Tidak terasa bahwa anak pertama saya sudah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya selama 6 (enam) tahun, karena besok adalah finalisasi dari apa yang ditempuh selama enam tahun ini yaitu melalui Ujian.
Tentu ada sebab jika pemerintah mengubah UN menjadi USM, di mana UN adalah Ujian Nasional sementara USM adalah Ujian Sekolah/Madrasah (saya kira sebelumnya adalah Ujian Saringan Masuk). Walaupun secara prinsip tidak ada perubahan karena hasil dari USM ini akan menjadi parameter dan alat ukur bagi siswa untuk bisa melanjutkan ke jenjang SMP.
Ada rasa optimis dalam diri saya sebagai orang tua karena pada tryout yang diadakan oleh sekolah, anak saya mendapat nilai rata-rata 8 (delapan), namun rasa optimis tersebut hancur berkeping-keping jika melihat syarat masuk sebuah Sekolah Menengah Pertama Negeri yang konon katanya baik di wilayah saya yang rata-rata rata 9 (sembilan). Ditambah lagi embel-embel yang sering disemprotkan orang ke telinga saya bahwa Peserta yang berasal dari Sekolah Dasar Swasta akan lebih sulit bersaing dengan Sekolah Dasar Negeri.
Dalam hati berguman, apakah memang demikian adanya,? karena di jaman saya dulu nilai 9 (sembilan) adalah sangat luar biasa walau memang ada yang mendapatkan nilai sempurna 10 (sepuluh), namun itu jarang sekali. Dan kini nilai seperti itu sudah merupakan hal biasa, nampaknya zaman sudah berubah, anak-anak sekarang mungkin jauh lebih tinggi secara nilai ujian dibandingkan zaman saya doeloe…
Kembali ke situasi anak saya, lalu bagaimana dengan anak saya yang hanya mendapatkan nilai 8 (delapan) walaupun baru try out. Kekhawatiran ini timbul karena adanya pemikiran dalam benak saya bahwa anak saya harus pindah sekolah dari Sekolah Dasar Swasta Ke Sekolah Menengah Pertama Negeri bukan ke Sekolah Menengah Pertama Swasta ditempat yang sama, dengan pemikiran sebagai berikut :
- Sejak Playgroup, Taman Kanak-Kanak, hingga Sekolah Dasar berada si Yayasan Sekolah Swasta yang sama. Hal ini tentu berpengaruh dengan jumlah teman yang dimiliki. Karena jumlah kelas 6 (enam) hanya 2 kelas, dan hal tersebut akan sama jumlahnya dengan Sekolah Menengah Pertama ditempat tersebut. Karena bagi saya pertemanan yang lebih banyak dengan lingkungan yang baru adalah sangat penting untuk pertumbuhan seorang anak.
- Adanya kekhawatiran sang anak akan mengalami kejenuhan dengan posisi dan tempat pendidikan yang sama hampir 8 (delapan) tahun yaitu Playgroup, TK dan SD.
- Dan lain-lain
Beberapa minggu terakhir ini saya memang mencoba melakukan penetrasi, mencari tahu, kekuatan dan situasi perpolitikan dalam dunia pendidikan sekarang ini khususnya di wilayah saya :), dan memang membuat saya tercengang dan bergidik bulu kuduk ini, kenapa? karena banyak hal-hal yang mustahal yang sudah terjadi dan sangat buruk untuk dipercayai… demikian lah informasi-informasi “gosip” yang tidak perlu diyakini kebenarannya… , seperti ini :
- Ada yang mengatakan bahwa sekolah dasar negeri memerintahkan peserta ujian dalam menjawab jangan terlalu tebal, agar nanti pihak sekolah dapat menghapus dan memberi jawaban yang benar. (Alamaaak, saya sampai tepok jidat jika hal ini memang benar-benar terjadi).
- Ada selentingan “oknum terlarang” yang menjamin masuknya seorang anak disekolah-sekolah tertentu asalkan menyediakan sejumlah dana, konon langsung menyebutkan angka. (Saya tepok jidat lagi, kalau memang ada orang tua yang mau mengambil jalan ini).
- Jalur prestasi, entah prestasi apa yang dilakukan anak tetangga sehingga anak tersebut dapat masuk melalui jalur itu demikian guman tetangga dari anak yang masuk sekolah melalui jalur prestasi.
- Protes seorang anak yang juara dengan nilai tertinggi yaitu 26,8 (tiga mata pelajaran) dari sebuah sekolah swasta yang cukup baik (menurut pendapat saya), dikalahkan oleh seorang anak tetangganya yang sekolah di Sekolah Dasar Negeri yang divonis tidak pernah belajar dengan nilai 27,3 (tiga mata pelajaran). (ini juga membuat saya tepok jidat karena saya kenal dengan kedua anak ini).
- Dan banyak lain-lainnya yang tidak perlu saya sebutkan :(.
Memang semuanya itu tidak pernah diketahui oleh anak saya, karena ini hanya buah dari observasi yang saya lakukan dalam rangka memetakan kondisi demi kelanjutan sekolah anak saya yang pelan-pelan dan pasti coba saya arahkan.
Yang selalu saya tanamkan kepada anak-anak saya adalah kejujuran dan kedispilinan, raihlah nilai setinggi mungkin agar lebih mudah dalam memilih sekolah yang diinginkan, tentu hal yang sama juga dilakukan oleh pembaca setia nusahati terhadap anak, saudara atau handai taulan yang akan menempuh ujian esok hari :).
Dalam suatu obrolan antara seorang ayah dan anak,
Nak, “sebentar lagi kamu akan menginjak Sekolah Menegah Pertama (SMP), kira-kira sekolah mana yang akan kamu ambil.?”
Ya, “tetap di sekolah ini lah pah,” jawab sang anak dengan dilanjutkan… setidaknya aku sudah mengenal teman-temanku dengan baik.”
Seandainya kamu tidak lanjut disekolah ini, mana sekolah yang akan kamu pilih, saya gunakan kata “andai” untuk mencoba melihat pemikirannya…
Ya sekolah “ini” (menyebutkan sebuah SMP yang ada di wilayah kami) aja pah, karena disitu ada teman bermainku…
Saya menyimpulkan bahwa, yang menjadi kekhawatiran anak saya adalah menghadapi situasi dan calon teman yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya. Sehingga beberapa hari selanjutnya saya mencoba membuat situasi yang memungkinkan kami berbicara sebagai seorang teman, tentang perlunya mencoba tantangan baru.
Hingga suatu waktu, anak berbicara kepada saya bahwa di sudah memutuskan untuk memilih salah satu SMP negeri yang tidak jauh dari rumah kami. Di sekolah yang dipilih dia tidak memiliki teman.
Besok, hari ke I akan menghadapi ujian Bahasa Indonesia, Hari ke II ujian Matematika dan Hari ke III ujian IPA…. teringat dalam benak saya ketika di zaman saya puluhan tahun yang lalu, ketika di dalam heningnya malam ibu saya berdoa agar anaknya dapat menempuh ujian dengan baik… kini waktu saya berdoa, kiranya semua anak yang akan menempuh ujian esok hari dimampukan seturut kesungguhan yang telah mereka lakukan untuk meraih apa yang diharapkan terkhusus kepada anaku Reyhan Audric Pakpahan… selamat menempuh USM, Tuhan Yesus Memberkati.