Firman : Ibrani 13 : 21

Kita telah membicarakan tentang berkat yang terakhir dari buku Ibrani. Semua rasul setelah mereka menulis surat umumnya mereka menyelesaikan surat itu dengan memberikan berkat kepada yang menerima surat. Sebagaimana kebaktian-kebaktian sudah menjadi tradisi, kebaktian selesai dengan ucapan selamat atau dengan berkat dari pada hamba Tuhan di dalam kebaktian-kebaktian. Demikian di sini kita melihat, ucapan berkat yang keluar dari pada tangan penulis Ibrani begitu berbeda dengan semua tulisan dalam buku-buku yang lain. Disini dia mengatakan dikonsentrasikan berkat Tuhan melalui Yesus Kristus. Karena Kristus yang sudah mencurahkan darah perjanjian yang kekal, yang sudah mengalami kematian dan bangkit maka Dia dijadikan Gembala yang Agung bagi seluruh umat yang dipanggil, yang ditebus, yang dijadikan kaum yang dimiliki oleh Tuhan Allah sendiri. “Dan biarlah Yesus Kristus memberikan kekuatan kepada kamu dengan melengkapi engkau di dalam segala perkara yang berbuat baik, melengkapi engkau dengan kebajikan,” ini pertama. Lalu kedua, “sehingga engkau bisa melakukan kehendak Allah.” Saya sudah berkata kepada Saudara, banyak orang kira saya sendiri bisa berbuat baik, saya sendiri bisa menjalankan kehendak Allah. Itu tidak mungkin. Karena di dalam Kekristenan, kebajikan belum pernah adalah antroposentris. Kebajikan belum pernah bersumber pada yang dicipta, kebajikan hanya bersumber pada yang mencipta, Tuhan Allah satu-satunya sumber dan esensi kebajikan itu sendiri.

Bukan saja demikian, setelah kita dilengkapi dengan kebajikan oleh Tuhan, baru kita mengerti bagaimana menjalankan kehendak Tuhan. Mengetahui isi hati Tuhan, inilah satu hak istimewa karena manusia yang berada di bumi yang dicipta, yang terbatas, yang terjerumus di dalam dosa, yang ternoda oleh pengaruh kejatuhan Adam, kita hanya bisa hidup di dalam kesesakan, di dalam antroposentris, egois sehingga segala sesuatu dipandang dari pada sudut apa yang menjadi keuntunganku. Jonathan Chauw satu kali berkata kepada saya dengan menggelengkan kepala, “Saya tidak sangka seorang Profesor Theologi yang saya kenal sudah 10 tahun, berani mengatakan satu kalimat di dalam rapat dosen: “Seumur hidup ini saya tidak mengerjakan apapun yang tidak menguntungkan diriku sendiri.” Nah itu cara orang berdagang, cara orang dunia, mengapa bekerja? Mau cari profit. Mengapa bekerja? Mau cari untung. Itu tidak salah tetapi di dalam kerajaan Tuhan tidak boleh keluar mulut seperti ini. Di dalam melayani Tuhan tidak boleh mempunyai pandangan seperti ini. Segala sesuatu yang saya kerjakan bukan karena ada untung bagiku, bukan karena memberikan profit bagiku, bukan karena ingin sangat memfaedahkan aku maka aku kerjakan. Jikalau orang Kristen mempunyai sikap melakukan segala sesuatu hanya berdasarkan egosentris maka kita belum pernah mengerti isi hati Tuhan. Justru kita melakukan segala sesuatu sesuai dengan dorongan dari Tuhan, itu sebab ayat-ayat ini keliatan gampang, tidak ada sulit, tidak perlu cari kamus langsung mengerti, tetapi mengandung unsur-unsur yang begitu Kristiani. Melalui Yesus Kristus, Gembala yang baik, Dia melengkapi engkau dengan segala kebajikan, bukan dari dirimu engkau bisa mengerjakan kebajikan, melalui Kristus melengkapi engkau dengan segala kebajikan, melalui Kristus menjadikan engkau mengerti bagaimana melakukan kehendak Allah.

Kita melakukan kehendak Allah karena kita mengetahui terlebih dahulu apa isi hati Tuhan Allah. Mengerti isi seseorang itu tidak gampang. Suami kadang-kadang tidak mengerti apa maksud istri, istri kadang-kadang tidak tahu apa yang dimaui oleh suaminya. Anak-anak sulit mengerti isi hati bapa. Bagaimanakah manusia yang sudah tercemar dalam dosa bisa mengerti isi hati Sang Pencipta, Sang Penebus, Sang Pem-wahyu, kecuali melalui apa yang Dia nyatakan di dalam kebenaran yang diwahyukan kepada manusia. Saudara-saudara, dengan mengerti isi hati Tuhan, maka kita mengetahui bagaimana kita seharusnya melakukan sesuatu, dan mengerti isi hati Tuhan tidak mungkin di luar mengerti Yesus Kristus. Itu sebab kunci untuk mengerti Tuhan Allah adalah Kristologi. Mengerti bagaimana Kristus rela menyerahkan diri, rela datang ke dalam dunia, rela berkorban, rela menyangkal diri, rela pikul salib, rela menjalankan kehendak Tuhan, disitu rahasia kita mengetahui isi hati Tuhan. Setelah kita mengetahui isi hati Tuhan, lalu kita mempunyai ketaatan kepada Kristus yang adalah contoh teladan setiap manusia yang menjalankan kehendak Tuhan, baru kita mungkin melakukan kehendak Tuhan. Sekali lagi melalui mengerti Kristus maka kita mengetahui isi hati Tuhan dan melalui ketaatan kepada Kristus baru kita mungkin melakukan kehendak Tuhan.

Di dalam Ibrani pasal ke-5 dengan jelas dikatakan ketaatan kita ditujukan ke dalam ketaatan Kristus, lalu ketaatan Kristus menjadi sumber ketaatan kita. Kristus yang taat kepada Tuhan menjadi kekuatan menjadi teladan kita taat kepada Tuhan melalui ketaatan Dia. Sebagaimana Adam yang tidak taat kepada Allah dijatuhkan hukuman sebagai orang berdosa yang harus binasa, maka Kristus yang taat kepada Allah menjadi satu contoh, menjadi satu pintu dimana ketaatan kita diterima oleh Tuhan. Melalui ketaatan Adam yang tidak taat, semua kita menjadi manusia yang berontak. Melalui ketaatan Kristus semua kita di dalam Kristus menjadi orang yang diterima. Itu dua wakil manusia, dua wakil umat, di dalam Adam dan di dalam Kristus. Melalui Kristus yang taat kita belajar taat, melalui Kristus yang taat, taat kita diterima. Taat kita masuk ke dalam ketaatan Kristus dan ketaatan Kristus yang mewakili ketaatan seluruh umat yang dipilih itu menjadi syarat kita diterima oleh Tuhan, itulah menjadi dasar dari from faith to faith. Kristus mewakili semua orang yang beriman dan taat dan itu menjadi sesuatu kekuatan yang mendorong kita belajar menjadi orang yang beriman dan bertaat; dari iman Kristus mewakili manusia di hadapan Tuhan kepada iman kita yang menjadi manusia yang taat kepada Kristus. Dengan demikian kita mengerti, melalui Kristus apa artinya isi hati Tuhan. Melalui taat Kristus, melalui contoh Kristus kita mengerti bagaimana taat dan bagaimana menjalankan kehendak Tuhan. Ini adalah kedua.

Ketiga, yang diuraikan pada minggu yang lalu, yaitu kita melakukan sesuatu yang berkenan kepada Dia, bukan berkenan kepada kita. Bedanya orang-orang dalam agama lain yang tidak mengerti isi hati Tuhan adalah kalo mereka percaya adanya Allah, mereka mengharapkan Allah mengerjakan segala sesuatu sesuai apa yang mereka inginkan. Saya melihat di satu toko di Malaysia itu ada satu tempat dewa yang ditaruh di bawah tanah dan disitu tulis huruf-huruf percaya dan menyembah kepada dewa apa, lalu disitu kasih jeruk, kasih pisang, lalu kasih kemenyan. Lalu saya mulai mikir, apa ini artinya? Berarti dia takut kepada dewa karena dia percaya dewa itu menentukan mati hidup, menentukan untung rugi, menentukan segala sesuatu di dalam usaha dan hidupnya. Maka dia berusaha memberikan makanan berupa buah-buahan, berupa pisang, jeruk dan sebagainya untuk menyenangkan dewanya. Tetapi yang dia inginkan adalah apa? Dewa itu memberikan kekayaan kepada dia. Kalau begini saya pikir, dewa itu bodoh sekali ya, memberikan kekayaan banyak kepada seseorang hanya menerima berapa pisang dan jeruk. Kalau demikian itu suapan yang paling gampang. Kalau engkau mau minta ijin dari jenderal, engkau minta ijin dari gubernur, engkau pakai berapa banyak uang. Manusia yang kecil saja mintanya banyak baru kasih ijin, kok dewa makan pisang bisa kasih kekayaan? Itu suapan, itu perdagangan yang paling gampang. Kasih sedikit makanan buah, buahnya itu akhirnya juga tidak dimakan, makan sendiri lagi. Jadi dengan cara demikian itu manusia beragama. Beragama apa? Beragama yang rendah, beragama yang menyeleweng, beragama yang melawan kehendak Tuhan Allah. Karena yang dicari bukan Allah yang sejati, tapi dewa di dalam bayang-bayangan. Yang diberi adalah makanan-makanan yang dicipta oleh Allah, lalu menyuap dewa-dewa yang dijadikan pengganti Allah, sesudah itu dari sana dia coba mendapat keuntungan yang lebih besar. Saudara-saudara, “oh god please do something to accomplish my will, oh dewa-dewa silahkan kerjakan sesuatu sesuai kehendakku, memuaskan ambisiku, untuk memenuhi keinginanku, oh dewa saya memberikan kepada engkau kemenyan, memberikan engkau uang, memberikan engkau sedikit sesuatu untuk menyenangkan kamu,” itu agama. Tetapi orang Kristen tidak seharusnya begini. Melalui Kristus, Dia akan menjadikan engkau mungkin mengerjakan hal yang diperkenan oleh-Nya, ini yang ketiga.

Jadi bukan di dalam diriku, aku minta Tuhan menyenangkan sesuatu memuaskan keinginanku, tetapi di dalam Kristus mengerjakan seuatu aku bisa mengerjakan melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan-Nya. Ini sama sekali terbalik. Kalau engkau tidak mengerti bedanya teologi Reformed, engkau baca Alkitab-pun tidak mengerti apa titik berat yang harus ditekan. Engkau baca untuk membuktikan engkau sudah banyak baca Alkitab, engkau baca untuk bersaing dengan orang lain, engkau lebih kenal kitab, bahkan engkau baca untuk persiapkan khotbah. Saya dengar khotbah seseorang, di dalam satu khotbah 120 lebih ayat yang dipakai. Saya kagum, dia sangat hafal ayat-ayat seperti dia mengulangi pengertian yang sudah dimasak matang lalu disajikan kepada orang. Tetapi pada waktu saya dengar di dalam satu jam khotbah itu, saya tidak menemukan pengertian yang sejati dan satu garis yang membawa semua ayat menjadi satu berita yang betul-betul sudah matang, hanya mengatakan, mengutarakan kalau dia seolah-olah dia sudah pintar belajar teologi dan mengerti ayat saja. Saya takut. Setelah dengar khotbah itu saya takut, karena saya takut saya menjadi orang seperti itu. Dilihat dari kutipan tidak ada yang salah, dilihat dari fasih, lancar luarbiasa, dilihat dari pada ayat-ayat yang dipakai begitu banyak tersusun dengan baik, tapi di dalamnya tidak ada berita yang menyangkut ayat dan ayat dengan arti  pengertian yang sesungguhnya apa yang dinginkan oleh Tuhan. Itu adalah berita di dalam berita, kadang-kadang kita mendengarkan satu khotbah tapi kita tidak menemukan esensi dan center of the message dimana. Apa yang Tuhan mau, apa yang merubah hidup kita, khotbah itu dan kebaktian itu, seolah-olah boleh ada boleh tidak ada.

Saya ingin sekali menciptakan existential movement yaitu saat-saat engkau sadar, engkau sedang menghadapi Tuhan Allah, to be exist, to be one self alone before God, ini kalimat dari Søren Aabye Kierkegaard. Jikalau satu kebaktian didalam satu kebaktian yang memakan waktu satu jam, ada satu detik engkau sadar sekarang sedang saya menghadapi Tuhan Allah, dan saya tidak peduli orang duduk di sebelah saya pakai apa, dia mengerti berapa banyak, saya tidak peduli pengkhotbah maksudnya apa. Saya mengerti saat ini saya sedang dihadapan Tuhan Allah, itu bagi saya, saya memberikan istilah sebagai existential movement, you conscious of your existence, you conscious of your existence before God, and you conscious of your relativity before you as creation and God The Creator. Jadi engkau sadar, engkau seorang yang dicipta sedang menghadap Sang Pencipta. Jikalau kebaktian-kebaktian selalu terjadi saat yang mebawa engkau kesadaran seperti itu, engkau sedang dalam kebaktian menikmati melampaui waktu menikmati sifat kekekalan. Saudara-saudara, saat engkau di dalam waktu dan engkau menemukan kekekalan itulah saat-saat khairos yang membentuk rohanimu menjadi maju. Saudara-saudara sekalian, saya sangat mengharapkan setiap kebaktian yang saya pimpin ada sesuatu perubahan dimana pendengar menemukan sekarang saya berada di dalam khairos, saya berada di dalam relativisasi, saya berada di dalam satu penghadapan dengan Tuhan Allah sendiri.

Sekali lagi ayat ini mengandung empat hal, pertama Tuhan melalui Kristus, Gembala yang baik, menggenapi segala kebajikan di dalam hidup. Kedua, Tuhan melalui Kristus mengajar kita, setelah melakukan kebangkitan mengerti bagaimana menjalankan kehendak Allah. Ketiga melalui Kristus Dia bekerja di dalam hati kita, sehingga kita bisa melakukan hal-hal yang memperkenan Dia, bukan memperkenan kita. Sekali lagi saya mengulangi, di dalam agama keinginanku berdoa, menyembah, memberikan uang, berbakti, beriman kepada dewa supaya dewa mengerjakan sesuatu menurut keinginanku, memuaskan ambisiku, untuk memenuhi sesuatu egoisme yang ada di dalam diriku. Itu agama yang lain, tetapi di dalam Kristus, saya tidak katakan di dalam semua gereja karena banyak gereja yang mengajar theology of prosperity, teologi kesuksesan, teologi kemakmuran, sama seperti agama yang lain. Saudara-saudara, sekali lagi, melalui pengertian teologi Reformed yang betul-betul engkau baru mengerti berapa dahsyatnya dan berapa tajamnya permintaan Alkitab. Nah engkau menemukan melalui Kristus Allah bekerja supaya aku mungkin melakukan hal yang memperkenan hati-Nya, bukan hatiku. Jadi kita selalu harus tanya: “selama aku hidup, semua yang saya kerjakan sudah berapa banyak yang berkenan kepada Tuhan? Apakah Tuhan menyenangi apa yang aku kerjakan? Apakah hidup yang saya kerjakan menyenangkan diriku bahkan menggeret Tuhan, “Turun, senangkan aku,” atau menaikkan aku, “Oh Stephen Tong, biar engkau menyenangkan Tuhan.”” To please God or to please yourselves? You should do everything to please Him, in His will, or you pray so fervently in religious emotions to ask God to please you, to satisfied your ambitions? Ini berbeda sekali. Mari kita memutarkan ini, hidup adalah minta diriku sesuai kehendak-Nya, bukan minta Tuhan melakukan segala sesuatu untuk mengisi kemauan saya sendiri. Dengan sifat seperti ini maka engkau akan bertumbuh imanmu, rohanimu, dan hidupmu. Ada orang yang pada permulaan masuk gereja kelihatan hebat sekali, beberapa tahun lagi sombong luar biasa. Baru menjadi majelis rendah hati, dua tahun lagi merajalela. Apa sebab? Karena dia tidak mengerti prinsip-prinsip ini, dia cuma melihat dari pada masyarakat, “Nah saya majelis gereja yang penting, saya berada di dalam suatu tempat yang sangat dihormati oleh orang maka saya bangga,” di situ Tuhan tidak bertakhta, Tuhan tidak bertempat, tapi diri sendiri bertakhta, bertempat, dan Tuhan diturunkan daripada dia. Secara lahiriah engkau beragama, engkau beribadah, engkau suci, engkau begitu kelihatan orang yang beribadah kepada Tuhan, tetapi Tuhan Yesus Kristus melihat semua orang Farisi-Farisi yang duduk di tempat yang tinggi mereka mempunyai hati yang begitu bobrok seperti kuburan yang dikapur, kelihatan luar bagus, dalamnya tengkorak. Saudara-saudara sekalian, to please God or to please myself? Hidupku menyenangkan Tuhan atau minta paksa, memperalat Tuhan untuk menyenangkan aku? Dua macam orang ini.

Kalau ketiga hal ini sudah mengerti maka dari ayat ini ada unsur kalimat keempat: “supaya engkau memuliakan Tuhan.” Saudara-saudara, pagi ini saya mengatakan akan membicarakan kepada Saudara tentang mengapa manusia harus memuliakan Tuhan. Why human being, we have to glorify God? Saudara-saudara, dan apa artinya memuliakan Tuhan? Mengapa Tuhan kok tidak malu minta manusia memuliakan Dia, bukankah Dia sangat ambisi? “Hayo muliakan Aku, ayo muliakan Aku!” Kenapa sih? Kenapa Tuhan minta manusia memuliakan Dia? Kalau seorang pendeta mengatakan, “Hei, engkau mesti memuliakan aku ya, selalu memuliakan Stephen Tong ya karena aku pendetamu,” engkau akan rasa sedikit ganjil bukan? Kenapa pendetaku terus minta aku memuliakan dia, lalu dengan pikiran yang sama, refleksi kepada Tuhan, “Why God ask me to glorify Him? Kenapa Allah minta saya memuliakan Dia?” Kita semua sudah mengerti, memuliakan Tuhan, memuliakan Tuhan itu indah sekali. Pernah diadakan satu angket statistik dari Jawa Tengah: apa artinya memuliakan Tuhan? Lalu sebagian orang mengatakan menyanyi, memuji, itu memuliakan Tuhan, ikut koor itu memuliakan Tuhan, sebagian; yang lain kalau berbakti di dalam kebaktian setiap minggu itu memuliakan Tuhan; nah ada sebagian kecil yang mengatakan kalau berbuat baik itu memuliakan Tuhan. Dengan tema yang sama, kalau saya menguji dan memberikan kesempatan engkau mengekspresikan reaksimu kepada Tuhan sebagai akibat sudah begitu lama engkau mendengar firman Tuhan, maka angket-angket yang diterima akan menunjukkan seberapa dangkal dan seberapa salah yang selalu terjadi di dalam konsep kita. Maka unsur keempat di dalam berkat ini adalah supaya kamu memuliakan Tuhan.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Bersambung…

 

Sumber : https://www.grii-jogja.org/memuliakan-tuhan-18-juni-2017/