Yang rela rendah hati turun, ditinggikan Tuhan. Yang tinggi hati dengan liar, diturunkan Tuhan. Kedua hal ini menjadi teladan, yang satu teladan baik, yaitu Kristus, yang satu teladan buruk, yaitu Iblis. Allah adalah Penetap, Penentu, Penghakim, dan memberikan kita nasib yang terakhir. Jika engkau menjadi orang yang rendah hati, belajar dari Yesus, Tuhan akan meninggikan engkau. Jika engkau meninggikan diri, melawan, merebut kemuliaan, dan berani mau sejajar dengan Tuhan, Tuhan akan menurunkan engkau menjadi setan.
Kita adalah pribadi yang diberi, kita adalah pribadi yang hidup. Allah adalah pribadi yang pada diri-Nya sendiri, dan kita dicipta menurut peta teladan Allah, sehingga setiap kita diberi pribadi oleh Allah. Kita adalah satu pribadi karena dicipta menurut peta teladan Allah. Allah mempunyai pribadi (oknum) pada diri-Nya, kita mempunyai pribadi (oknum) pada diri kita. Bedanya adalah Allah adalah Allah, dari kekal sampai kekal. Sedangkan kita dicipta oleh Allah, kita bukan Allah, kita hanya mempunyai peta teladan seperti Allah, dan kita tidak boleh berambisi menjadi Allah. Orang Kristen, jika dengan rela, taat, dan sudi mengikut Tuhan dan berkata, “Biar kehendak-Mu yang jadi, saya adalah manusia, saya tetap hanya mau menjadi manusia, menjadi manusia yang menolong orang lain, berkorban, dan menyangkal diri,” Yesus akan meninggikan engkau.
Kita sedang belajar dalil penting, yang sombong dan mau menjadi Allah akhirnya menjadi setan. Kristus, Allah yang rela menjadi manusia, Allah bangkitkan Dia, menjadi Raja atas segala raja, Tuhan atas segala yang dipertuhan. Inilah kesuksesan dari Tuhan, berbeda dengan kegagalan yang diizinkan Tuhan. Dalam seluruh alam semesta, ada dua teladan, teladan mengikut Kristus dan teladan mengikut malaikat yang berambisi liar. Dalam sejarah gereja ada dua macam pelayanan. Pelayanan yang belajar seperti Yesus merendahkan diri, berkorban, menyangkal diri, dan menjadi kemuliaan bagi Tuhan, menjadi berkat bagi manusia. Setelah mengikuti teladan yang baik, kita mendapatkan penghargaan diri, evaluasi diri, penilaian diri yang paling bernilai, menghargai diri dan menguatkan diri, dan dihargai Tuhan.
Bagaimana cara manusia menilai dan mengevaluasi diri? Engkau harus mengevaluasi dirimu melalui pandangan Tuhan, bukan pandangan orang lain. Evaluasi dari manusia tidak kekal dan mutlak. Jika melihat dari mata manusia, Yesus tidak ada kelebihan, tidak ada kedudukan politik, tidak ada status politik, tidak ada status ekonomi, tidak ada status pendidikan, dan tidak ada status militer. Tetapi apa yang menjadikan Yesus unik dan lebih tinggi? Alkitab mengatakan, Allah telah mengaruniakan Yesus nama di atas segala nama; Allah memberikan kedudukan tinggi, Yesus disebut Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala yang dipertuhan. Yesus tidak pernah mendapat gelar di luar negeri dan pelajaran yang bermutu di dunia ini. Ia dilahirkan di palungan, dibesarkan di rumah Yusuf, menjadi tukang kayu yang merupakan lapisan masyarakat miskin. Yesus adalah orang yang paling sederhana, tetapi yang memberikan evaluasi bukanlah manusia, yang memberikan evaluasi adalah Tuhan.
Kita harus mempunyai penilaian diri dalam Kerajaan Allah. Penilaian tertinggi adalah dari Tuhan Allah, dan Yesus menjadi orang yang mendapat penilaian tertinggi dari Tuhan Allah. Kita harus menilai diri melalui pandangan Tuhan, melalui anugerah Tuhan, menguji dan mencari kehendak Tuhan dalam pimpinan Roh Kudus. Alkitab berkata jangan sombong, engkau harus menilai diri dengan selalu mencari dan menguji apa itu kehendak Tuhan. Setiap orang mempunyai keunikan sendiri. Jangan minder dikarenakan banyak orang yang lebih pintar, dan jangan sombong dikarenakan ada orang yang lebih bodoh. Yang lebih pintar, engkau mengajar, yang lebih bodoh, engkau belajar.
Dalam Alkitab, tidak ada orang yang diiri dan dihina Yesus. Yesus tidak mengatakan, “Karena engkau pelacur, Aku menghina engkau.” Yesus menghargai setiap manusia, bukan karena profesinya yang salah, bukan karena pendidikannya yang rendah, bukan karena status masyarakatnya yang miskin. Yesus tidak pernah menghina orang miskin, Yesus tidak pernah meremehkan lapisan masyarakat paling bawah. Ketika Yesus lahir, Ia tidak memberikan wahyu kepada raja, tidak memberikan pengertian kepada orang Farisi, tidak memberitahukannya kepada imam. Yang tahu ketika Yesus dilahirkan hanya dua macam orang, yaitu orang majus dan gembala yang miskin di pinggir kota Betlehem. Tuhan tidak memberi tahu Raja Herodes, meskipun kedudukannya tinggi. Tuhan juga tidak memberi tahu Imam Besar, meskipun pimpinan agama. Tetapi Tuhan memberi tahu orang majus bahwa Yesus sudah lahir. Mereka adalah orang kafir, orang yang dihina oleh Israel. Bangsa lain mengetahui Yesus lahir, bangsa sendiri tidak mengetahuinya, karena Allah membenci mereka yang sombong, tetapi Allah menilik orang yang rendah hati. Orang majus dengan rendah hati mau mengetahui kehendak Allah, mau mengetahui pimpinan Allah. Barang siapa mencari dan mau mengetahui kehendak Tuhan, Tuhan menyatakan diri-Nya kepada mereka. Tetapi orang Farisi, Imam Besar yang berada dalam Bait Allah, mereka sombong dan Tuhan melewatkan mereka, tidak memberitahukan apa-apa kepada mereka. Malaikat memberikan wahyu kepada orang yang paling miskin, paling remeh, dan paling hina, yaitu para gembala. Inilah cara Tuhan.
Cara Tuhan dan kehendak Tuhan adalah Tuhan memberi anugerah kepada siapa saja dan tidak ada yang boleh ikut mencampurinya. Tuhan mengatakan, “Aku mengasihani orang yang mau Kukasihani, Aku memberkati orang yang mau Kuberkati.” Tuhan mau memberkati orang miskin dan rendah hati. Orang-orang ini tidak boleh menilai diri kurang karena Tuhan menghargai mereka. Setiap orang dalam masyarakat ada mindernya, ada sombongnya. Kita sombong karena ada keunggulan, kita minder karena ada kegagalan. Tetapi jangan menilai dirimu dari keunggulan dirimu sehingga menjadi sombong. Jangan menghina dirimu dari kegagalanmu sehingga menjadi orang yang meremehkan diri sendiri. Tidak ada orang yang tidak unggul atau gagal, semua mempunyai keunggulan dan kegagalan. Jangan diganggu oleh kesuksesan yang menjadikan arogan, atau menghina diri karena kegagalan, akhirnya mempermalukan Tuhan. Mari menjadi orang yang ditaruh di dalam tangan Tuhan. Keberadaan saya, relasi antara subjek saya dan objek saya, saya letakkan di dalam tangan Tuhan. Biarlah Allah yang menilai saya, mengevaluasi saya, seturut kehendak Allah. Tuhan ingin kita mempunyai kepercayaan diri yang bersandar dan beriman kepada Dia. Jangan beranggapan bahwa engkau tidak berguna, jangan ditipu Iblis. Tuhan memimpin engkau agar dapat memuliakan Tuhan.
Pada masa kini, jika jantung seseorang rusak, jantung tersebut dapat digantikan dengan pencangkokan jantung dari orang yang rela menyerahkan organ tubuhnya untuk menolong orang lain. Cangkok jantung pertama kali dilakukan bukan di Amerika, Rusia, Jerman, Prancis, Inggris, atau Jepang, negara-negara yang mempunyai kemajuan mutakhir dan paling modern dalam dunia medis. Tuhan menetapkan pencangkokan jantung pertama kali terjadi di Afrika Selatan, tempat yang tidak pintar dan maju, tetapi Tuhan mengizinkan mereka mencangkok jantung pertama kali. Ketika pencangkokan jantung pertama kali berhasil, seluruh dunia kagum, ternyata di Afrika ada orang pintar. Jika jantung sudah dicangkok harus dijahit lagi. Ketika akan dijahit, Dr. Bernard yang melakukan pencangkokan itu, tangannya goyang kurang stabil sehingga tidak dapat menjahit dengan baik. Tetapi seorang Afrika, yang tidak pernah belajar kedokteran, di bawah asistensi dokter yang pintar, menjahitnya sehingga pasien itu tidak mati. Hal ini sebetulnya tidak boleh, karena menurut konstitusi, orang kulit hitam tidak boleh bekerja di rumah sakit orang kulit putih dan mengurus urusan medis. Tetapi Dr. Bernard tidak ada cara lain kecuali dia rela rendah hati, memanggil orang kulit hitam yang tangannya stabil untuk menjahit jantung yang dicangkok itu. Hal ini tidak diketahui oleh orang lain sampai belasan tahun kemudian, hari rahasia ini dibongkar dan seluruh dunia heboh. Orang Afrika mempunyai kontribusi yang besar dalam pencangkokan jantung, bukan karena pengetahuannya pintar tetapi karena tangannya stabil. Ketika sudah diketahui, seluruh dunia menilai orang kulit hitam berbeda. Tidak lama kemudian, Nelson Mandela mendapat kemenangan menjadi presiden Afrika Selatan, sehingga kedudukan orang kulit hitam sama dengan orang kulit putih di negara itu.
Jangan minder karena pendidikan yang kurang dan terlihat tidak bisa apa-apa. Tuhan mencipta, Tuhan memelihara, dan memberikan potensi di dalam dirimu, yang mungkin tidak ada pada orang lain. Setiap orang Kristen berdoa kepada Tuhan, meminta kepercayaan diri, penilaian diri yang sesuai kehendak Tuhan, sehingga tidak arogan dan tidak minder; tidak sombong sampai merebut kemuliaan Tuhan, tetapi juga jangan rendah diri dan menghina diri sampai diperalat Iblis. Saya yakin karena saya percaya dan bersandar kepada Tuhan di mana saya harus menjadi serupa Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian saya belajar untuk menilai diri saya seturut cara pandang Tuhan. Saya belajar terus bertumbuh dan berusaha untuk menjadikan diri saya mampu melakukan pekerjaan baik demi kemuliaan Kristus.
Marilah kita belajar menjadi orang yang menilai diri dengan anugerah Tuhan. Jangan menghina diri, jangan arogan dan meninggikan diri. Tuhan memberkati kita menjadi orang yang beriman sesuai kehendak Tuhan. Amin.