hari beli lotere itu mencobai Tuhan; tidak mau belajar tetapi mau lulus ujian, itu mencobai Tuhan; tidak mau memelihara badan, setiap hari minum-minuman keras atau makan segala yang berbahaya bagi tubuh, lalu ketika sakit mengatakan Tuhan tidak memeliharanya, itu mencobai Tuhan. Yang disebut “mencobai Tuhan” adalah tidak mau berjalan secara normal, tetapi minta Tuhan menyatakan mujizat kepada Saudara yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu Yesus menegaskan: “Jangan mencobai Tuhan!”

Iblis langsung sadar ia kembali menelan kekalahan. Ia memakai ayat Alkitab, tetapi ia tidak tahu bahwa Yesus jauh lebih menguasai Alkitab, daripada dia. Mengapa banyak orang Kristen Protestan yang ditipu oleh orang Kristen yang tidak bertanggung jawab? Mengapa banyak orang Kristen Injili, Pentakosta, mudah ditarik oleh bidat Saksi Yehovah? Semua itu karena Saudara kurang mengerti Alkitab dibandingkan dengan musuh-musuh Kekristenan ini, sehingga ketika mereka membaca Alkitab, Saudara terkejut dan terheranb-heran. Saudara merasa mereka begitu hebat sedangkan Saudara sendiri tidak tahu apa-apa, sehingga Saudara dengan mudah masuk ke dalam tipuan mereka. Yesus tidak mudah ditipu seperti itu. Ia lebih mengerti firman Tuhan dibandingkan musuh-Nya. Itu rahasia-Nya!

3. Jenis pencobaan : Kekuasaan dan materi.

Rahasia kemenangan : Mengenal siapa Pemilik sesungguhnya.

Kemudian Iblis membawa Yesus ke tempat yang lebih tinggi lagi. Sekarang tidak usah loncat-loncatan, tetapi ada satu tawaran yang lebih menarik. Semua kerajaan dunia dengan segala kemegahannya ditawarkan. Ini bukan masalah urgen, tetapi masalah masa depan. Bukan persoalan terjepit dan mendesak, tetapi suatu kelimpahan. Bisa untuk seumur hidup! Semua kerajaan, semua kemuliaan, semua takhta akan diberikan kepada Yesus, hanya dengan satu syarat saja. Sangat mudah, hanya menyembah satu kali.

Yesus tidak berkata, “Wah, tawaran menarik, saya pikir dulu ya.” Tidak! Ia menjawab: “Enyahlah Iblis! Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Ketika mendengarkan jawaban itu, Iblis pun meninggalkan Yesus.

Merngapa Yesus tidak menyembah Iblis? Ketika Iblis mengatakan, “Aku akan berikan semua kepada-Mu,” Yesus tidak mudah dijebak. Semua itu bukan milik Iblis, itu adalah milik Allah, milik-Nya sendiri, Iblis tidak mempunyai apa-apa dan tidak berhak memberikan apa-apa kepada Yesus. Memang saat itu Yesus sebagai manusia, tetapi bukan berarti Iblis berhak mengambil alih milik Allah dan memberikan kepada-Nya. Iblis merasa semua sudah berada di tangannya (1 Yohanes 5:13). Ia memang memiliki hak sementara atas dunia ini, tetapi ia tidak bisa memiliki sertifikat hak milik. Jika Saudara bisa dipengaruhi oleh banyak orang kaya dan mengubah prinsip pelayanan Saudara, Saudara salah karena semua kekayaan itu bukan milik mereka, tetapi hanya sementara saja dipercayakan kepada mereka. Semua kuasa seberapa besarnya tetap hanyalah kuasa sementara yang dipinjamkan Tuhan kepada mereka. Jika saatnya sudah tiba, maka Tuhan akan menarik semua itu kembali.

Ketika semua talenta, kecantikan, kekayaan berada di tangan Saudara, Tuhan mau menguji bagaimanakah Saudara mempergunakannya, apakah itu dipakai untuk kemuliaan Tuhan ataukah dipakai untuk berbuat dosa. Iblis tidak berhak memberikan semua kerajaan dunia, karena sebenarnya itu bukan miliknya.

Yesus tidak mau menyembah Iblis karena hak penyembahan hanya ada pada Allah. Itu adalah hak kekekalan. Semua harta dan keindahan dunia ini hanyalah hak sementara. Keduanya sangat berbeda. Jika Yesus menyembah Iblis, maka itu sama dengan memberikan hak kekekalan yang seharusnya ada pada Allah. Itu berarti Yesus menjual hak sulung kepada Iblis.

Satu kali ada seorang pendeta yang setelah berkhotbah diajak oleh seorang anak muda yang kaya naik mobil Cabriolet mewah. Anak itu membawanya ke depan sebuah gedung yang sangat megah berlantai 48 dan mengatakan bahwa gedung itu milik ayahnya, lalu ke sebuah bank yang besar di dalam sebuah kompleks eksekutif yang mewah dan memberi tahu bahwa bank itu juga milik ayahnya. Setelah itu anak orang kaya tadi membawa si pendeta ke sebuah department store yang sangat besar, restoran mewah dan memberitahukan bahwa semua itu milik ayahnya. Setelah si pemuda tadi selesai memperlihatkan semua kekayaan yang dimiliki oleh ayahnya, pendeta itu meminta agar mereka pulang melalui jalan pantai. Sesampainya di pantai, pendeta itu meminta anak itu melihat ke seluruh lautan yang luas dan besar sekali, dan mengatakan bahwa itu milik Bapanya. Kemudian mereka melewati gunung yang tinggi dan sekali lagi si pendeta mengatakan bahwa semua itu juga milik Bapanya. Anak itu heran karena siapakah yang bisa mempunyai laut dan gunung. Ternyata Bapa itu adalah Bapa di sorga. Jangan sombong! Baru punya beberapa gedung saja sudah sombong. Allah memiliki seluruh dunia dan alam semesta ini. Biarlah semua orang hebat dan semua orang kaya tidak menjadi hambatan untuk pertumbuhan iman kita dan pengenalan kita akan Tuhan. Semua itu milik Bapa kita yang untuk sementara dititipkan kepada kita.

Dunia ini untuk sementara memang diserahkan kepada Iblis, tetapi dunia ini bukan milik Iblis. Namun seringkali Iblis terlalu merasa bahwa semua itu miliknya, maka ia memakai semua harta benda milik Allah untuk membentuk persahabatan dengan dirinya. Ia selalu ,memberikan berbagai hadiah bagi orang yang mau dekat dan bersahabat dengannya, padahal hadiah itu sebenarrnya bukan milik dia. Saya tidak setuju jika seseorang mempergunakan uang milik umum untuk mendapatkan nama besar atau nama harum bagi dirinya sendiri. Banyak orang kalau pakai uang sendiri kikirnya luar biasa, tetapi kalau pakai uang kantor, uang orang lain, atau uang gereja, besar hati luar biasa. Itu dosa ganda! Iblis memakai harta benda yang bukan miliknya lalu membuat perdagangan rohani dengan Tuhan Yesus.

Mengapa Yesus tidak menyembah Iblis? Bukankah kalau Yesus menyembah Iblis tidak perlu ada penginjilan lagi, karena seluruh dunia dan seluruh umat langsung menjadi milik Yesus? Jika Yesus menyembah Iblis, seluruh dunia akan menjadi milik Yesus, tetapi Yesus sendiri juga menjadi milik Iblis karena sudah menyembah kepadanya. Ini satu kerugian yang tak terhingga besarnya. Setiap kali Saudara mendapatkan keuntungan yang luar biasa, tetapi harus dengan mengkompromikan dan menjual diri ke tangan Iblis, sebenarnya Saudara bukan untung tetapi sangat rugi. Pada saat itu Saudara sudah menjual hak kesulungan Saudara sendiri. Maka Yesus segera mengusir Iblis pergi dan menegaskan bahwa manusia hanya boleh bersembah sujud kepada Allah. Maka Iblis pun pergi.

Sebagai umat manusia kita juga menderita sengsara. Kita harus mengalami kesulitan karena kita tidak lepas dari status antara. Kita juga tidak terlepas dari proses yang ditetapkan Allah. Kita perlu kembali pada prinsip bahwa melalui penderitaan kita belajar ketaatan, melalui ketaatan kita mencapai kesempurnaan. Di dalam proses ini, penderirtaan dan ketaatan menjadi sarana konfirmasi.

Sebagai orang Kristen kita harus selalu sadar bahwa penderitaan datang melalui empat penyebab: (1) Penderitaan datang dari dunia yang sudah dikutuk. Sejak Adam dan hawa jatuh ke dalam dosa, dunia ini sudah dikutuk, sehingga penderitaan tiba kepada manusia. (2) Penderitaan datang sebagai pembalasan keadilan Allah untuk menghukum manusia yang sudah berbuat dosa. (3) Penderitaan datang dengan maksud Allah untuk melatih, menguji dan menguatkan anak-anak-Nya. (4) Penderitaan datang dari Iblis untuk memaksa orang-orang yang cinta Tuhan.

Oleh karena itu, setiap kali Saudara mengalami penderitaan, jangan terlalu cepat menganggap itu sebagai ujian dari Allah. Tidak tentu! Jika penderitaan yang Saudara terima adalah karena dosa Saudara sendiri, maka Saudara tidak boleh menyebut itu sebagai ujian dari Allah. Saudara harus bertobat! Kecuali apabila Saudara tidak berbuat dosa, maka penderitaan yang Saudara terima boleh Saudara pandang sebagai ujian dari Allah, dan di dalamnya kadang-kadang ada pencobaan. Lalu bagaimanakah Saudara memenangkan ujian dan pencobaan itu?

SAUDARA PUN MUNGKIN MENANG

Kita bisa memenangkan ujian dan pencobaan dengan mengikuti jejak kaki Tuhan Yesus. Untuk itu kita perlu melihat empat prinsip dari Yesus:

  • Bersandar pada pimpinan Roh Kudus. Saudara bisa menang atas pencobaan jika Saudara tidak bersandar pada diri Saudara sendiri. Kita perlu terus sadar dan terus hidup di dalam pimpinan Roh Kudus. Jika Saudara bersandar pada diri sendiri, maka Saudara sudah masuk ke dalam jerat Iblis, karena Iblis paling suka jika manusia hidup bersandar pada dirinya sendiri, dan hidup seperti itu adalah hidup yang paling sulit.
  • Bersandar pada status asli manusia. Kita bisa memenangkan ujian dan pencobaan dengan cara memelihara status asli kita sebagai manusia. Kita tidak boleh bergeser dari status kita sebagai manusia. Iblis mau Saudara ikut seperti dia, jatuh ke atas, sehingga Saudara akan meninggalkan status Saudara sebagai manusia dan mau menjadi anak Allah dengan hak istimewa. Saudara kemudian dijatuhkan sehingga Saudara akan lebih mencintai dunia materi ketimbang kedudukan saudara sendiri sebagai manusia. Tuhan Yesus menang karena Dia terus memelihara status manusia. Status manusia yang Yesus tegakkan kembali adalah:
    • Manusia tidak boleh mencobai Allah, manusia harus berbakti kepada Allah;
    • Manusia harus bersandar pada firman Allah bukan pada materi, sikap urgensi, dan pancingan dunia ini;
    • Manusia harus taat mutlak kepada Allah. Inilah tugas manusia di dalam berespons kepada hak dan otoritas Allah.
  • Bersandar pada firman. Yesus tidak pernah dikalahkan Iblis karena Dia terus berpegang dan bersandar pada firman. Setiap kali dicobai Yesus tidak menjawab dengan semua teori dunia atau teori filsuf-filsuf yang terkenal. Yesus mengalahkan semua pencobaan hanya dengan satu cara, yaitu : kembali pada firman Allah. Yesus mengerti Firman secara komprehensif, secara total, dan tuntas, bukan secara kepingan-kepingan atau fragmental. Belajar dan mengerti firman Tuhan secara komprehensif menjadi tuntutan mutlak bagi anak-anak Allah untuk bisa melawan godaan Iblis.
  • Bersandar hanya pada kesetiaan pada Allah. Yesus menang karena Ia setia hanya kepada Tuhan dan tidak bercabang hati. Yang dikehendaki hanyalah menyenangkan Dia. Tuhan menuntut kita untuk hidup hanya menyenangkan hati Allah, tidak ada yang lain.

Saya tidak mengerti apa yang menjadi pencobaan terbesar bagi Saudara. Saya juga tidak tahu apa yang menjadi ujian Saudara yang terbesar. Tetapi saya tahu, tidak ada pencobaan dan ujian yang lebih besar daripada kesanggupan kita untuk menanggung dan melewatinya, karena Tuhan sudah memberikan potensi di dalam hidup Saudara. Seringkali kita tidak menyadari potensi ini. Puji Tuhan! Tuhan tidak meninggalkan Saudara. Ketika Saudara merasa sepertinya tangan Allah lepas, janganlah lupa bahwa mata-Nya begitu tajam memperhatikan Saudara.

Ketika seorang anak kecil baru belajar berjalan, pada mulanya ia dituntun oleh ibunya, tetapi kemudian dilepaskan untuk anak itu belajar berjalan. Pada saat dilepas, mata ibu semakin tajam memperhatikan anaknya. Ia tidak dibiarkan begitu saja.

Di dalam ujian terkadang sepertinya Tuhan membiarkan Saudara seorang diri, tetapi sebenarnya tidak demikian. Seperti itulah Tuhan mendidik saya, dan demikian pula saya mendidik anak saya. Pada saat-saat tertentu saya melepaskan anak saya seolah-olah saya tidak menjaganya, padahal saat itu saya justru semakin cermat memperhartikan bahaya apa yang mungkin tiba kepada dia, atau dia mungkin akan kompromi di bagian mana, dan pada saat-saat tertentu ketika perlu, di luar pengetahuannya saya melakukan proteksi.

Terkadang Tuhan sepertinya membiarkan kita berjalan sendiri, tetapi sesungguhnya Tuhan tidak meninggalkan kita. Ia tidak membuang kita. Maukah Saudara meyakini hal ini? Sekalipun awan gelap mengelilingi Saudara, matahari tetap bersinar di atas awan yang gelap tersebut. Biarlah Saudara belajar seperti Yesus Kristus, dari penderitaan belajar taat, dan dari taat menjadi sempurna.

Amin.
SUMBER :
Nama buku : Ujian, Pencobaan & Kemenangan
Sub Judul : Bab 4 : Kristus Dalam Proses Krusial (2)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014
Halaman : 89 – 104