sebelumnya :

Pada waktu dia (Marthin Luther) satu kali terlalu kecewa karena kekuatan melawan dia begitu besar, dia pulang, dia sudah tidak mau lagi meneruskan reformasi. Dia menemukan istrinya di rumah sedang pakai pakaian putih. Untuk orang Jerman itu orang yang kematian, orang baru pakai itu. Lalu di situ suram sekali. Martin Luther tanya dia, “Kenapa you pakai pakaian seperti ini?” Dia bilang, “ada yang mati, maka saya pakai pakaian ini.” “Siapa yang mati? Beri tahu kepada saya dong.” “Allah yang mati.” “Hah? Kurang ajar kamu. Allah mati? Allah tidak mungkin mati. Jangan mengatakan kalimat seperti itu.” Maka Allah sudah mati, mulai dari pada mulut nyonya Martin Luther, Nyo-ter, Nyonya Martin Luther mengatakan, Allah sudah mati. Martin Luther marah dan berkata, “Kenapa katakan kalimat itu? Allah tidak mati.” Langsung dijawab nyonyanya, “Jikalau Allah tidak mati, mengapa engkau kecewa? Jikalau Allah tidak mati, mengapa reformasi engkau sekarang sudah kecewa mau berhentiin?” Woh, melalui kalimat itu, Martin Luther dibangunkan kembali, “Kalau demikian, saya berjuang terus.” Nah, nyonya yang baik adalah terus mendorong suaminya menjalankan kehendak Tuhan. Nyonya yang jelek, “jangan cinta Tuhan, cinta aku saja.” Barang siapa tidak mencintai Tuhan lebih dari istri atau suami, tidak layak mengikuti Tuhan. Ini sekarang sudah kurang diajarkan di dalam teologi barat. Seolah-olah keluarga adalah paling utama dan Tuhan disingkirkan. Hari ini saya khotbah seperti ini, saya jalankan ini. Sebelum saya nikah, saya tulis surat pertama mengatakan ini, “utamakan Tuhan lebih dari hubungan suami istri, baru kita nikah.” Dan besok istri saya harus ke Singapura dan besok lusa diadakan operasi rahimnya dan semua itu akan dikeluarkan, akan dioperasi. Tetapi saya tetap minta anak perempuan saya mendampingi dia, saya pergi khotbah. Saya harus ke Kuala Lumpur, ke Singapura, dan sebagainya. Saudara-saudara, istri Martin Luther mengatakan, “God is Dead.” No. “If God is not dead, why you are disappointedWhy you stop your work?” Martin Luther berkata, “kalau begini tidak usah debat, saya teruskan.” Barulah 500 tahun kemudian sampai hari ini kita masih melihat ada orang yang setia kepada Firman Tuhan.

Di Jakarta dengan matamu sendiri, engkau melihat berapa gampangnya gereja menyeleweng. Engkau coba keliling mulai minggu ini, satu bulan tidak usah  datang, keliling  gereja yang lain, mendengarkan khotbah yang dikhotbahkan itu apa, melihat bagaimana banyak yang menyebut diri pendeta, yang pasang plang gereja, bagaimana memberitakan hal yang menyimpang dari Alkitab. Saya memberikan tantangan ini supaya menggugah, menggugah hati nurani anda. Jangan kira anda datang mendengar khotbah enak-enak dari Stephen Tong, silahkan kritik saya, benci saya, silahkan. Tapi hati nurani saya tetap mengatakan satu kejujuran, you harus kembali kepada firman, harus setia kepada Tuhan. Kalimat itu dikatakan 400 tahun kemudian oleh seorang yang bernama Nietzsche, Allah mati, tapi konotasinya lain, seluruh definisinya lain. DIa mengatakan, allah-allah semua mati. Berarti tidak usah percaya Allah, tidak usah dewa. Di dalam filsafat dari pada Nietzsche, antroposentrik, man is the center of the universe. Sudah mencapai sesuatu keadaan radikalisme yang mutlak dan ekstrim, dan Nietzsche mengatakan kita menunggu datangnya superman. Kalau superman yang sebelum datang perlu seorang perintis. Dan perintis yaitu siapa? Yaitu Nietzsche sendiri. Sama seperti Yesus sebelum datang perlu seorang perintis namanya Yohanes Pembaptis. Maka Nietzsche adalah Yohanes Pembaptis yang anti-Kristus. Anti Kristus nya adalah superman. Berarti superman contradict with God. Allah yang supranatural itu harus mati. Manusia harus bangkit. Kalau manusia sudah bisa kerjakan segala sesuatu sendiri, kita tidak perlu Allah lagi. Itulah dasarnya atheisme. Itulah dasarnya manusia melawan Tuhan. Itu dasar anti-Kristus. Abad ke-21 kita lihat, tidak usah Tuhan kan? Orang-orang boleh apa saja. Dari kantor sampai malem tidur sama pelacur, tidak apa-apa kok, semua bisa kerja sendiri kok. Berzinah pun ndak apa-apa, ada penisilin. Sakit apa pun ada obatnya. Maka Tuhan membiarkan penyakit makin keras datang ke dunia, manusia berusaha mencari obat yang lebih hebat lagi, seolah-olah manusia sudah bisa tanpa Tuhan kerjakan segala sesuatu berdasarkan kepinteran sendiri. Tapi mereka tidak mengerti apa yang disebut oleh teologia Reformed, common grace. Pintermu menemukan obat apa pun itu pinternya dari Tuhan Allah. Tetap dari Allah. Orang yang mengerti semua ini, kembalikan mulia kepada Allah. Orang yang tidak mengerti hanya memperalat Allah untuk bermain-main, untuk membuang hidupnya sembarangan.

Nietzsche mengatakan, dewa-dewa bermusyawarah, di antaranya satu yang sombong mengatakan, “I am the only God. Beside me there is no God.” Maka dengan kalimat itu dia mau mengkoyak, merobek Kitab Suci, menghancurkan Kekristenan. Saudara-saudara sekalian, maka yang lain tertawa, berarti dewa sama dewa, agama sama agama berantem, sudah berantem akhirnya hancur semua, mati semua. God is dead. Seratus tahun kemudian, orang ketiga, Jean-Paul Sarte dari Perancis mengadakan satu upacara, mari kita mengebumikan Allah. Dia keduk tanah lalu dia bikin upacara Allah dikuburkan dan dunia tidak perlu Allah lagi. Pada satu pihak, orang seperti atheisme jujur, langsung mengatakan tidak ada Allah. Di satu pihak, orang yang memakai teori-teori, menguburkan, mengumumkan kematian allah, di satu pihak orang Kristen yang hidupnya lebih rusak dari orang belum Kristen, menyatakan seolah-olah Allah sudah mati, tidak bisa robah hidupmu dan hidupku. Satu pihak lagi, adalah orang macam keempat, teolog-teolog dari Walthamian(?), dari pada itu Al Kaiser(?), dari pada Hamilton, dan dari pada orang-orang di Chicago School mengatakan God is dead melalui sekolah teologi. Sekolah teologi sendiri mengajar Allah itu mati. Kalau kita membayangkan semua mengulangi sejarah kita takut, inilah keadaan manusia. Manusia menganggap Allah itu sudah mati dan diumumkan oleh Nietzsche salah satu pemikir yang mempunyai kekuatan syair dan mendorong emosi yang paling besar, bukan Calvin, bukan Kierkegaard, tetapi Nietzsche. Nietzsche merupakan orang yang paling kuat, paling dinamis di dalam merobah pikiran filsafat menjadi ransangan emosi. Dia adalah orang yang paling kuat di dalam mengekspresikan dinamika literatur untuk menggoncangkan pikiran manusia. Nah,  itu sebab manusia tidak mau memuliakan Allah. Kalau tidak memuliakan Allah, i am godthere’s no god. Allah singkir, aku naik di takhta.

Pada waktu manusia menaikkan diri di atas takhta dan tidak mau Tuhan Allah, akhirnya adalah Tuhan membiarkan dia mempermainkan satu lelucon akhirnya mempermalukan diri. Jadi kembali, God has the glory, and only God has the right to ask you to glorify Him. Waktu Mao Zedong masih hebat luar biasa ,mulia, seluruh dunia siapa sih mempunyai kekuatan politik lebih besar dari dia? Semua yang dipilih oleh rakyat, dia tidak. Dia yang mengatur seluruh rakyat. Dia tanpa dipilih dan tanpa mungkin dimundurkan, “saya menentukan nasib seluruh negara.” Dan negara yang populasinya paling besar, Tiongkok, lebih 1 milyar orang semua takluk di bawah dia. Dia mau apa itu apa. Dia sebut dia Allah. Pada waktu Mao Zedong memperankan diri seperti Allah, sama seperti Picasso memperankan diri seperti Allah. Maksudnya apa? Waktu Picasso menggambar sesuatu, dia menciptakan dunia sendiri di atas kanvas. Dia menciptakan dunia, dia adalah allah-nya dunia kanvas yang dia ciptakan. Mengenai hal itu, dalam seni saya tidak banyak bicara. Setiap orang pada waktu menyeleweng dari pada apa yang ditetapkan oleh Tuhan, dia berusaha memperankan diri menjadi Allah. Sesudah engkau mengakui diri adalah Allah, Allah itu tidak banyak bicara, Dia tidak mau diskusi. Kadang-kadang saya tidak mau ambil bicara sama pemuda yang maunya sendiri. Kalau pemuda-pemudi yang tidak tahu banyak tapi anggap diri maunya sendiri, saya biarin aja. Allah demikian membiarkan manusia berperan sebagai Allah sampai pada suatu hari, “Are you God? Okay. You are a dying god.  Allah yang mati.” Di mana Mao Zedong? Mati. Di mana Hitler? Mati. Di mana Hirohito? Mati. Di manakah diktator-diktator dunia? Mati. Waktu mereka hidup, mereka kira mereka infinite, mereka adalah yang tidak terbatas, setelah waktunya sampai Tuhan bilang, “Oh, sekarang tahu ya, you bisa mati ya.” Nietzsche mati umur berapa? Nietzsche mati umur 35.

Nietzsche seorang yang melawan Tuhan Allah, akhirnya sebelum mati gila luar biasa, meledak. Dia punya pikiran nggak karu-karuan, dan dia tidak bisa menguasai diri, dia mati gila. Mati karena gila. Jadi setiap orang melawan Tuhan, Tuhan bilang, “Oke, silahkan, engkau tidak usah Saya? Ya sudah, jalan sendiri.” Akhirnya mati. Sudah mati, dipamerkan di dalam dunia ada allah yang bisa mati. Sekarang Mao Zedong di mana? Mao Zedong ada di dalam kuburan kaca. Di dalam peti kaca itu tubuhnya mulai rusak sini rusak situ karena fana. Karena mortal. Sehingga setiap minggu harus tutup satu hari untuk tembel-tembel jenazahnya. Itulah manusia. Jangan kita anggap diri sombong. Jangan kita anggap diri mulia. Allah adalah satu-satunya yang berhak mengatakan, glorify Me, you should glorify Me. Engkau harus memuliakan Aku, satu-satunya oknum yang berhak menuntut orang memuliakan Dia, Allah, yang lain tidak. Jangan memuliakan siapa pun. Jangan mengkultuskan pendeta, jangan memuliakan pemimpin politik, jangan mengkultuskan siapa pun karena mereka adalah manusia yang fana, manusia yang bisa mati, bisa rusak. Manusia hanya hidup berapa puluh tahun saja. Alkitab berkata, hei raja, yang ada padamu hanya sehembus napas saja, kalau Aku memanggil engkau, “Pulang, kembalilah,” engkau kembali ke tanah. Engkau tanah, engkau kembali ke tanah. Engkau dibikin dari debu, engkau kembali kepada debu. Who are we? Siapakah kita? Kita hanya debu saja. Semua, kita hanya debu saja. Maka jikalau engkau hidup berapa puluh tahun bisa memuliakan Tuhan, itulah istimewa, hak yang diberikan oleh Tuhan. We are given privilege to be able to glorify God.

Sekali lagi, katekismus dari Westminster: what is the greatest purpose of man living on this earth? Is to glorify God and to enjoy Him. Bisa memuliakan Tuhan dan bisa menikmati Tuhan itulah tujuan tertinggi kita hidup di dalam dunia ini. Kedua, manusia adalah satu-satunya yang dicipta untuk memuliakan Tuhan dan untuk boleh mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan. Seluruh dunia dicipta untuk kemuliaan Tuhan, tapi manusia adalah satu-satunya dicipta untuk memuliakan Tuhan dan sanggup mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan. Waktu engkau melihat kucing, engkau lihat apa? Saya lihat kemuliaan Tuhan. Waktu engkau lihat gunung, engkau lihat apa? Saya lihat kemuliaan Tuhan. Gunung yang begitu agung, kucing yang begitu lincah, itu lalat yang begitu tangkas. Saya setiap kali liat laler saya lihat hebat. Itu lebih hebat dari Boeing 747. Betul tidak? Kapal terbang kalau turun berhentinya 10 menit, 5 menit, larinya 3 kilometer baru berhenti. Laler berhenti, berangkat lagi, langsung berangkat. Ada kapal terbang kayak begini? Tidak ada. Ada nggak kapal terbang [seketika] berhenti? Tidak ada. Itu F-18 itu apa itu, Sukhoi atau Rusia atau Amerika, tidak ada. F21, 25, sampai 37 juga tidak bisa. Saudara-saudara, langsung. Dipukul, pergi, datang lagi. Beraninya luar biasa. Itulah mulia Tuhan. Engkau lihat laler lihat apa? Engkau lihat kotor, saya lihat kemuliaan Tuhan. Engkau lihat nyamuk, saya lihat kemuliaan Tuhan. Engkau lihat gunung, saya lihat kemuliaan Tuhan. Engkau lihat segala sesuatu, lihat anak kecil, kecil, lagi mberangkang, itu kemuliaan Tuhan. Everything is created for glorifying God. Allah menciptakan seluruh alam semesta demi kemuliaan Dia. Tetapi selain manusia, tidak ada yang bisa memuliakan Tuhan. Mereka hanya secara pasif dengan bijaksana yang tersimpan di dalam, mencerminkan kemuliaan Tuhan. Tapi manusia mengatakan, “Oh, Puji Tuhan, Haleluya, mulia bagi-Mu,” itu hanya manusia. Itu sebab, manusia adalah satu-satunya dicipta untuk bisa mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan.

Dari poin kedua saya berkata kepada Saudara bahwa seluruh umat manusia hanya dibagi 2 macam, satu macam adalah manusia yang terus memuliakan Tuhan, sering, senantiasa, suka dan betul-betul, mempunyai keinginana mempermuliakan nama Tuhan; kedua, manusia yang selalu mempermalukan nama Tuhan, begitu dia berada Tuhan dipermalukan, begitu dia ngomong Tuhan dipermalukan, begitu dia kerja sesuatu Tuhan dipermalukan. Hanya 2 macam. Saya berkata kepada Saudara, gereja ini sudah terbentuk dari 2 macam anggota. Anggota pertama, anggota yang memuliakan Tuhan, macam kedua, anggota yang memalukan nama Tuhan. Kamu yang mana? Kamu ingin menjadi yang mana? Kamu sudah mencapai yang mana? Kamu sadar atau tidak sadar, engkau dimana? to  glorify God, to give glory to Him, atau engkau menjadi seorang yang mempermalukan nama Tuhan, mencela nama Tuhan, memberikan kesempatan kepada orang kafir untuk menghujat Tuhan karena segala kerusakan, karena segala penipuan, karena segala kejahatan yang kau lakukan. Mari kita koreksi sendiri.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Bersambung…

 

Sumber : Sumber : https://www.grii-jogja.org/memuliakan-tuhan-18-juni-2017/.