Doa Bapa KamiDoa Bapa Kami dimulai dengan “Bapa kami yang di sorga.” Manusia diciptakan seturut peta teladan Allah, maka terdapat status dan kondisi yang tidak ada pada makhluk lain, yaitu manusia diciptakan dengan sifat relatif terhadap Sang Pencipta.

Tidak ada binatang yang bisa berdoa, memuji Tuhan, atau berbakti kepada Tuhan, karena binatang tidak mempunyai roh dan tidak mengenal kebenaran. Binatang hanya mempunyai pengertian dan naluri untuk kebutuhan jasmaninya. Manusia bukan demikian. Manusia yang dicipta seturut peta teladan Allah, selain memerlukan materi yang diciptakan di alam semesta untuk mengisi kebutuhan tubuh yang berjiwa dan bermateri, kita masih mempunyai aspek lain yang tak ada pada binatang yaitu sifat rohani.

Allah itu kasih, maka manusia diberikan kemungkinan berkomunikasi, dan berada secara relatif antara Allah yang mencipta dan manusia yang dicipta, yaitu relasi yang tidak bisa tergantikan selain kita kembali pada Tuhan. Manusia – yang diciptakan oleh Allah – tahu perlu berdoa, baik secara sadar maupun tidak. Tidak ada bangsa, suku, pelosok, benua, di mana pun, yang tidak pernah mempunyai agama. Namun, agama di berbagai tempat, benua, tanah, suku berbeda, sehingga agama dari seluruh umat manusia mempunyai hakikat yang sama tetapi ekspresi yang berbeda.

Manusia memerlukan Allah. Tidak ada manusia yang tidak memerlukan Allah. Orang atheis merasa dirinya cukup dan hidup di dunia tidak perlu berelasi dengan supranatural. Thomas Huxley dan Herbert Spencer, pengajar Evolusionisme Darwin, mengakui tidak pernah ditemukan manusia yang tidak bersifat agama. Sifat agama merata ada di seluruh umat manusia, benua, tempat, dan segala bangsa. Manusia tidak mungkin hidup tidak beragama, dan salah satu ekspresi penting dalam agama adalah berdoa. Tidak ada agama yang tidak berdoa, tidak ada manusia yang tidak beragama, maka semua manusia perlu doa.

Apa artinya doa? Ketika berdoa, kita sadar membutuhkan pihak lain. Itu berarti manusia yang terbatas berusaha berelasi dengan “Yang Tak Terbatas”. Siapa Yang Tak Terbatas? Tidak ada manusia yang tidak terbatas. Kita dibatasi oleh waktu, antara lahir dan mati. Ketika lahir kita mulai bernafas, saat mati berhenti bernafas, ini pun sudah menjadi ketetapan Tuhan. Di dalam Kisah Para Rasul 17 dinyatakan bahwa Allah menciptakan segala bangsa dari satu sumber, arus, dan pokok, yaitu melalui Adam dan Hawa, yang memberikan keturunan dan menjadikan segala suku, bangsa, di seluruh dunia.

Manusia mempunyai kesadaran perlu datang kepada Yang Tidak Terbatas dan Yang Tidak Kelihatan tetapi ada. Ini ironis, karena kita tidak pernah melihat Allah, tetapi tahu tak mungkin tidak ada Allah; dan hati kita tahu Ia pasti ada. Manusia diciptakan seturut peta teladan Allah, maka manusialah satu-satunya makhluk yang berusaha mendekati Allah dengan doa.

Selain Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus, semua doa manusia di hadapan Tuhan kebanyakan sia-sia. Karena doa tersebut berdasarkan keinginan, ambisi, ketamakan, dan egoisme manusia, doanya berwarna dosanya. Jika dosa mewarnai doa mereka, maka doa pendosa beraspek dosa yang mengikat mereka. Maka, Yesus harus mengajar orang Kristen bagaimana berdoa.

Bukankah doa adalah natural, mengapa perlu diajar? Di dalam Matius 6, Yesus berkata pada mereka, “Ketika engkau berdoa, katakanlah demikian.” Yesus berinisiatif memberi pengajaran bagaimana berdoa pada orang Kristen. Di dalam Lukas 11, para murid yang berkata kepada Dia, “Bagaimanakah kami boleh beriman? Tambahkanlah iman pada kami, apa yang harus kami doakan di hadapan Tuhan?” Maka, Allah rela memberi pengajaran bagaimana berdoa melalui Yesus, dan Allah juga menggerakkan pengikut Yesus untuk mau mengetahui bagaimana caranya berdoa.

Doa orang benar besar khasiatnya. Tetapi doa orang berdosa, yang memperalat anugerah Tuhan menjadi alat untuk berdosa, tidak Tuhan dengar. Maka barang siapa datang kepada Allah harus dengan iman yang bersandarkan kebenaran karena mendengar firman. Melalui firman yang Tuhan wahyukan, kita tahu bagaimana mempunyai iman sejati, dan bagaimana mengutarakan permintaan pada Tuhan. Roma 10 berkata, “Jika tidak beriman bagaimana bisa meminta? Jika tidak mendengar bagaimana bisa beriman? Jika tidak ada yang berkhotbah, bagaimana bisa mendengar? Jika tidak ada yang mengutus, siapa yang bisa memberitakan firman?” Lima kalimat berurutan ini merupakan perkembangan kedaulatan Allah dan keselamatan diberikan pada umat-Nya. Ini membuktikan Theologi Reformed benar, karena jika bukan Allah yang mengutus, tidak ada hamba Tuhan yang pergi. Jika Allah tidak mengutus hamba Tuhan, tidak ada orang bisa mendengar khotbah. Jika tidak mendengar khotbah, tidak ada orang bisa beriman. Dan jika tidak beriman sungguh-sungguh, tidak ada orang bisa berdoa. Inilah sistem Theologi Reformed, bukan sistem Theologi Karismatik. Sistem berdasarkan kedaulatan Allah, bukan kemauan manusia.

Yang berdoa banyak, tetapi doa yang diterima tidak banyak, karena doa pun harus sesuai dengan isi hati Tuhan. Paulus berkata, “Roh yang berada di dalam hatimu, yang mengerti isi hati Tuhan, mengajar kau bagaimana berdoa” (Rm. 8:26). Sejak 30 tahun lalu, saya ingin berkhotbah tentang Theologi Doa, tetapi sampai sekarang belum terwujud seri itu. Dan dalam Doa Bapa Kami, saya berusaha memberikan prinsip penting tentang doa. Tahu bagaimana berdoa yang benar dan mempunyai doa yang memperkenan Tuhan, akan mengubah kerohanian kita.

Jika kita meminta, “Tolong bangunkan Gereja-Mu,” maka kita harus minta pertama-tama, “Bangunkan pengertian doa yang benar.” Banyak doa yang salah karena doa itu doa antroposentris. Antroposentris berarti doa berpusat pada diri sendiri, doa keluar dari keinginan dasar manusia sendiri, bukan sesuai kehendak Tuhan. Jika sudah mengerti semua ini, engkau akan lebih menghargai doa Yesus di Yohanes 17. Yesus berperan sebagai perantara di antara Allah dan manusia, dan Ia berdoa menurut kehendak Allah untuk memberi pengisian kepada orang yang Ia selamatkan.

Mengapa manusia berdoa? Manusia berdoa karena butuh sesuatu. Mengapa ketika butuh sesuatu kita datang kepada Allah, bukan manusia? Karena manusia tahu Allah tidak terbatas. Jadi ketika kita berlutut berdoa, saat yang sama kita mengakui diri terbatas, dan kita bukan datang kepada manusia karena manusia terbatas. Maka kita berdoa kepada Yang Tidak Terbatas. Doamu jika tidak beres, meski Allah sudah tahu dan siapkan, tetap tidak diberikan kepadamu, sebelum engkau mengoreksi doamu. Maka Matius berkata, “Carilah terlebih dulu Kerajaan Allah dan kebenaran Allah, maka yang kauperlu akan ditambahkan padamu.” Bukan diberikan padamu. “Diberikan” artinya hanya yang saya perlu, “ditambahkan” artinya lebih dari yang saya perlu. Jika doamu benar sesuai kehendak Tuhan, menurut maksud dan tujuan yang ditetapkan Tuhan, meski kurang berdoa, tetapi hatimu dan doamu benar, yang kauperlukan akan ditambahkan kepadamu.

Saya ingin kita membaca dengan teliti ayat tentang doa dan mengoreksi diri agar bisa berdoa dengan benar. Orang Kristen mirip dengan agama lain ketika berdoa; kita berlutut, menutup mata, dan berbicara kepada Allah. Tetapi dasar, prinsip, lingkup doa yang benar membuat doa orang Kristen tidak sia-sia. Surat Yakobus berkata, “Doa orang benar besar khasiatnya.” Saya sangat terpengaruh ayat itu, maka saya berkata yang penting bukan bagaimana berdoa, tetapi bagaimana saya menjadi orang benar. Bukan saya minta apa dan puas ketika diberi, tapi bagaimana saya berdoa memuaskan hati Tuhan. Benarkan dirimu dan doamu, maka Allahmu di sorga yang mengetahui segala kebutuhanmu, tidak akan membiarkan engkau dalam kesulitan. Perbaiki motivasimu, hidupmu, imanmu, perilakumu, pengertian tentang konsep doa di hadapan Tuhan dan Tuhan tidak akan meninggalkan kita.

Alkitab membedakan ada doa yang didengar Tuhan, ada yang tidak. Doa bukan memaksa kehendak Tuhan untuk cocok dengan kehendakku, melainkan menaklukkan kehendakku di bawah kehendak Tuhan. Jika kita mengerti Doa Bapa Kami dan seluruh prinsipnya, maka di dalam doa yang paling penting bukan saya, tetapi Tuhan. Karena saya adalah umat Tuhan, maka saya datang kepada Dia, taat dan mengutarakan segala keinginan saya untuk sesuai dengan kehendak Dia.

“Carilah Kerajaan Allah, carilah kebenaran Allah, yang lain yang kauperlukan akan ditambahkan padamu.” Ini janji Tuhan. Berarti yang kauperlukan tidak berdoa pun tidak apa-apa, tetapi Kerajaan Allah dan kebenaran Allah harus kauminta dan tuntut. Ketika engkau mencari Kerajaan dan kebenaran, Tuhan akan memberikan kebutuhan dan kelimpahan. Ketika engkau mencari kelimpahan dan kebutuhan, Tuhan tidak tentu mengabulkan. Apa artinya kerajaan? Kerajaan termasuk wilayah, kedaulatan, pertahanan, dan ketaatan dari bawah ke atas. Dalam kerajaan, kehendak raja yang utama, kemauan rakyat tidak utama, ada wilayah kekuasaan, kedaulatan raja memerintah seluruh wilayah, dan rakyat taat pada dia. Demikian ketika engkau mencari Kerajaan Allah, berarti engkau mengakui kedaulatan Allah, minta perkenanan-Nya, mendapat pertahanan yang melindungi engkau dalam pimpinan Tuhan sendiri.

Mengapa kebenaran disejajarkan dengan kerajaan? Karena Allah yang menjadi Raja dalam Kerajaan-Nya, memerintah umat-Nya dengan kebenaran. Setan menjadi raja di kerajaan kegelapan, memerintah rakyatnya dengan prinsip dosa. Ada dua macam manusia yaitu pendosa dan orang benar. Semua manusia berdosa, tetapi sebagian sudah dibenarkan dan menjadi orang benar; yang belum dibenarkan tetap pendosa. Alkitab berkata, pendosa dibenarkan melalui iman. Maka saat kita berdoa di hadapan Tuhan, kita berdoa dengan status seorang pendosa atau dengan status orang benar? Jika dengan status berdosa lalu mau memengaruhi Tuhan, itu kurang ajar. Jika dengan status benar, mau memperkenan Allah, itu doa yang diperkenan Tuhan. Semua manusia tahu apa itu doa dan bisa berdoa, tetapi tidak semua tahu bagaimana doa yang benar dan yang mana yang diperkenan Allah.

Bila manusia mulai berdoa? Manusia mulai berdoa pada saat mengalami kepicikan, penyakit, kesulitan, kemiskinan, dan kecelakaan. Saat lancar dan sukses kita tidak mau berdoa dan tidak perlu Tuhan. Setelah kanker, celaka, atau bangkrut baru berdoa. Kita suka memperalat dan memakai Allah untuk mencapai tujuan kita menuju kemakmuran, kesuksesan dari dunia. Kelihatan berdoa tetapi motivasinya beda. Doa yang sesungguhnya kepada Tuhan dengan memakai segala yang diberikan-Nya untuk dikembalikan pada-Nya dan digunakan untuk memuliakan nama Tuhan. Ini doa yang benar.

Doa Bapa Kami diajarkan Yesus agar kita bisa berdoa beres. Doa Yesus adalah doa terbaik di seluruh dunia sepanjang sejarah, doa standar agar kita mengetahui bagaimana menjadi manusia di hadapan Allah yang tidak terbatas dan di tengah dunia yang terbatas. Kita harus berdoa secara benar di hadapan Tuhan sesuai dengan ajaran Yesus. Sampai hari ini, umur 74 tahun, saya tidak pernah meminta uang dan kesehatan kepada Tuhan. Doaku selalu memikirkan penginjilan, minta Tuhan bangkitkan manusia jadi hamba-Nya, memberikan kekuatan agar orang berani menginjili, memberi perlengkapan kuasa Roh Kudus agar mereka mempunyai kebijaksanaan dan kekuatan mempertobatkan orang lain. Saat engkau berdoa, engkau berbicara dengan Tuhan, “Tuhan, Engkau…” Allah tidak kelihatan dan yang tidak kelihatan itu tidak terbatas, kita datang berdoa pada Yang Tidak Terbatas. Itulah doa. Engkau yang kekal menjadi Objek saya berdoa.

Pada awal abad ke-20, seorang profesor Hebrew University di Tel Aviv, Martin Buber, menulis buku – kurang dari 100 halaman – yang menjadi sumber inspirasi besar bagi para theolog, seperti Barth, Brunner, dan lain-lain, dan filsuf, seperti Heidegger, Sartre, dan lain-lain. Di buku itu ia mengungkapkan orang yang belum mengenal Tuhan menjadikan Tuhan sebagai “Itu”. Saat ia lebih mengenal, “Itu” berubah menjadi “Dia”. Tapi di tingkat akhir, Tuhan bukan Itu, bukan Dia, tapi jadi Engkau (Thou). Inilah “I-Thou Relationship”. Engkau adalah Penciptaku. Engkau perlu bicara sama Tuhan, “Engkau Tuhan dan Juruselamatku.”

Meski dunia berubah, semua yang paling kusayang dan cinta bisa mati, yang ada hanya Engkau. Relasi ini menjadi relasi agama yang terpenting. Jika engkau ber-Tuhan dan tidak mempunyai relasi I and Thou dengan Dia, engkau masih di luar pintu. Jika engkau mempunyai Tuhan, menjalin relasi aku dengan Engkau, secara pribadi dan intim, engkau baru mengerti apa artinya menjadi anak Tuhan. “Aku milik-Mu, Engkau milikku.” Perjanjian Lama berkata, “Abraham menjadi sahabat Allah.” Di Perjanjian Baru, Yohanes 15, Yesus berkata, “Aku tidak menyebut engkau budak, tetapi sahabat.” Yesus menganggap semua murid-Nya sahabat. Yesus begitu rendah hati, rela menganggap kita sebagai kawan-Nya. I and Thou dibentuk dalam keadaan Kristus menjadi manusia, kawan kita seakrab dan setara dengan kita. Maka, kita bisa membicarakan kebutuhan dan kesulitan kita secara pribadi dengan Yesus. Engkau berdoa bukan untuk memperalat Dia, tetapi mengutarakan isi hati agar ada komunikasi antara Allah dan manusia di dalam diri Yesus. Semua agama tidak mungkin mencapai ini, kecuali kekristenan. Di Kristen, Yesus ialah Tuhan yang berinkarnasi, bukan di tempat yang paling tinggi di sorga, tetapi turun lahir di palungan, menjadi manusia yang berdaging dan berdarah, sama seperti kita dalam segala hal, dan mengerti segala isi hati kita.

Setelah Yesus mengajar Doa Bapa Kami, Ia menjadikan kita seperti saudara-Nya. Yesus berkata, “Yang ada Anak, mempunyai Bapa, yang tidak ada Anak, tidak mempunyai Bapa, yang melihat Anak, melihat Bapa, yang tidak melihat Anak, tidak melihat Bapa” (Yoh. 14:1-6). Yesus telah membawa kita mendekat kepada Allah, sehingga kita boleh menyebut Allah sebagai Bapa. Tidak ada agama yang menyebut Allah itu Bapa. “Bapa kami yang berada di sorga.” Roma 8:15 mengatakan, “Roh Anak diberikan kepada kita sehingga kita menyebut Allah ‘Abba, Bapa.’” Siapakah orang Kristen? Orang Kristen ialah orang yang menerima firman Tuhan, mendapat iman dan percaya pada Yesus, melalui pekerjaan Roh Kudus memperanakkannya, hidup Roh Kudus dan hidup Allah berada dalam diri kita, melalui Roh Anak, berani memanggil Allah sebagai Bapa. Betapa intim, dekat, mahal, dan terhormatnya kedudukan ini. Kita ialah anak-anak Allah; kita mempunyai kakak sulung, yaitu Yesus.

Yesus, Anak Allah tanpa dicipta, kita adalah anak-anak Allah dicipta awal dan dicipta ulang. Cipta awal sebagai manusia; dicipta ulang sebagai anak-anak Allah. Kita memanggil Allah sebagai Bapa, seperti Yesus memanggil Allah sebagai Bapa. Yesus memanggil Allah Bapa dalam relasi Tritunggal, Pribadi Kedua memanggil Pribadi Pertama. Pribadi Pertama tidak dicipta, Pribadi Kedua juga tidak dicipta, Pribadi Ketiga juga tidak dicipta. Allah Bapa memakai Pribadi Kedua untuk menciptakan segalanya. Selain Kristus dan Roh Kudus, segala sesuatu dicipta. Materi, hewan, tumbuhan, malaikat, dan semua hal baik rohaniah maupun jasmaniah, dicipta. Tetapi Kristus tidak dicipta. Hak istimewa diberikan pada kita, yaitu diberi hak menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12).

Yesus berkata, “Jika engkau berdoa, engkau harus berkata begini: Bapa kami yang ada di sorga.” Di kalimat pertama ini mengajarkan kita, bukan hanya hidup di bumi saja dan hanya bersandar pada segala makanan dunia ini saja, tetapi bersandar setiap kalimat yang keluar dari mulut Allah Bapa. Kami percaya, mempunyai seorang Bapa di sorga.

Ada konsep “Bapa” samar-samar dalam filsafat Gerika, Cleanthes, yang menulis syair, di tengah-tengah muncul kalimat, “Kami dilahirkan Allah.” Allah dalam kekekalan hanya memberi kelahiran pada satu Pribadi, yaitu Yesus yang dijadikan Anak kelahiran tunggal dari Allah Bapa. Lalu Ia akan membawa banyak anak masuk ke dalam kemuliaan. Berarti Ia menjadikan kita juga diperanakkan oleh Roh Kudus. Saat itu, Ia yang satu-satunya kelahiran Allah Bapa sendiri mengangkat kita semua yang dilahirkan oleh Roh Kudus.

Kita mempunyai status dilahirkan, setelah kita diperanakkan oleh Roh Kudus, kita dapat pembaruan dari Tuhan, berbeda dari Yesus. Anak Allah dilahirkan, Allah Roh Kudus keluar dari-Nya. Ini adalah tiga Pribadi menjadi Allah Tritunggal yang Mahaesa. Tetapi melalui Kristus yang mati bagi kita, mengirim Roh Kudus untuk memperanakkan kita, setelah itu Roh juga diberikan ke dalam hati kita, maka kita yang telah menerima Roh Anak, menyebut-Nya Bapa. Maka kita datang kepada-Nya dan berdoa kepada Dia, “Bapa kami yang berada di sorga.” Dengan kalimat inilah mulai terbuka apa yang harus kita doakan di hadapan Tuhan. Biarlah firman mengoreksi konsep, pengertian, dan kesadaran kita yang kurang jelas berdasarkan Alkitab, agar sesuai kehendak Tuhan. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/doa-bapa-kami-bagian-1-bapa-kami-yang-di-sorga#hal-1