Alkitab menyatakan bahwa kemarahan dari sorga nyata atas orang yang tidak benar dan lalim. Yang tidak benar berarti yang hidup dalam dosa, dan tidak ada keadilan terhadap sesama. Yang lalim berarti yang tidak beribadah dan tidak mempunyai perasaan takut akan Tuhan. Inilah orang yang paling celaka. Orang yang tidak takut Tuhan dan tidak ada belas kasihan kepada manusia dapat bertindak seperti binatang liar dan buas. Orang yang hidup untuk uang, seks, dan hanya untuk menyenangkan diri adalah orang yang tidak bernilai sama sekali. Orang yang cantik, ganteng, kaya, sehat, semua adalah anugerah Tuhan, bukan untuk dilecehkan atau dipermainkan. Murka Allah turun atas orang lalim dan yang tidak benar.
Ayat ini kemudian dilanjutkan dengan kalimat, “Sebab apa yang tidak tampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” Tuhan menyatakan diri kepada manusia melalui dua unsur. Satu unsur diletakkan di luar manusia dan satu unsur lagi diletakkan di dalam hati manusia. Dengan demikian, selain makhluk yang disebut manusia, tidak ada makhluk lain, tidak ada binatang yang mempunyai perasaan dan berespons terhadap kedua konfirmasi ini. Konfirmasi pertama, di luar diri, yaitu alam semesta; dan konfirmasi kedua, di dalam diri, yaitu hati nurani (intuisi). Inilah cara Tuhan mengajar, yang berbeda dari semua dosen dan profesor yang mengajar teori secara akademis. Tuhan memberikan konfirmasi yang engkau tidak bisa berdalih, tidak mungkin disangkal, tidak boleh ditolak, tidak boleh dipungkiri oleh manusia. Engkau harus menerima fakta dan harus mau sungguh-sungguh berhadapan dengan fakta yang ada. Dengan alam semesta di luar dan hati nurani di dalam, sebenarnya manusia sudah dijepit oleh pernyataan ciptaan Tuhan yang begitu sempurna di luar dan hati nurani yang menegur di dalam, sehingga kita tidak bisa lari dan tidak ada jalan melepaskan diri. Inilah kebenaran yang seharusnya saya terima dan saya taati.
Dunia di luar bersaksi bagi kebenaran dan hati nurani bersaksi di dalam hati. Inilah suara yang Tuhan pakai untuk memberi konfirmasi kebenaran kepada manusia. Dan kebenaran yang paling dasar di dalam alam semesta adalah bahwa Allah ada. Allah betul-betul ada. Orang atheis membohongi diri, menutup hati nurani, dan berusaha memberikan interpretasi palsu untuk membuat penyelewengan pengertian manusia tentang Allah. Mereka mengatakan bahwa tidak ada Allah, ini tidak jujur. Mereka tidak mau mengatakan secara lengkap, “Tidak ada Allah, karena itu saya boleh berdosa sewenang-wenang.” Orang atheis memiliki motivasi pertama tidak mau bertanggung jawab di hadapan Tuhan Allah yang akan menghakimi dosanya. Motivasi utama yang paling dasar adalah mereka takut Allah, karena mereka sudah berdosa dan mau melarikan diri. Ketika Adam sudah jatuh ke dalam dosa, maka pertanyaan pertama Tuhan kepada Adam adalah, “Adam, di manakah engkau?” Adam menjawab, “Aku berjalan di taman, tetapi mendengar suara-Mu aku menjadi takut, maka aku menyembunyikan diri.” Istilah “takut” dan “menyembunyikan diri” pertama kali muncul di dalam Kejadian 3. Manusia mulai takut akibat dosa. Karena manusia sudah berbuat dosa, sehingga ia tidak bisa normal lagi. Orang yang sudah berdosa, tingkah lakunya lambat laun akan ketahuan. Kita jangan main-main dengan dosa. Alkitab menyatakan bahwa orang bebal mengatakan tidak ada Tuhan. Atheis mulai juga dengan kalimat yang sama. Mulai dengan kalimat itu karena manusia sudah berdosa tetapi tidak mau bertanggung jawab. Mulai dari perasaan tenang akhirnya menjadi takut, lebih baik Allah tidak ada.
Kalimat pernyataan yang lengkap tertulis dalam buku The Brothers Karamazov, karya Fyodor Dostoevsky. Dia menuliskan, “Jika Allah tidak ada, aku dapat melakukan apa saja.” Ini adalah kalimat lengkap dari perkataan atheis yang menyatakan Allah tidak ada. Anak sekolah theologi jangan hanya mementingkan akademis, mementingkan gelar saja, melainkan harus juga mementingkan realitas hidup yang mengubah engkau lebih takut kepada Tuhan, lebih cinta kepada manusia, lebih mengasihi kebenaran, dan lebih memperdalam kesadaran pengertian kebenaran yang hidup.
Beda sekali orang yang menghidupi kebenaran dari mereka yang hanya menghafal dari lembar tulisan saja. Demikian juga pedagang, orang yang berdagang dengan motivasi sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, berbeda sama sekali dengan orang yang dagang hanya mau untung uang saja. Cara berkhotbah lain; cara berdagang lain; cara belajar theologi juga lain. Jika engkau masuk sekolah theologi hanya untuk mencari gelar supaya bisa sombong
menjadi pendeta, berdiri di mimbar, celakalah engkau, karena orang seperti itu bukan orang yang diinginkan Tuhan. Orang yang diinginkan Tuhan adalah orang yang mengalami hidup, lalu melintasi kebenaran, dan sesudah memerasnya di dalam hatinya, menjadi keharuman dari bunga yang sudah dihancurkan dan dipancarkan keluar. Bunga yang kelihatan indah, jika engkau hancurkan, baru dapat merasakan keharuman yang ada di dalam bunga tersebut. Hidup manusia yang belum pernah diperas, tidak pernah ditindas, dan tidak pernah diuji, tidak ada keharuman hidupnya, hanya seperti foto saja, terlihat bagus.
Tuhan memberikan kebenaran di dalam hatimu, tetapi engkau tindas. Engkau menindas, mengabaikan, menginjak, menyangkal, dan menolak, sehingga murka Tuhan akan nyata kepada dirimu yang tidak benar dan lalim, karena tentang Allah sudah dinyatakan kepada mereka melalui dua hal, yaitu alam semesta yang diciptakan dan hati nurani di hati mereka, sehingga mereka tidak dapat berdalih.
Saya tidak mengetahui berapa banyak orang yang dapat mengerti ayat ini, tetapi ada seorang filsuf besar, yaitu Immanuel Kant, yang sangat mengerti ayat ini. Immanuel Kant dilahirkan dan dibesarkan di Königsberg, Prusia. Immanuel Kant bersekolah di Königsberg, lulus di Königsberg, mengajar di Königsberg, mulai dari assistant professor menjadi associate professor, lalu menjadi profesor penuh di kota itu. Sampai mati ia tidak pernah keluar dari kota itu. Yang paling jauh dia melintasi dunia adalah berjalan kaki 10 km untuk olahraga. Setiap sore pukul tiga, ia mulai berjalan keluar pintu rumahnya,
mengelilingi daerah rumahnya, melewati jalan yang sama setiap hari, lalu kembali ke rumahnya. Ia pergi tepat pada jam yang sama setiap hari, berjalan dengan kecepatan yang selalu sama, melewati jalan yang sama, dan kembali tepat pada jam yang sama. Akhirnya orang ini menjadi legenda, di setiap tempat ibu-ibu tahu sekarang jam berapa ketika Immanuel Kant lewat, sehingga bisa dipakai untuk mencocokkan arloji atau jam di rumah mereka.
Setelah Immanuel Kant wafat, mereka yang kagum dengan filsafatnya menaruh satu batu nisan di depan kuburannya. Di atasnya ditulis Immanuel Kant, tahun berapa lahir, tahun berapa mati, dan ada kalimat Immanuel Kant, “Dua hal yang makin bikin saya gentar dan takut, yaitu, pertama, bintang yang gemerlapan di atas langit. Kedua, suara hati nurani yang terus menegur saya di dalam dada saya.” Saya ingin sekali berdiri di depan kuburan Immanuel Kant, lalu merenungkan dia sebagai filsuf, bagaimana mengerti Kitab Suci, karena sepertinya dia tidak begitu dekat dengan kekristenan, melihat bagaimana dia memakai istilah lain untuk mengganti Kristus, mengganti Tuhan Allah. Sebagaimana Hegel memakai “yang mutlak absolut” untuk mengganti Allah, dia memakai “summum bonum” untuk mengganti Allah.
Namun, di balik semua itu, dia mengerti ayat yang tadi dikatakan lebih dari siapa pun di seluruh sejarah. Dia mengerti Allah menyatakan kuasa Ilahi-Nya dan sifat kekekalan-Nya melalui ciptaan-Nya dan suara hati nurani. Inilah sebabnya kebenaran ini disebut kebenaran primitif, kebenaran dasar, kebenaran permulaan, kebenaran dari wahyu umum, kebenaran natural, yang ditekan oleh manusia. Itu sebabnya tidak ada alasan untuk orang mengatakan tidak bisa percaya karena Tuhan tidak memberikan iman. Tuhan mengatakan, “Aku telah memberikan itu, di dalam permulaan yang paling awal, dan iman natural yang ditanam di dalam hatimu. Engkau tahu Aku ada.”
Jika engkau meninggalkan kotamu, pergi ke sebuah bukit yang terbuka lalu menggunakan teleskop melihat bintang-bintang, engkau seharusnya sadar bahwa tidak mungkin ada orang yang membuatnya lalu menaruhnya di situ. Tidak mungkin ibumu, kakekmu, atau nenekmu menciptakan semua planet lalu memasangnya di situ, kecuali Tuhan Allah. Hanya tangan Tuhan Allah yang menciptakan, yang mengatur, sampai hari ini membuat semua rotasinya teratur di dalam prinsip yang begitu ketat. Itu semua hanya bisa terjadi karena kebijaksanaan, kuasa, dan sifat kekal Ilahi yang menjadikan itu. Engkau kemudian hanya mampu mengatakan, “Betapa agungnya Engkau, ya Allah. Aku tidak dapat tidak mengakui, dan aku harus mengatakan: Engkau ada! Engkaulah Tuhan Allahku.” Inilah yang dicatat dalam Kitab Suci. Iman telah ada, dan Tuhan meletakkannya di dalam batin kita sejak kita lahir. Engkau membawa seekor singa, suruh lihat, paksa lihat. Sesudah lihat, ia tidak mungkin mengerti apa maksudnya ciptaan Tuhan, tata surya, tatanan seluruh konstelasi bintang. Ia tidak ada perasaan apa pun, hatinya tidak ada saksi yang menyadarkan dia, karena dia adalah binatang, dia bukan manusia. Engkau adalah manusia, sehingga engkau dapat mendengarkan firman, mengerti maknanya, karena Tuhan menciptakan engkau menurut peta teladan-Nya. Amin.
…
Sumber : https://www.buletinpillar.org/pdf/fisik/pillar-211-202102.pdf