GRII 2Terjemahan Alkitab dalam bahasa Jerman yang diterjemahkan Martin Luther, menerjemahkan perkataan Petrus dalam Matius 16 : 22 dengan satu kalimat yang berarti “Oh Tuhan, kasihkanlah diri-Mu sendiri, jangan ke Golgota” Tetapi Tuhan Yesus berkata kepada Petrus “Iblis! Enyahlah engkau.”

Kalau Anda mengenal Yesus Kristus dengan mendalam, maka sifat Kristus adalah sifat rela mengorbankan diri dan karya Kristus adalah mati di atas salib. Maukah kita mengikuti Kristus yang seperti Alkitab kabarkan? Yesus mengatakan kepada Petrus, “Iblis Enyahlah engkau!”, padahal pada sesaat sebelum Petrus mempunyai wahyu Allah, tetapi kemudian diakatakan sebagai iblis, karena tidak mengerti akan makna Injil dan kayu salib. Teologi Petrus benar? Memang benar. Injilnya ada? Belum ada; sudah reformed? Sudah; Injili? Belum.

a. Pengenalan Yang Salah

Orang-orang Kristen dapat saja mengatakan siapakah Kristus secara otak, logika dan teologi yang benar, sambil sekaligus tidak mengenal kuasa salib Kristus. Yesus mengatakan ”Enyahlah engkau setan, karena engkau tidak tahu makna Tuhan.” Terima wahyu Tuhan? Terima; Mengerti maknanya? Belum. Gereja yang ingin mengabarkan injil dengan sungguh-sungguh, berkobar-kobar luar biasa dan giat bagi pekerjaan Tuhan, harus mempersiapkan hamba Tuhan yang siap mengabarkan Injil dengan sungguh hati dan penuh pengabdian. Dengan demikianlah orang-orang Kristen dapat dipakai Tuhan. Orang yang melayani Tuhan pada waktu tertentu harus berani mati untuk Tuhan – ini bukan omong kosong.

Orang-orang yang rela menyerahkan diri sepenuhnya bagi pekerjaan Tuhan, bahkan yang merelakan hari depannya di tangan kemurahan Tuhan tidak boleh kita rugikan. Bahkan sejahtera yang cukup untuk semua orang yang melayani Tuhan di dalam beban dan panggilan yang sama, harus tetap diusahakan. Tetapi kesempatan bagi para hamba Tuhan untuk mengalami pergumulan yang sulit pada masa permulaan sangat perlu, karena kalau tidak ada itu maka seumur hidup ia tidak memiliki kekuatan. Jangan menolong mereka yang sedang bergumul untuk menjadi kuat, karena tanpa pergumulan itu, tidak akan pernah ada beton dalam hati mereka. Kalimat-kalimat seperti ini keluar dari hati saya dengan beban yang berat luar biasa. Orang yang selalu makan makanan yang sudah digiling dengan halus, tidak akan memiliki gigi yang kuat.

Tuhan Yesus tidak menerima kalimat “Oh, Tuhan, kasihankanlah dirimu.” Kita terlalu sering menjadi orang yang mengasihani diri sendiri. Kalau Tuhan memperbolehkan kita disalah-mengerti, dipuji dipersulit, mengalami banyak air mata, maka pada saat itu kita mempunyai hak untuk menerima tangan Tuhan sendiri yang sudah menciptakan langit dan bumi, untuk menghapus air mata kita. Kita akan mengalami suka cita. Tetapi orang yang tidak pernah mengalirkan air mata untuk Tuhan, maka ia tidak ada hak untuk meminta Tuhan merangkul dan menyeka air matanya. Kalau sekarang ada kesempatan untuk melayani lalu mendapat banyak kesulitan maka itu adalah hak istimewa. Mereka yang belum pernah bergumul dengan mengalirkan air mata dan belum pernah mengalami kesulitan yang luar biasa, tidak mungkin dapat melayani Tuhan dengan baik.

Kita sekarang ada di dalam zaman modern, abad 20. Abad 20 adalah abad yang bodoh karena orang-orang di abad 20 tidak mempunyai tulang punggung sendiri, bahkan rela mentaklukan diri dan menghambakan diri kepada ideologi-ideologi abad 19. Abad 20 bukanlah abad yang paling pintar, paling bijaksana, paling maju ataupun paling mutakhir, tetapi abad ini adalah abad yang bodoh. Teori-teori yang kita terima sebagai prinsip hidup yang muncul sekarang untuk diperluas dan dipopulerkan sehingga milyaran manusia dikuasai oleh pikiran dan prinsip-prinsip idealisme yang sesungguhnya berasal dari abad 19.

Abad ke berapa timbulnya teori evolusi? Charles Darwin menulis buku “The Origin of Species” pada tahun 1859, lalu dibaca oleh Karl Marx pada tahun 1860, dan orang komunis langsung mengetahui teori itu. Orang Kristen yang sudah ketinggalan 150 tahun, masih belum tahu teori evolusi. Omong kosong kalau orang Kristen mau menantang dunia dan menjadi terang dunia tanpa belajar dengan rajin. Darwin tetap mengadakan penyelidikan terus menerus, sampai akhirnya menjadi tua dan menyadari bahwa teorinya tidak benar – ia lalu kembali kepada Alkitab. Seorang perempuan dari skotlandia yang bernama Lady Hook pergi ke Inggris dan pergi ke daerah suburban dari kota London dan mencari Charles Darwin. Pada waktu itu Darwin sedang membaca buku yang tebal sekali lalu menanyakan buku yang sedang dibaca oleh Darwin. Darwin mengatakan, “This is the Bible, I call it the Royal Book“, Buku Kerajaan. Buku yang begitu mulia, tinggi dan berharga. “I discovered that the principle of biology according to what I found in the nature is so close with the creation theory in the first chapter in the Genesis”. Teori dan prinsip biologi yang saya temukan di dalam urutan-urutan presuposisi saya begitu dekat dengan Alkitab. Kitab Suci ini begitu luar biasa.

Teori evolusi itu kemudian diajarkan kepada manusia abad ke 20. Komunisme timbul di abad 19 lalu menjajah manusia pada abad ke 20. Eksistensialisme timbul pada abad 19 dan mempengaruhi manusia pada abad 20. Teori psikoanalisa dari Sigmund Freud timbul pada akhir abad 19 lalu timbul lagi di awal abad 20 lalu mempengaruhi seluruh abad 20. Semua teori abad 19 sudah menjadi pikiran yang merajalela di dalam rasio manusia abad 20. Logical Positivism dari abad 19  merajalela di abad 20. Orang-orang yang memiliki bijaksana dari Tuhan, sudah melihat dengan begitu tajam akan hal-hal yang akan terjadi dan sebelum kebahayaan datang ia sudah  sadar akan keadaan dunia. Sedangkan orang lain yang belum sadar kesalahannya, mengatakan bahwa orang bijaksana seperti itu adalah orang yang aneh.

Sekarang bagaimana dengan gereja? Gereja sudah kehilangan bahan khotbah? Gereja sudah kekurangan bahan pengajaran? Sudah tidak ada lagi firman diberitakan dari mimbar? Mestikah gereja mencari bintang-bintang penyanyi untuk mengundang jemaat mengikuti kebaktian? Bagaimana dengan khotbah dan pengajaran firman? Kalau tidak dikembalikan ke fokus pemberitaan injil, gereja mau jadi apa? Haruskah khotbah yang dibawakan dibuat selucu mungkin, supaya menarik pendengar lebih banyak? Baikkah khotbah yang membuat pendengar merasa sakit perut karena lucu? John Stott mengatakan satu kalimat “I don’t understand why you American preachers always use jokes in your preachings?” Mengapa orang Amerika harus lucu di dalam khotbahnya untuk bisa menarik pendengar? Sedangkan nabi-nabi, rasul-rasul, ketika mereka berkhotbah mereka berperang dengan kuasa kegelapan, ketika mereka berkhotbah mereka memproklamirkan firman Tuhan dan menyatakan kebenaran. Kalau pemuda-pemudi kita sekarang ini tidak dididik untuk mengenal firman Tuhan yang sejati, dan setelah 20 tahun lagi mereka menjadi pemimpin gereja, maka mereka menjadi pemimpin gereja macam apa? Mereka menjadi penatua macam apa? Lalu sekolah teologi tidak mengajar doktrin yang ketat, melainkan asal bisa cukup uang, asal bisa menarik orang, asal bisa kelihatan cukup mewah, cukup bagus, lalu gereja mau jadi apa?

Siapa yang menjadi fokus di dalam iman kerohanian orang Kristen? Apakah jemaat datang ke gereja hanya untuk menerima berkat Tuhan, datang ke gereja supaya kaya supaya sembuh, atau sekedar datang mengikuti arus yang besar? Yesus Kristus mengatakan bahwa orang seperti itu tidak layak mengikut Dia. Barang siapa mau mengikut Yesus, harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Kristus. Berjiwa mau menyangkal diri, berjiwa mau membuang egoisme, berjiwa mau mengurangi segala kemungkinan meninggikan diri, lalu meninggikan Kristus. Inilah iman yang sejati.

B. Pengenalan Yang Benar

Kita telah memikirkan siapakah Yesus dari pandangan dunia dan dari tantangan Yesus kepada murid-murid-Nya. “Menurut orang-orang, siapakah Anak Manusia?” Murid-murid Tuhan menjawan-Nya: “Yeremia.” Mereka melihat Yesus begitu sabar, penuh belas kasihan, seperti Yeremia yang menangisi Israel supaya bertobat sehingga mereka berpendapat bahwa Yesus adalah seorang nabi yang mempunyai roh Yeremia. Yang lainnya berpendapat bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang sudah dipenggal mati, tetapi bangkit pula dan sekarang mengabarkan Injil dengan semangat yang sama.

Tuhan Yesus sekarang bertanya, “Menurut kamu siapakah Aku?” Petrus dengan berani tampil mengucapkan kalimat yang begitu kental mewakili orang Kristen sejati dari segala zaman, “Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup.” Yesus mengkonfirmasi bahwa apa yang Petrus katakan adalah benar. Itu bukan dari dirinya sendiri tetapi merupakan sesuatu yang diwahyukan Bapa di sorga kepadanya. Yesus menyambut pengakuan iman yang paling dasar dan pertama kali, membuktikan bahwa Dia mulai memberikan pengajaran yang penting, yaitu bahwa kepercayaan kepada Kristus karena manusia diberi wahyu oleh Allah. Jika kita tidak percaya Allah mewahyukan Anak-Nya kepada manusia, tidak mungkin iman yang sejati timbul dari diri manusia. Yesus berkata: “Hai Simon, Simon bin Yunus dengan sesungguhnya Aku berkata kepadamu bahwa itu bukan dari manusia, tetapi itu adalah wahyu dari Allah sendiri.” Waktu Allah memberikan wahyu kepada manusia baru manusia mengerti siapakah Allah. Jikalau Allah menutup rahasia pewahyuan, maka tidak ada seorangpun mengerti Kristus. Kristologi bisa menjadi tepat dan akurat hanya berdasarkan wahyu Allah tentang Anak Allah yang tunggal itu.

C. Berdirilah Gereja Di Atas Dunia

Sesudah ada pengertian yang benar mengenai wahyu Allah yang kokoh baru ada gereja. Paulus mengatakan “Aku tahu siapa yang kupercaya, yaitu Kristus.” Gereja didirikan atas dasar nabi dan rasul, di mana Kristus menjadi batu penjuru (Ef 2 : 20). Artinya berdasarkan Kristus sebagai batu yang paling penting yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama diwakili nabi-nabi, Perjanjian Baru  diwakili dengan rasul-rasul. Nabi dipakai Tuhan untuk menuliskan kitab-kitab Perjanjian Lama sedangkan para rasul untuk menulis sebagian firman-Nya yang disebut Perjanjian Baru. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi dasar iman kita. Apa yang tidak sesuai dengan yang dicatat dalam Alkitab jangan diterima! Karena iman kita berdasarkan firman yang ditulis oleh para nabi dalam Perjanjian Lama dan para rasul dalam Perjanjian Baru dan keduanya itulah yang menjadi suatu pertanggung-jawaban bagi iman kita. Gereja yang didirikan di atas nabi dan rasul dan Kristus yang menjadi batu penjuru, biarlah terus berpegang pada prinsip-prinsip Alkitab. Pendirian ini harus kita jalankan sebagai orang yang melayani Tuhan.