Alkitab Menjawab Tantangan Tersebut
Apakah Yesus itu seorang keturunan Adam yang akhirnya sadar akan dosa-Nya, lalu berusaha berbuat baik, membersihkan diri, menjadikan diri makin maju dan makin sukses sehingga akhirnya mencapai kesucian seperti apa yang sedang digumuli oleh orang-orang Budha sekarang?
Setelah menyelidiki seluruh Alkitab, saya mendapatkan jawaban negatif. Semua keturunan Adam perlu perubahan, perlu pertobatan, tetapi Yesus Kristus tidak pernah perlu pertobatan. Kalau anda memperhatikan dengan seksama, maka Anda akan menemukan bahwa Yesus tidak pernah mengucapkan kalimat minta maaf.
Yesus tidak pernah mengatakan hal itu, karena tidak perlu bagi Dia, Dia tidak pernah berbuat salah kepada orang lain. Di dalam Kitab Suci tidak ada petunjuk, gejala fenomena, kemungkinan, kebutuhan dan keperluan bagi Yesus untuk mengatakan kalimat itu. Ia membuktikan hal itu dengan perkataan menantang: “Siapa di antara kamu yang dapat membuktikan bahwa Aku berbuat dosa, tunjukan dosa-Ku.” Bagi saya, tantangan itu merupakan tantangan yang paling besar di dalam dunia etika. Sejarah etika manusia yang sudah berlangsung beribu-ribu tahun, belum pernah membuktikan bahwa kalimat itu pernah keluar dari mulut seseorang kecuali Yesus Kristus!
Melihat kebenaran ini, kita tidak dapat memegang pendapat dan tafsiran Suzuki tersebut. Kalau memang tafsiran Suzuki itu benar, maka saya akan menjadi Buddhis dan tidak lagi menjadi orang Kristen. Bukan karena saya orang Kristen, maka saya berpihak kepada Kristen sebagai yang benar, tetapi karena Kristen itu benar, maka saya menjadi orang Kristen. Waktu saya menyelidiki Sokrates, Plato, Aristoteles, Rene Descrates, Kierkegaard, dan semua orang teragung dalam dunia, maka saya menemukan bahwa mereka semua lain jika dibandingkan dengan Kristus. Maka saya mulai meragukan kalimat Suzuki.
Bagaimana saya tahu bahwa Yesus tidak perlu akan proses pertobatan? Waktu Yohanes Pembatis mempertobatkan dan membaptiskan ratusan ribu orang bahkan jutaan orang di zamannya dalam waktu yang singkat, maka saat Yesus dibaptiskan Yohanes bukan karena bertobat! Satu-satunya kasus di mana baptisan itu tidak berhubungan sama sekali dengan pertobatan adalah baptisan air kepada Yesus. Pada waktu Yohanes Pembatis melihat bahwa Yesus datang untuk dibaptiskan, maka ia mengatakan bahwa Yesuslah yang seharusnya membaptiskan dirinya; Yohanes mengatakan hal itu, berlainan dengan adat biasa. Yohanes Pembatis lebih tua enam bulan daripada Yesus dan tidak seharusnya ia mengatakan: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu.” Kalimat itu keluar dari mulut Yohanes, bukan karena basa-basi, mau cari muka, dan bukan karena mau menyenangkan Yesus, tidak. Ia tahu dalam hatinya bahwa Yesus lebih besar darinya; sehingga ia mengatakan :”Melepaskan tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” Itulah satu pengertian Ilahi, untuk menunjukan bahwa manusia yang paling hebat seperti Yohanes Pembaptis, yang dipenuhi Roh Kudus sebelum ia lahir dari rahim ibunya; apabila dibandingkan dengan Yesus yang adalah Allah, maka Yohanes pun tidak layak untuk membuka tali kasut-Nya. Kalimat itu membuktikan keilahian Kristus.
Waktu Yohanes mengatakan kalimat itu, Yesus sendiri menjawab: “Biarlah kita mentaati segala kehendak Allah.” Kalimat ini membuktikan bahwa Yesus dibaptiskan bukan karena pertobatan; Ia dibaptiskan karena hendak menjalankan Taurat (Gal 4:4). Yesus dilahirkan di dalam dua hukum, pertama : hukum genetika, Ia dilahirkan bukan atas persetubuhan antara laki-laki dan perempuan tapi Ia lahir dari rahim perempuan; kedua : Yesus dilahirkan di bawah hukum, berarti Dia harus mewakili seluruh umat manusia mengulang lagi pengujian untuk taat kepada hukum Allah, sehingga menjadi teladan bagi umat manusia. Sebagaimana Adam jatuh dan berontak mewakili manusia yang berdosa, maka Yesus yang menang dan taat mewakili manusia baru dan menjadi teladan bagi Anda dan saya untuk taat kembali kepada Allah.
Apakah hubungan antara baptisan Yesus dan hukum? Sebagai seorang yang akan menjadi Iman bagi umat manusia, hukum Taurat tidak memperbolehkan seseorang menjadi imam, sampai usianya genap 30 tahun. Maka Yesus menunggu sampai berumur 30 tahun, baru Ia tampil untuk melayani sebagai imam. Di sinilah kita melihat bahwa Ia taat kepada hukum Taurat. Seorang imam juga harus diurapi atau dipercikkan air terlebih dahulu yang melambangkan pengudusan, sebelum ia memulai pekerjaannya. Yesus yang sudah kudus harus menjalankan syariat seperti juga orang lain, karena meskipun Dia tidak berdosa, Yesus dilahirkan di bawah Taurat.
Demikian pula Yohanes Pembaptis lahir dari keluarga imam Zakharia, sehingga mewarisi jabatan imam. Semua imam mempunyai pengertian dari Taurat tentang bagaimana menjadi imam; mereka masing-masing harus dibawa dahulu ke Bait Allah, dan di Bait Allah mereka menerima percikan dari atas yang melambangkan Roh Kudus menguduskan dan mengurapi dia untuk melayani Tuhan. Roh Kudus tidak pernah ada di bawah, sehingga manusia perlu dicelupkan ke dalam; tetapi Roh Kudus turun kepada seseorang, sehingga dengan percikan yang melambangkan penyucian dari Roh Kudus itu, manusia disucikan- inilah cara mempersiap-kan seseorang menjadi imam.
Waktu Tuhan Yesus datang kepada Yohanes, Ia menjalankan syariat Taurat itu, dengan demikian Yesus dibaptiskan bukan karena Ia bertobat. Ia tidak berada di dalam proses dari tidak suci menjadi suci; Yesus tidak melewati pertobatan untuk menjadi suci.
Yesus Datang Dari Allah
Yesus bukanlah manusia yang bergumul menuju kepada Allah; tetapi sebaliknya Ia adalah Allah yang sudah datang kepada manusia. Apa yang dikatakan oleh Suzuki yang isinya mengatakan bahwa Yesus mempunyai sifat manusia yang mempunyai pergumulan menjadi sifat Buddha sehingga mencapai Nirwana dan berhak mengatakan bahwa diri-Nya adalah jalan, kebenaran dan hidup, itu adalah omong korong, karena dalam Yoh 16 : 28 Yesus berkata : “Aku datang dari Bapa, masuk ke dalam dunia dan Aku pergi meninggalkan dunia kembali kepada Bapa.” Inilah perbedaan Kristus dengan semua agama; Kristus menyatakan two way traffic, sedangkan semua agama menyatakan one way traffic. Agama-agama yang lain berusaha mengajarkan manusia berbuat baik supaya amal kebaikannya diterima oleh Tuhan. One way traffic adalah: dari manusia berproses supaya menjadi baik, sehingga diterima oleh Allah. Tidak demikian dengan Yesus Kristus; Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Dengan karya keselamatan-Nya, Ia membawa manusia kembali kepada Allah – proses yang disodorkan oleh Suzuki, tidak berlaku kepada Yesus!
Dalam suatu tanya jawab yang sengit di antara mahasiswa di Tung Hai University Taiwan, seorang teolog dari Taiwan yang bernama Chou Lien Hwa; mendapatkan satu pertanyaan dari seorang Profesor filsafat demikian: “Jika di dalam Konfusiusionisme, Buddhisme, Taoisme semua orang bisa menjadi Buddha, manusia sejati dan sebagainya, maka apakah di dalam Kristen semua orang bisa menjadi Kristus?” Sayang sekali, Chou Lien Hwa menjawab bahwa hal itu bisa. Dalam makalahnya yang disusun menjadi buku filsafat di honolulu, Chou Lien Hwa mengutip perkataan Paulus dalam Kitab Filipi yang berbunyi: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”, sebagai alasan di mana manusia kelak akan menjadi Kristus. Pendapat seperti ini sangat keliru dan berlawanan dengan Alkitab dan hal itu adalah sesuatu yang membahayakan kekristenan. Manusia tidak bisa menjadi Kristus.
Kristus yang satu ini, berasal dari manusia yang melatih dirinya sampai sempurna, atau dipilih di antara manusia, atau ditetapkan oleh Allah di dalam kekekalan? Jawaban Alkitab adalah Kristus ditetapkan oleh Allah di dalam kekekalan. Kristus adalah Kristus yang kekal; Kristus adalah Kristus yang dari kekekalan, yang satu-satunya, yang adalah Allah, berinkarnasi menjadi manusia; Dia sekaligus adalah Allah dan manusia, Pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia. Dengan demikian, mau tidak mau kita harus kembali kepada iman Kristen yang mengatakan:”Hanya ada satu Allah dan di antara Allah dan manusia hanya ada satu Pengantara, Pengantara itu adalah Dia yang pernah menjadi manusia.” (1 Tim 2:5).
KESIMPULAN
Pada waktu Perjamuan Suci yang pertama, Yesus memberikan roti kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. Pada waktu Yesus hidup bersama-sama dengan Yohanes selama 3 1/2 tahun, Yohanes rupanya memperhatikan setiap gerak-gerik Yesus, lalu ia memperhatikan cara Yesus bekerja, melakukan mukzizat dan semua yang lain diperhatikannya. Dalam surat 1 Yoh 1 : 1, 2 atas pimpinan Roh Kudus rasul Yohanes menulis demikian :
“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup–itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.” 1 Yoh 1 : 1,2
Yohanes menulis bahwa apa yang dinyatakan Bapa padanya dan rasul-rasul Kristus lainnya adalah Firman hidup yang ada dari “sejak semula”. Firman hidup yang pernah menjadi daging dan darah, telah dilihatnya (melihat dengan memperhatikan dan menunjukan mata dengan sungguh-sungguh, untuk mengerti dan dengan rasa ingin tahu), telah merabanya dengan tangannya. Kita memerlukan mata yang peka, pikiran yang lincah, jangan sampai sudah menjadi orang Kristen selama berpuluh tahun tanpa mengerti apa-apa tentang Tuhan. Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia.
Hidup di dunia adalah hidup yang tidak mungkin dipuaskan kecuali kita mencari kebenaran. Kalau kita mencari kebenaran dan kebenaran itu lebih mengisi kita, maka itu berarti bahwa kebenaran itu pasti lebih besar dari hidup. Waktu kita mencari kebenaran, kita mengira bahwa kita memiliki jalan untuk mengerti kebenaran, tetapi jalan untuk mencari kebenaran, sudah terbukti dalam semua agama adalah hal yang sia-sia. Semua pendiri agama mengaku bahwa mereka belum memperoleh apa-apa, sehingga jalan menuju hidup sebenarnya bukan dimulai dari hidup, bukan dari hidup menuju kebenaran. Waktu kebenaran menyatakan diri manusia kepada Allah, tetapi dari Allah kepada manusia. Maka kaitan antara jalan, kebenaran dan hidup hanya dimengerti dalam Kristus yang adalah Allah Yang Benar, yang memberi jalan dan Allah yang memberi hidup.
Tuhan Yesus mengatakan:”Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Waktu Ia mengatakan kalimat ini, Ia telah mengatakan kalimat yang begitu besar sehingga sekaligus mencakup seluruh alam semesta di dalam pencaharian manusia tentang sistem nilai.
Pencarian manusia tentang sistem nilai, dicari manusia dalam dua bidang besar, yaitu agama dan filsafat. Manusia mau mengenal Allah, kebenaran, dan segala sesuatu hanya melalui dua cara. Cara pertama yaitu memakai hatinya untuk merenungkan, cara kedua yaitu menggunakan otak untuk memikirkan- dan hal ini tak pernah terlepas dari usaha manusia sepanjang sejarah untuk mencari kebenaran.
Agama lebih dalam daripada kebudayaan, kebudayaan lebih dalam daripada filsafat, filsafat lebih dalam daripada ideologi-ideologi politik. Agama yang dalam dan agung semua berasal dari Asia; tetapi mau tidak mau, kita harus mencantumkan satu hal yang penting di dalam Alkitab, yaitu kejatuhan manusia. Influence of the fall.
Setelah manusia jatuh, maka agama dicampuri oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Seolah-olah penemuan ilmiah tidak dicampuri oleh kejatuhan manusia; itu sebab kalau Anda belajar ilmu pengetahuan, hal itu tidak berbahaya jika dibandingkan dengan belajar agama. Agama yang tidak beres bisa mengakibatkan manusia bunuh diri, mengkultuskan individu sehingga akhirnya mengakibatkan kerusakan luar biasa seperti James Jones dan lainnya yang mengajarkan bunuh diri yang katanya untuk Tuhan. Tapi, apakah benar bahwa rasio tidak dicemarkan oleh kejatuhan manusia ke dalam dosa seperti yang dikatakan oleh sebagian orang yang menganut Natural Theology? Apakah benar bahwa kecemaran dosa tidak masuk ke dalam otak? Pada faktanya, penemuan daripada pikiran dan filsafat di Barat akhirnya memberikan kegagalan besar di dalam dunia. Karena apa hal ini terjadi? Karena dengan pikiran dan dengan menemukan prinsip-prinsip ciptaan Allah, manusia mungkin menciptakan bom atom seperti Einstein, tetapi atom itu juga bisa digunakan manusia untuk menghasilkan listrik dan mengusahakan perdamaian di dunia. Jadi, kejatuhan manusia merusak dan mencemari seluruh aspek hidup manusia. Di dalam dunia semacam inilah Tuhan Yesus berkata: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.”
Waktu Yesus berkata:”Akulah jalan…”, Tuhan bermaksud menyatakan kepada manusia agar jangan mengira bahwa agama bisa menyelamatkan; jalan satu-satunya adalah Yesus Kristus yang mati dan hidup bagi Anda, bukan agama. Bukankah semua agama mencari jalan? Tapi bukankah pendiri-pendiri agama akhirnya mati ditengah jalan sebelum mendapatkan jalan itu? Di dalam semua agama, tidak ada seorangpun pendirinya yang mengalami kebangkitan.
Yesus adalah kebenaran. Ia menunjukan kalimat ini ke dunia Barat. Ditengah-tengah dunia, Yesus berkata: Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Di dalam semua sistem filsafat, tidak ada kehidupan, semua filsuf-filsuf yang besar sudah ada di dalam kuburan. Satu-satunya yang menjadi pengharapan manusia adalah Kristus, yang berkata: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun kembali kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Inilah Kristologi, inilah Sifat dan Karya Kristus, yang selama ini belum pernah kita jamah dan belum pernah kita mengerti dengan pengertian yang tuntas. Begitu besar dan begitu agung Kristus; siapakah saya? Saya adalah menusia yang diselamatkan, sehingga bisa diberikan akan jalan menuju kepada hidup yang kekal di dalam Bapa. Sudahkah Anda mengenal Kristus? Kalau sudah, berapa besar cinta Anda kepada Yesus Kristus? Kiranya mulai saat ini kita menundukkan diri di hadapan Tuhan dan kita semua menaklukan diri kepada Raja di atas segala raja.
…
Sumber : Buku seri pembinaan Iman Kristen, Siapakah Kristus? Sifat dan Karya Kristus (Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong).
Artikel Terkait :