Jesus PrayKita telah membahas bahwa di dalam kehidupan ada empat masalah yaitu: a) kebutuhan jasmani; b) kesulitan hubungan antarpribadi (interpersonal relationship); c) bagaimana menghadapi dosa dan meraih kemenangan; dan d) bagaimana lepas dari kejahatan dan tidak menuju ke neraka.

Socrates pernah berkata, “The unexamined life is not worth living” (Hidup yang tak teruji tidak layak dihidupi). Kesulitan Socrates adalah dia tidak pernah tahu apa ukuran ujian yang tertinggi. Semua filsuf tahu adanya ujian, dan ujian datang melalui penderitaan, bencana alam, dan kemelut antarpribadi. Itulah ujian yang sengit dan sulit dalam kehidupan manusia. Socrates tidak mengerti bahwa ada Allah yang menguji manusia, karena ia hidup di era 2.400 tahun yang lalu dan hidup di tengah masyarakat yang berkebudayaan mitologi Yunani (Gerika) kuno. Dewa-dewa Gerika ialah dewa-dewa yang sendirinya jatuh ke dalam dosa, berzinah, mabuk, mencuri, dan tidak memiliki karakter moral yang bisa menjadi teladan sempurna bagi manusia. Para filsuf memiliki pikiran yang mendalam, namun bagaimanapun dalamnya, tetap tidak mirip dengan firman Tuhan dan tidak sebanding dengan wahyu Tuhan.

Allah menguji manusia dan Allah mengizinkan setan mencobai manusia. Terjepit di antara kedua hal ini, manusia mengalami hidup yang penuh kesulitan, pemilihan, dan dalam kondisi tidak menentu. Ujian dari Allah dan pencobaan dari Iblis memiliki tiga perbedaan hakiki, yaitu: sumber, tujuan, dan akibat. Tujuan yang ditetapkan Allah bersifat anggun, suci, mulia, dan indah. Sementara tujuan yang diinginkan Iblis bersifat rendah, hina, merusak, dan menghancurkan. Jika kita menemukan kesulitan dan tidak mempunyai kebijaksanaan untuk membedakan dari mana, untuk apa, dan apa akibat dari kesulitan yang kita alami, maka kita akan menjadi orang bodoh yang buta rohani, sehingga kita akan ditipu oleh kesulitan-kesulitan itu dan tidak mendapatkan makna yang berarti di balik semua kesulitan tersebut.

Allah yang menjadi sumber ujian ialah Allah yang baik, sementara setan adalah sumber pencobaan yang jahat. Yang baik dan yang jahat senantiasa ada di sekitar kita sehingga mau tidak mau kita harus memilih. Manusia cenderung berada dalam posisi yang pasif dalam hal ini, sehingga manusia tidak memilih ujian atau pencobaan yang ia alami. Tidak tentu Tuhan akan menguji engkau seperti menguji Ayub dan Daud. Cara Tuhan menguji adalah berdasarkan kebijaksanaan Allah yang tertinggi. Kedaulatan-Nya tidak boleh diganggu gugat.

Ketika kita minta diuji oleh Tuhan, itu berarti kita sudah siap menerima segala ujian yang sulit. Sedangkan untuk pencobaan, kita tidak perlu berinisiatif untuk meminta kepada setan. Setan bersifat jahat, kita tidak perlu menantang dia untuk mencobai kita. Ia memiliki rencana yang sangat keji, sehingga engkau tidak perlu banyak bicara dengan dia, dan tidak perlu bergaul dengan setan. Pencobaan dan ujian harus ada, bahkan Anak Allah pun tak terkecuali ketika Ia hadir di dunia. Ia harus menderita dan belajar taat. Maka, manusia tidak mungkin meniadakan pencobaan Iblis. Di sini Yesus juga seperti Adam. Adam dicobai dan diuji, Yesus juga dicobai dan diuji. Dalam hal ini, Allah mungkin dapat menggunakan pencobaan Iblis untuk menjadi alat ujian bagi manusia yang dipilih-Nya, demikian pula setan mungkin memperalat ujian Tuhan Allah untuk menjadi kesempatan ia mencobai manusia agar manusia jatuh.

Pada saat Allah menguji seseorang, Ia mempunyai niat tertinggi yaitu mengharapkan anak-anak-Nya menang mengatasi dan melewati ujian yang Ia berikan sehingga boleh mencapai kesempurnaan yang lebih tinggi derajatnya. Ketika setan melihat Allah sedang menguji seseorang, ia memakai kesempatan itu untuk menjatuhkan manusia, sehingga manusia menjadi hancur karena melawan Tuhan dan masuk ke dalam jeratnya. Maka, jelas di sini bukan berarti Allah bekerja sama dengan setan, tetapi setan memakai kesempatan Allah menguji manusia untuk menjatuhkan manusia. Di sini kita melihat setan memiliki niat jahat, sementara Tuhan memiliki niat baik. Ketika setan berusaha menjatuhkan engkau, Allah memberi kekuatan kepadamu untuk bisa mengalahkan pencobaan, sehingga dengan demikian orang Kristen bisa menjadi lebih murni, menang, dan mempunyai kesempurnaan.

Ayub berkata, “Setelah aku diuji, aku akan menjadi emas murni” (Ayb. 23:10). Menjadi emas murni berarti melewati api, dibakar dengan panas tinggi, dilelehkan, dan akhirnya kotorannya bisa dipisahkan. Orang suci di Perjanjian Lama membuktikan bagaimana mereka tahan uji, setia, dan jujur mengikuti Tuhan, sehingga terbukti juga bahwa ujian Tuhan menjadi manfaat yang besar bagi mereka. Ketika Tuhan Yesus berkata, “Jangan bawa kami masuk ke dalam pencobaaan,” Ia tidak menyinggung tentang ujian, melainkan melihat aspek negatif dan tujuan buruk Iblis yang memakai pencobaan untuk menjatuhkan, menodai, dan menjerat kita di dalam kejahatan. Oleh karena itu kita perlu berdoa, “Allahku, Tuhanku, Engkau menciptakan aku di posisi genting, di antara baik dan jahat, antara Allah dan setan, antara hidup dan mati. Kini, demi berkenan pada-Mu, jauhkan aku dari pencobaan.”

Ketika kita masuk ke dalam pencobaan, terkadang Tuhan membiarkan kita. Namun, pada saat tangan-Nya melepaskan kita, mata-Nya tidak meninggalkan kita. Tuhan melepaskan tangan-Nya untuk menguji kita, melatih kita, dan memupuk kita mandiri dan tidak jatuh, karena kita dilatih untuk waspada. Namun, apabila saat itu kita kurang waspada dan mulai terjatuh, mata-Nya tidak meninggalkan dan membiarkan kita. Ia siap segera menolong kita untuk kembali. Secara sepintas, menjadi orang Kristen terlihat lebih tidak enak dari orang bukan Kristen, karena menjadi lebih sulit dibandingkan dengan bukan Kristen. Sebelum menjadi orang Kristen, engkau tidak mempunyai musuh karena Tuhan mengasihi dan setan membiarkan engkau, sehingga engkau bisa hidup lancar semau sendiri. Tetapi setelah menerima Tuhan, setan mulai tidak rela melepaskan engkau, maka ia mulai menyerangmu. Setelah engkau menjadi Kristen, engkau mengalami gangguan Iblis, ikatan dari Tuhan dan firman, serta teguran dari Roh Kudus.

Janganlah kita menganggap kebebasan sebagai kenikmatan. Kebebasan yang tidak diikat oleh kebenaran akan menjadi kebuasan yang tidak terbatas. Kebebasan yang tidak diganggu Tuhan adalah kebebasan yang akan membunuh diri tanpa sadar. Ketika Yesus di dunia, Dia adalah manusia utuh yang sempurna seperti engkau dan saya, yang akan menjadi teladan yang memimpin saya dan engkau keluar dari dosa, masuk ke dalam kemenangan kebenaran Tuhan. Alkitab berkata, “Yesus adalah kapten keselamatan kita.” Ia pemimpin yang berjalan di depan, kapten dan sekaligus teladan bagi kita.

Ketika Yesus di dunia, Ia juga dicobai oleh setan dan diuji oleh Tuhan Allah. Ketika Allah menguji Yesus, Kitab Ibrani berkata, “Sekalipun Anak, Ia harus melewati penderitaan untuk belajar taat.” Adam sebagai manusia yang dicipta harus melalui pencobaan dan ujian; Yesus sebagai Allah yang tidak dicipta, ketika datang sebagai manusia dan hidup di dalam dunia, Ia tetap dicobai oleh setan dan diuji oleh Allah. Maka, penderitaan yang dialami Yesus melampaui semua manusia yang pernah hidup di dunia. Penderitaan yang dialami Yesus adalah penderitaan yang paling keji, paling menakutkan, dan paling berat yang mungkin diterima manusia.

Tanpa mengerti kesengsaraan yang diderita oleh Tuhan Yesus, tidak ada orang bisa mencintai Tuhan. Alkitab berkata bahwa sebelum Tuhan Yesus memulai pekerjaan sebagai Mesias, Ia mulai dengan berpuasa empat puluh hari. Setelah empat puluh hari tidak makan, Ia mempersiapkan diri untuk menjadi hamba Tuhan, menjadi Mesias, kemudian datanglah pencobaan Iblis. Setan disebut dengan tiga istilah: 1) Perintang Tuhan, di mana terhadap Tuhan, manusia, dan orang Kristen, ia memiliki rencana negatif, agar Tuhan ditentang dan kehendak-Nya tidak tergenapi dan gagal total; 2) Pencoba manusia, agar manusia berdosa tidak memuliakan Tuhan; dan 3) Pengadu orang suci, orang suci dibongkar dosanya di hadapan Tuhan, agar Tuhan benci orang kudus-Nya dan membuang mereka. Namun, semua upaya Iblis tidak ada yang sukses, karena Tuhan memelihara segalanya. Memang pada keadaan tertentu Tuhan mengizinkan setan untuk mencobai manusia sesuai penetapan Tuhan di mana setiap manusia harus dicobai.

Alkitab berkata, setelah Tuhan Yesus berpuasa empat puluh hari, maka Ia lapar. Ketika Yesus lapar, setan datang kepada-Nya dan berkata, “Jika Engkau Anak Allah, ubahlah batu-batu ini menjadi roti.” Ini adalah pencobaan bagi Yesus di mana kalimat itu seolah-olah mencurigai apakah Dia benar-benar Anak Allah. Tuhan Yesus dicobai karena pimpinan Tuhan. Jika bukan karena kehendak Tuhan, tidak mungkin Tuhan memimpin orang untuk dicobai. Oleh karena itu, jangan kita beranggapan bahwa pencobaan adalah rencana setan yang tidak ada hubungannya dengan Allah. Jangan engkau beranggapan adalah suatu kebetulan engkau jatuh dan akhirnya setan menang, sehingga engkau bertemu dengan pencobaan. Dalam Matius 4:1 dan Lukas 4:1 dikatakan, “Roh Tuhan memimpin Yesus ke padang belantara untuk dicobai setan.” Dalam ayat yang singkat ini kita melihat pimpinan Roh Kudus yang negatif. Pimpinan Roh Kudus yang positif sering kali dibicarakan orang, seperti Roh Kudus memimpin kita menjadi orang suci, memimpin kita memberitakan Injil, mengerti firman Tuhan, mengasihi sesama, dan menghasilkan buah Roh Kudus. Tetapi Roh Kudus juga memimpin Yesus ke padang belantara untuk dicobai oleh setan.

Apakah Tuhan Allah suka kita bertemu setan untuk dicobai setan? Jika Tuhan tidak suka mengapa kita dipimpin untuk bertemu dan dicobai oleh setan? Bukankah Allah adalah Allah yang baik dan tidak memiliki rencana yang buruk? Di sini kita sering kali tidak mengerti, suatu pimpinan yang terlihat jahat, namun menjadi suatu kebajikan bagi kita yang melampaui pikiran kita.

Untuk apa Yesus dibawa ke padang belantara? Untuk meditasi? Untuk membaca Alkitab? Untuk mencari kehendak Tuhan? Atau, untuk dipersiapkan memberitakan Injil ke seluruh dunia? Yesus dipimpin Roh Kudus masuk ke padang belantara untuk dicobai oleh setan. Apakah engkau bersedia memikul salib mengikut Tuhan? Jika pendetamu tidak mau memikul salib, jangan dengarkan dia. Jangan kita berpikir jika anak kita semakin kaya, itu berarti pimpinan Tuhan. Relakah engkau ketika anakmu tidak mendapat honor tetapi tetap melayani Tuhan? Tuhan berkata, “Filipus, engkau sudah sukses, sudah ribuan orang mendengar khotbahmu, sekarang pergi ke padang belantara yang sepi dan tidak ada siapa-siapa.” Ini pimpinan Tuhan. Orang yang sudah sukses di kota besar kemudian dipindahkan ke desa yang kecil. Banyak pendeta yang sukses tidak mau dipindahkan ke desa kecil. Yesus tahu bahwa pimpinan Allah yang negatif maupun positif harus Ia terima semua. Allah memerintahkan Dia ke padang belantara, maka Ia pergi. Allah membiarkan Ia bertemu dengan setan, maka Ia bertemu dengan setan. Ia juga taat ketika Ia dibiarkan dicobai oleh setan. Ketaatan seperti inilah ketaatan Kristen. Kristus adalah penghulu semua orang Kristen, di mana Ia menjadi teladan bagi kita masing-masing.

Ketika Musa akan dipakai menjadi pemimpin Israel, ia tidak bisa langsung menjalankan tugasnya. Ia terlebih dahulu harus pergi ke padang belantara, dikejar oleh Firaun, dan hampir dibunuh mati. Empat puluh tahun ia berada di padang belantara, barulah ia boleh memimpin umat Israel. Barang siapa yang mau menjadi besar, ia harus melayani sesamanya. Jika engkau mau melayani, maka engkau harus merendahkan diri.

Ketika Yesus dicobai, setan mencobai Dia dengan tiga inti, tiga wadah, tiga cara yang mewakili semua pencobaan apa pun kepada siapa pun di sepanjang sejarah umat manusia. Pertama, setan berkata, “Jadikan batu ini menjadi roti.” Yesus tidak menerima tawaran ini. Lalu, setan membawa Yesus ke tempat paling tinggi dari Bait Allah, untuk memberikan gambaran kedudukan yang paling tinggi, lalu berkata, “Loncatlah ke bawah, maka pasti malaikat akan bersiap menatang-Mu agar jangan kaki-Mu terantuk pada batu.” Dan Yesus tidak mau taat pada perintah setan. Sesudah itu, setan membawa Yesus ke gunung yang sangat tinggi dan memberikan penglihatan seluruh dunia dengan semua kekayaan dan kemakmurannya. Lalu setan berkata, “Semua ini kuberikan kepada-Mu asal Engkau mau menyembahku.” Yesus mengatakan, “Enyahlah engkau!” Yesus tidak mau menerima permintaan setan.

Sekali saja Ia menganggukkan kepala kepada setan, seluruh dunia menjadi milik Yesus. Jika seluruh dunia menjadi milik Yesus, maka Yesus tidak perlu susah-susah memberitakan Injil, karena semua orang langsung menjadi milik-Nya. Tetapi Yesus tidak mau, karena jika Yesus mengangguk kepada setan, maka memang seluruh dunia menjadi milik-Nya, menjadi milik Yesus, tetapi milik Yesus yang takluk dan taat kepada setan. Ini adalah hal yang sangat mengerikan. Maka, pemimpin gereja tidak boleh takluk kepada setan, tidak boleh mengikuti kemauan Iblis. Pemimpin gereja harus menjadi contoh seperti Tuhan Yesus menolak setan.

Ketiga pencobaan yang dialami Tuhan Yesus mewakili tiga hal, yaitu: nafsu mata, nafsu daging, dan nafsu kecongkakan dunia. Banyak orang ingin kaya, ingin makmur, dan sukses berdagang. Semua Theologi Sukses dan Theologi Kemakmuran melawan kehendak Allah. Mereka ingin kesuksesan dunia agar mereka bisa bangga. Orang ingin memiliki rumah besar, perusahaan besar, untung besar, agar ia bisa sombong. Banyak orang tidak sadar bahwa uang yang Tuhan berikan kepada kita hanyalah pinjaman dari Tuhan untuk menguji kita. Tuhan meminjamkan harta di tangan kita lalu melihat bagaimana kita memakai uang itu. Jika orang kaya memberikan satu miliar rupiah yang adalah seperseribu penghasilannya, dibandingkan orang miskin yang memberikan seratus ribu rupiah dan itu adalah dua puluh persen dari penghasilannya, maka Tuhan akan lebih mengasihi orang miskin ini. Ketika Tuhan ingin melihat bagaimana engkau menggunakan harta yang Ia percayakan, setan juga mencobai engkau memakai uang tersebut. Dengan banyak uang, orang lebih mudah mendapatkan banyak istri, membeli banyak apartemen untuk wanita simpanannya, dan mendapatkan banyak wanita cantik untuk tidur dengan dia. Semua ini adalah nafsu mata, nafsu daging, dan kecongkakan masa kini.

Setan mencobai manusia dengan ratusan ribu pencobaan yang semuanya berada di dalam tiga kategori ini. Dan semua ini telah dikalahkan oleh Yesus. Maka, Yesus menjadi teladan bagi kita bagaimana Ia mengerti pimpinan Roh Kudus. Ia taat bukan kepada setan, tetapi kepada pimpinan Roh Kudus. Pada saat terakhir, Yesus tidak berkompromi lagi dan mengusir, “Enyahlah engkau! Tidak ada hubungan apa pun antara diri-Ku dengan engkau.” Yesus tidak mau dicobai dan ini menjadi teladan bagi kita yang berdoa, “Janganlah membawa aku masuk ke dalam pencobaan.” Kita tahu pencobaan itu ada dan harus. Tiap hari pencobaan dan godaan setan ada di sekeliling kita. Tetapi kita juga harus tahu, setiap hari menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus.

Orang yang tidak bisa mengikut Yesus adalah orang yang masuk ke dalam pencobaan. Maka kita berdoa, “Jangan pimpin aku masuk ke dalam pencobaan.” Pencobaan memang sangat kuat daya tariknya, begitu menggiurkan, dan pencobaan hadir tiap hari, di mana pun juga. Namun yang penting, jangan engkau jatuh masuk ke dalam pencobaan. Biarlah kita menjadi orang Kristen yang patuh kepada Tuhan, setia kepada firman, dan sungguh-sungguh menaati semua perintah Tuhan. Kita berdoa dengan sungguh-sungguh, “Jangan bawa aku masuk ke dalam pencobaan.” Jika engkau mengalahkan pencobaan dan mengatasi ujian dari Tuhan, ada pahala besar di sorga yang menantimu. Dunia ini memerlukan orang-orang suci yang menjadi teladan, di dalam gereja perlu orang yang menjadi contoh bagi para pemuda-pemudi, di rumah tangga perlu orang tua yang memakai kebenaran untuk menaklukkan anak-anaknya. Anak-anak tidak mendengarkan engkau karena engkau sudah jatuh ke dalam dosa. Orang tua tidak berani mengajar anak dengan ketat, karena dirinya sendiri tidak beres. Maukah engkau berkata kepada Tuhan, “Hari ini beri aku kekuatan dan pimpinan agar aku jangan masuk ke dalam pencobaan”? Tuhan hanya memberikan kekuatan kepada mereka yang mau taat dan mau dipimpin oleh-Nya. Amin.

..

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/doa-bapa-kami-bagian-12-janganlah-membawa-kami-ke-dalam-pencobaan-3#hal-1

Artikel Terkait :