Bagian 2

Mengenal Yesus Kristus

Kalau dilihat secara lahiriah, Yesus tidak berbeda dengan manusia lain; dilahirkan dari perempuan, dibesarkan di desa, berkata-kata dalam bahasa manusia. Ia tidak memiliki hal yang begitu hebat sehingga kita harus memikirkan tentang Dia sedalam-dalamnya. Tetapi yang satu ini telah menjadi sesuatu batu yang menjatuhkan begitu banyak orang, telah menjadi sesuatu daya tarik yang mengagumkan begitu banyak orang dan menjadi sesuatu tanda tanya yang memusingkan banyak orang. Jika kita berkata-kata dan berfikir tentang Kristus, maka harus kita kembali pada satu waktu di mana Kristus menuntut manusia memberikan penilaian tentang diri-Nya. Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: “Menurut orang-orang, siapakah Aku?” Kalimat ini merupakan kalimat yang sering kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Setiap orang pasti pernah mempunyai pertanyaan seperti itu dalam dirinya. Di dalam pertanyaan: “Siapakah saya?” ada tiga pertanyaan yang kecil yang dikandungnya:

Siapa KristusA. Siapa Yang Bertanya?

Di dalam pertanyaan ini timbul satu kesulitan karena adanya sesuatu campuran antara subjek dan objek. Di dalam momen kita bertanya tentang siapakah diri kita, ada sesuatu yang tidak bisa dianalisa dengan jelas karena yang bertanya adalah yang ditanya; yang ingin mengetahui adalah yang ingin diketahui; yang diketahui adalah yang tidak diketahui dan yang ingin mengetahui sedang menanyakan tentang apa yang sedang diketahuinya. Ini merupakan suatu pertanyaan yang tidak mungkin dibereskan oleh manusia itu sendiri. Pada waktu Tuhan Yesus menanyakan hal tersebut, Ia bukan menanyakan hal itu kepada diri-Nya sendiri, tetapi kepada pengikut-pengikut-Nya yang sudah sekian lama melihat pernyataan Kristus itu sendiri. Dia adalah yang memberikan pernyataan kepada manusia dan Dia sendiri adalah yang dinyatakan itu. Dia pewahyu dan Dia adalah intinya wahyu, Dia adalah yang mewahyukan diri kepada manusia.

Waktu murid-murid-Nya mendadak menerima pertanyaan ini, mau tidak mau apa yang sebelumnya pernah mereka pikirkan tentang Kristus harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Momen seperti ini tidak bisa dicipta oleh manusia sendiri tetapi diberikan oleh Tuhan. Sebagai orang Kristen, apakah setelah kita mendengar khotbah bertahun-tahun, membaca Kita Suci, dibaptiskan dan menjadi orang Kristen sekian lama, kita sudah dapat menjawab pertanyaan tentang siapakah Kristus? Siapakah Dia.

Murid-murid Yesus mulai memberikan evaluasi-evaluasi tentang Kristus kepada Kristus yang menuntut evaluasi. Dari gudang pikiran mereka, mulailah timbul jawaban-jawaban; sebab mereka mulai memikirkan kembali tentang siapakah Kristus. Maka ada yang menjawab kepada-Nya bahwa Dia adalah seorang nabi, seorang nabi besar, yang lain menjawab bahwa Dia adalah Yeremia.* Yesus dinilai sebagai Yeremia karena dalam zaman yang sedang dilanda kesedihan, Ia mempunyai tangisan seluruh zaman, perasaan yang sama dengan seluruh zaman. Yang lain menjawab bahwa Ia adalah Yohanes Pembatis yang bangkit dari kematian. Orang-orang itu menganggap bahwa kuasa Tuhan yang begitu besar, dinyatakan-Nya dengan membangkitkan Yohanes Pembatis yang sudah dibunuh oleh raja Herodes dan Yohanes Pembaptis yang bangkit kembali itu adalah Yesus. Yang lain lagi menjawab bahwa Yesus adalah nabi yang pernah disebut oleh Musa di mana barang siapa yang mendengarkan Dia, akan hidup, tetapi barangsiapa tidak mendengarkan Dia akan binasa.

Semua penilaian-penilaian zaman itu diberikan kepada Yesus Kristus yang dalam waktu tidak lebih dari tiga setengah tahun. Yesus telah melakukan begitu banyak hal, menyembuhkan, mengajar, dan membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang berkuasa yang diutus ke dunia. Lalu pada waktu semua sudah memberikan penilaian-penilaiannya, Yesus tidak menanggapi apa-apa, tapi Ia mendorong lagi dengan satu kalimat; “Menurutmu, siapakah  Aku?** Pertanyaan ini penting, sebab bila kita memiliki pengenalan sendiri tentang siapakah Kristus berdasarkan firman Tuhan, barulah kita mempunyai kekuatan yang cukup untuk bersaksi bagi Dia. Apakah Kristus itu sekedar dokter yang paling mujarab? Apakah Kristus itu hakim yang keras? Mak comblang yang mencarikan jodoh bagi orang-orang muda? Ahli sulap yang membuat Anda kaya? Apakah Kristus itu sekedar pemuas emosi yang kita peroleh melalui kebaktian-kebaktian doa dan puji-pujian? Jika Anda mengetahui jawaban-jawaban yang diberikan oleh orang-orang Kristen di Indonesia, maka Anda akan mengetahui apa itu simpang-siurnya kekristenan zaman ini.

B. Kepada Siapa Pertanyaan Itu Diajukan?

Pernahkah Anda memikirkan dengan baik tentang siapakah Kristus? Apakah artinya mengikut Kristus, apakah artinya menjadi Kristen? Bukankah di Indonesia ada lebih banyak orang yang bukan Kristen dari pada orang Kristen? Bukankah ada banyak agama-agama lain di Indonesia, mengapa Anda menjadi orang Kristen? Yesus  tidak menolak ataupun menghina jawaban dari dunia akademis tentang siapakah diri-Nya, Ia tahu jika Anda memiliki penilaian-penilaian yang bersifat otoritatif, tetapi Ia menuntun Anda secara pribadi untuk berakar dan mempunyai iman yang sungguh-sungguh dan mengenal-Nya dengan benar. Pada waktu Yesus menantang dengan pertanyaan demikian, maka seolah-olah semua murid-Nya tidak mempunyai jawaban; tetapi ada dari semua murid yang menjawab dengan tegas:”Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Kalimat ini timbul dari mulut Petrus; inilah satu pengakuan iman pertama dalam sejarah gereja. Orang pertama yang dihadapan umum mengaku tentang siapakah Yesus adalah Petrus. Tidak mudah bagi Petrus untuk menyimpulkan dan mengatakan pengertiannya tentang siapakah Kristus. Ia bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, juga bukan pengikut dari ahli-ahli Taurat yang belajar Perjanjian Lama dengan ketat tapi dia hanyalah seorang nelayan. Seorang rakyat jelata yang mendengar bahwa seorang nabi telah muncul. Jadi selain menangkap ikan, Petrus juga mengikuti dan mendengarkan khotbah-khotbah Yohanes Pembaptis. Rupanya Petrus memperhatikan bahwa Yohanes Pembaptis  membawa berita yang berfokuskan pada firman Allah tentang kedatangan Kristus. Kedatangan Kristus adalah sumber pengharapan bangsa Israel sehingga mereka siang malam berdoa memohon kedatangan Mesias.

Konsep bangsa Israel zaman itu tentang Kristus adalah konsep yang sudah dibatasi oleh persepsi selektif***. Pada waktu Petrus mengikut Yohanes Pembatis, ia melihat perbedaan antara Yohanes dengan para ahli Taurat dan ia melihat perbedaan Yohanes dengan para ahli taurat dan yang lainnya yang juga mengajarkan tentang kedatangan Kristus yang pertama. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi juga belajar tentang Kristus yang akan datang, tetapi pada waktu mengajarkan tentang Kristus, pengajaran mereka dibatasi oleh persepsi selektif yang begitu sempit dan bersifat subjektif. Mereka tidak mau mengenal Allah melalui apa yang sudah diberikan oleh Allah. Mereka tidak mau mengenal Kristus melalui wahyu yang sudah diberikan tentang Kristus, mereka hanya memilih bagian-bagian yang cocok dengan apa yang mereka inginkan. Pada zaman sekarang juga ada begitu banyak orang yang tidak mau mengenal Kristus yang tersalib, tapi hanya mau Kristus yang menyembuhkan; mereka tidak mau mengenal Kristus yang menderita tetapi hanya mau Kristus yang memberikan kekayaan. Orang Yahudi terdampar dan dibuang oleh Tuhan karena mereka  tidak mencapai fokus daripada Kristologi dari seluruh Kitab Suci. Di dalam Perjanjian Lama sudah dijanjikan oleh Allah bahwa Kristus akan datang, menderita, dijual seharga 30 keping perak, lahir di kota Betlehem, di paku di atas kayu salib, dan kedua tangan dan kedua kaki-Nya akan ditusuk tetapi tidak ada satu tulangpun dari tubuh-Nya yang akan patah. Semua ditulis dengan begitu jelas. Lalu pada aspek yang lain Alkitab menulis juga bahwa Kristus akan menjadi Raja, dan seluruh kuasa akan berada di atas bahu-Nya dan kuasa-Nya lebih besar dari pada siapapun. Dia akan melenyapkan kuasa musuh, membangun kembali kerajaan Israel, membalas dendam kepada mereka yang menginjak-injak kehormatan bani Israel; Kristus yang menang, yang memberikan keadilan, menegakan satu sistem dan ordo politik dan militer yang baru di dalam dunia.

Pada waktu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mempelajari Perjanjian Lama, mereka mempelajarinya dengan satu persepsi selektif yang sudah menjadi kaku dan keras dalam hati mereka sehingga mereka membuat  pemisahan antara nubuat-nubuat mengenai Kristus yang dihina, dipaku dan tidak memiliki kemuliaan lahiriah, sebagai hal-hal yang tidak benar; mereka berdoa memohon kedatangan Kristus yang membalas dendam kepada orang-orang Romawi yang menjajah bangsa Yahudi serta yang akan mencuci noda sejarah bangsa Israel yang dijajah. Orang orang Yahudi umumnya memohonkan kedatangan Kristus yang akan membawa bangsa Yahudi ke dalam zaman keemasan yang dulu pernah mereka capai dalam masa Daud memerintah Israel sebagai raja. Doa-doa mereka dipengaruhi oleh persepsi selektif atas Kristologi yang sudah dicemarkan oleh keinginan dunia dan tidak lagi berfokus kepada Kristus dan salib-Nya.

Petrus adalah murid dari Yohanes Pembaptis sebelum ia mengenal Yesus. Ia tidak tertarik oleh kedatangan Mesias seperti yang diajarkan oleh ahli-ahli Taurat dengan persepsi selektifnya yang subjektif, tetapi ia tertarik dengan pengajaran Kristologi yang benar, yang lengkap, menyeluruh dan harmonis.

Pada waktu Adam makan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, maka Allah membunuh binatang-binatang dan mengajarkan kepada Adam bahwa tanpa ada pengaliran darah, tidak ada pengampunan bagi manusia. Yohanes Pembatis melihat dengan jelas bahwa Yesus Kristus adalah Domba Allah yang dijanjikan itu, yang menjadi korban pengganti manusia. Yohanes menyerukan:”Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia!” Jadi semua khotbah-khotbah yang muluk-muluk dan khotbah-khotbah yang sudah diseleksi oleh para ahli tidak masuk ke telinga Petrus; tetapi khotbah yang berfokus kepada Kristus yang akan mati menganti dosa umat manusia langsung masuk ke dalam hati dan pikiran Petrus, itulah sebabnya pada waktu Yesus Kristus menanyakan tentang siapakah diri-Nya, Petrus langsung menjawab dengan tepat:”Engkaulah Kristus, Anak Allah yang hidup!” Pengakuan iman yang akurat dan dinamis yang pertama di dalam sejarah telah diucapkannya.

Hari itu Yesus langsung menjawab Petrus dengan satu kalimat:”Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, karena apa yang kamu katakan itu bukan berasal dari manusia tetapi dari Bapa-Ku yang ada di surga.” Yesus tidak pernah meremehkan doktrin-doktrin yang benar yang membuat Anda menyatakan pengakuan-pengakuan iman yang sungguh-sungguh berasal dari pengenalan yang benar yang merupakan sari dari kristalisasi tentang Dia. Bukan saja tidak meremehkan bahkan Kristus memberikan konfirmasi bahwa hal itu bukan berasal dari manusia, tetapi dari Allah. Pada saat itu juga Kristus memberikan wahyu selanjutnya yang kedua yaitu : Gereja mulai berdiri.

C. Bertanya Tentang Apa?

Sekarang marilah kita memperhatikan beberapa hal berikut ini; Gereja yang tidak mempunyai pengakuan iman, tidak seharusnya berdiri sebagai gereja. Tidak seharusnya gereja berdiri hanya karena ramai-ramai membawa orang ikut kebaktian, tetapi tidak tahu apa yang akan didirikan. Kristus tak pernah mengatakan sebelumnya tentang ekklesia, sampai Petrus mengeluarkan pengakuan iman yang benar itu. Gereja harus mempunyai pengakuan iman dan pengakuan iman harus berfokus kepada Kristus. Jikalau gereja tidak mengaku Kristus sebagai Tuhan Juruselamat dan berfokus kepada-Nya sebagai sumber kepercayaan, maka gereja itu pada suatu hari harus menutup pintunya sendiri. Bukankah pada saat ini begitu banyak orang mengaku Yesus? Tetapi mengaku Yesus itu sebagai apa? Sebagai pembagi roti? Sebagai pemberi berkatkah? Sumber anugerah? Tabib? Atau satu-satunya Juruselamat yang diutus Allah kedalam dunia?

Pada waktu Petrus mengatakan:”Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Maka kita dapat mengerti hal itu dalam dua pengertian, yaitu : sejarah dan supra sejarah yang difokuskan menjadi satu. Sepanjang sejarah, Kristus adalah yang dinanti-nantikan oleh umat mansuia sepanjang zaman, berarti pada titik kedatangan Kristus, maka apa yang manusia harapkan dari zaman ke zaman sudah konkrit. Titik pada waktu Kristus datang, berkait pula dengan kekekalan. Kristus yang datang ke dalam sejarah adalah Kristus yang berada dalam kekekalan yang melampaui sejarah. Pengharapan ini adalah suatu pengharapan sejati seluruh umat manusia, bukan hanya pengharapan dari bangsa Israel saja. Kekekalan dan kesementaraan hanya mempunyai satu titik kontak yaitu inkarnasi. Kita semua berada di dalam dunia yang bersifat sementara. Allah berada di surga yang bersifat kekal. Agama-agama yang bukan Kristen begitu takut dan gentar kepada Allah, karena mereka mengetahui bahwa  yang sementara tidak mungkin mencapai yang kekal; tetapi yang kekal itu mungkin memberikan kemurahan kepada manusia dan kemurahan itu belum dipastikan, sehingga mereka hanya dapat mengatakan: “Mudah-mudahan dapat tempat yang baik di sisi Tuhan.” Hal ini terjadi karena titik kontak itu tidak ada. Mengakui adanya Allah tidak berarti bahwa manusia pasti menikmati keberadaan-Nya. Tidak mengakui adanya Allah, tidak berarti bahwa manusia bisa meniadakan keberadaan-Nya. Mengakui adanya Allah dengan menikmati keberadaan Allah itu sama sekali berbeda; perbedaannya terletak pada adanya titik kontak antara yang sementara dan yang kekal itu, atau tidak. Kristus berada di titik kontak itu.

Manusia dicipta di tengah-tengah dua wilayah yaitu wilayah yang kelihatan dan wilayah yang tidak kelihatan. Dalam wilayah yang kelihatan, manusia harus menerima segala sesuatu yang meneruskan keberadaannya di dalam alam materi, yang lebih rendah dari pada manusia itu sendiri. Tuhan Yesus berkata:”Manusia hidup bukan hanya bersandarkan roti saja, melainkan kepada setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah.” Wilayah kedua, adalah wilayah yang tidak bisa dilihat oleh manusia. Jadi, Allah mencipta dan menempatkan manusia untuk hidup sekaligus dalam dua dunia yang bersifat berbeda secara kualitas. Orang komunis yang  mengakui keberadaan dunia materi, akhirnya akan hancur sendiri, demikian pula orang-orang yang hanya mengakui dunia spritual seperti penganut-penganut ajaran mistik, akan hidup menjadi schizoprenis, sehingga terlepas dari kebutuhan dan kesaksian sebagai wakil Tuhan di dalam dunia materi. Di dalam dunia materi yang  tercampur dengan dunia spritual ini, mau tidak mau kita harus mengakui terjadinya suatu hubungan yang terputus antara manusia dengan dunia yang tidak kelihatan, yang mengakibatkan putusnya hubungan tersebut adalah dosa, ini tercantum dalam kitab Yesaya 59 : 1,2. Dosa merupakan pemisah antara kita dan Pencipta dan Sumber hidup kita.

Orang bisa menjadi kaya tanpa memiliki sejahtera, orang bisa mempunyai banyak uang tanpa mempunyain pengharapan, orang boleh mempunyai kenikmatan dunia sebanyak mungkin, tapi tidak mempunyai kepuasan hidup, sebab manusia sudah terpisah dari Allah. Manusia berusaha mencari titik kontak antara kesementaraan dan kekekalan, dan mereka mencarinya di dalam diri manusia sendiri, di dalam agama, di dalam nabi-nabi dan pengajar-pengajar, yang akhirnya juga mati dengan sendirinya. Ketidak-mungkinan merajalela sehingga manusia mati dalam kekecewaan, putus asa dan tidak memiliki pengharapan apapun, mereka mati dan tidak tahu ke mana. Tuhan mengasihi manusia dan Tuhan menurunkan satu titik kontak; titik kontak ini bersumber dari atas menuju ke bawah dan mengakibatkan inkarnasi. Inkarnasi berarti: Tuhan menjadi daging; Tuhan yang tidak kelihatan sekarang bisa dilihat; Allah menyatakan diri dalam tubuh dan hidup sebagai  manusia. Inilah fokus dari Kristologi.

Melalui iman, Petrus sudah mencapai pengertian yang jelas tentang pertemuan dua dunia, antara yang kekal dan yang sementara. Inilah kristalisasi iman Kristen yang benar. Kalau kita mempunyai pengenalan Kristologi seperti ini, kita tidak akan terjerumus seperti orang yang tidak mengenal Kristus. Kalau orang lain mengenal Kristus hanya sebagai perubah dari moral, sosiolog yang besar, revolusionis dalam politik, pemimpin agama yang paling jenius, maka semua itu akan menjadi nihil pada akhirnya. Petrus berkata:”You are The Christ, The Son of The Living God.” Istilah are berarti istilah menunjukan kejadian yang terjadi sekarang, nyata, jelas. Maka dengan kedatangan Kristus, kita tidak perlu lagi kembali kepada satu pengharapan yang hari depannya tidak diketahui dengan pasti, yang secara abstrak ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang tidak mengenal Yesus Kristus. Kata “The Son of The Living God“, menunjukan bahwa Yesus berasal dari dunia yang tidak kelihatan, dunia kekekalan dan sekarang Ia ada dan berwujud dalam dunia yang kelihatan, dunia sejarah. Inilah satu berkat yang besar di mana manusia boleh bertemu dengan Tuhan yang begitu prihatin kepada umat manusia.

Sebenarnya sebelum Petrus mengatakan hal itu, ada perkataan yang mirip yang keluar dari mulut seorang yang bernama Simeon kepada Yesus Kristus, kira-kira tiga puluh tahun sebelumnya. Simeon yang saat itu menggendong Yesus Kristus yang masih bayi, berkata: “Ya Allah, lepaskanlah kini hamba-Mu ke dalam damai, karena hari ini dengan mataku sendiri, aku sudah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.” Kalimat itu Agung karena kalimat itu sudah diurapi oleh Roh Kudus dan keluar dari bibir seseorang dengan begitu tepat:”Aku sudah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.”

Keberadaan Kristus dalam sejarah merupakan suatu realisasi dari keselamatan Tuhan Allah yang dikaruniakan kepada manusia. Maka Tuhan Yesus berkata: “Di atas batu karang ini aku akan mendirikan gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Apakah artinya istilah batu karang? Orang-orang Katolik mengatakan bahwa istilah itu dikenakan kepada Petrus. Pengertian semacam ini tidak benar, karena jika itu benar, maka seluruh pemberitaan Kitab Suci harus mengubah arahnya, karena seluruh Kitab Suci tidak pernah menyebut gereja didirikan di atas Petrus, satu ayatpun tidak ada yang menunjang kalimat dari pengakuan iman Katolik tentang hal ini.

Kita Suci mengatakan bahwa gereja didirikan di atas nabi dan rasul, dan bentuk kata yang digunakan adalah bentuk yang jamak, bukan tunggal – nabi-nabi dan rasul-rasul, bukan hanya di atas Petrus. Istilah nabi-nabi dan rasul-rasul, bukan hanya di atas Petrus. Istilah nabi-nabi dan rasul-rasul merupakan istilah yang menerangkan bahwa nabi-nabi mewakili Perjanjian Lama dan rasul-rasul mewakili Perjanjian Baru. Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian Baru itulah fondasi didirikannya gereja. Tapi inipun belum mencapai finalnya, karena Alkitab mengatakan bahwa gereja didirikan di atas Batu Karang yang tidak pernah berubah. Siapakah Dia? Dia Yesus Kristus.**** Gereja didirikan di atas para nabi dan para rasul; berarti bahwa gereja yang benar, berdiri di atas kepercayaan pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru; dan isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru difokuskan kepada Kristus. Tuhan tidak mengatakan bahwa Petruslah satu-satunya yang menjadi fondasi didirikannya gereja; tak pernah. Kita menolak penafsiran demikian, tapi kita menerima kesaksian Kitab Suci yang mengatakan bahwa Petrus adalah nama baru yang diberikan Tuhan Yesus kepadanya. Yesus adalah Kristus di dalam sejarah dan Anak Allah dalam supra-sejarah. Iman menjelajah kedua wilayah, terlepas dari dunia yang kelihatan, kita juga menikmati sekaligus dunia yang tidak kelihatan karena kita berada di dalam Kristus.

Notes
  • * Yeremia adalah seorang nabi yang penuh dengan perasaan cinta kasih kepada orang-orang yang perlu dikasihani dan ia juga penuh dengan kesedihan dan prihatin. Jadi mereka berpendapat bahwa Yesus adalah orang penuh dengan prihatin dan penuh dengan belas kasihan. Di dalam Kitab Suci dicatat ada sepuluh kali Yesus “jatuh hati oleh belas kasihan” (Compassion); Dia sehati dengan mereka yang menangis, dengan mereka yang membutuhkan, dengan mereka yang sedih.
  • ** Saya sangat tertarik dengan pertanyaan ini; karena ada begitu banyak pemuda-pemudi yang belajar Kristologi, belajar tentang Tuhan, tetapi tidak belajar dari Tuhan sendiri melainkan belajar dari orang-orang lain tentang Tuhan. Cara mereka menerangkan tentang Tuhan adalah dengan mengutip kembali Kristus menurut Karl Barth, Emilie Brunner, Rudolf Bultmann, Jurgen Moltmann, Wolfhart Panennberg dsb. Tetapi jika ditanya tentang Kristus dengan pengertian yang mereka pribadi miliki, ternyata mereka melarikan diri dari tanggungjawab tentang apa yang mereka percaya.
  • ***Tukang parkir tidak memperhatikan suara apapun yang masuk ke telinganya selain bunyi mobil yang baru distarter; setiap suara yang masuk ke telinganya, disaringnya; tapi hanya suara mobil yang baru distarter yang membuatnya ber-reaksi untuk menagih uang parkir. Konsep penyarian seperti itulah yang kita sebut sebagai persepsi selektif.

Sumber : Buku seri pembinaan Iman Kristen, Siapakah Kristus? Sifat dan Karya Kristus

 

Artikel Terkait :

  1. Siapakah Kristus?