Di Indonesia, separuh orang Kristen salah percaya, bukan percaya kepada Allah yang sejati, karena ada yang disebut hamba Tuhan , tetapi memberitakan tuhan yang palsu. Ada orang yang beranggapan ini Allah, itu Roh Kudus, ini adalah iman Kristen, lalu mereka percaya seumur hidup. Suatu hari ketika mereka berjumpa dengan Tuhan, Tuhan akan mengatakan, “Aku selamanya tidak kenal engkau. Enyah lah dari pada-Ku, engkau pembuat kejahatan.” Tetapi mereka akan menyanggah,“Bukankah aku mengusir setan demi namaMu, mengadakan mujizat demi nama-Mu, menyembuhkan penyakit demi nama-Mu, dan bernubuat demi nama-Mu?” Tuhan berkata, “Selamanya engkau tidak kenal Aku, dan selamanya Aku juga tidak kenal kamu.” Mereka merasa mempunyai Tuhan dan sudah mengenal Tuhan, tetapi Tuhan tidak pernah mengenal mereka. Mereka adalah orang Kristen yang palsu, mereka adalah gereja yang palsu, mereka adalah pendeta yang palsu, dan mereka adalah orang beriman yang palsu. Di dalam Matius 7 dengan jelas dikatakan, “Begitu banyak orang akan berseru, ‘Tuhan! Tuhan!’ Tetapi Tuhan Yesus mengatakan, ‘Jangan sebut Aku Tuhan, karena selamanya Aku tidak pernah mengenal kalian.’” Betapa kasihan orang-orang seperti ini. Objek iman menentukan nilai iman kita. Objek yang salah tidak mungkin berubah menjadi benar dengan iman kita yang sebesar apa pun. Iman sebesar apa pun tidak mungkin mengubah allah yang salah menjadi Allah yang sejati. Oleh karena itu, kita harus dengan jelas mengetahui mengapa doktrin dan kebenaran itu sangat penting. Kebenaran adalah otoritas tertinggi dan kebenaran mutlak tidak pernah berubah. Hanya Allah sejati yang adalah Allah yang sungguh benar. Kebenaran Tuhan ini sangat penting, maka orang yang suka mendengar firman Tuhan adalah orang yang sangat diberkati. Orang yang bisa mendengar dan masuk ke dalam kebenaran firman Tuhan adalah orang yang mendapat berkat yang besar dari Tuhan. Hari ini banyak orang yang imannya sangat tidak baik, karena mereka selamanya tidak mendengarkan firman Tuhan dengan baik, tidak mendengarkan firman Tuhan dengan saksama. Ketika sedang mendengarkan firman Tuhan, mereka menengok ke kiri dan ke kanan, mencoba melihat wanita mana yang cantik, atau bermain gawai, atau sambil memikirkan usahanya. Hanya orang yang mendengarkan firman Tuhan yang sejati dengan jelas yang akan mempunyai iman yang sejati.
Kita harus waspada, berapa banyak bobot firman Tuhan didalam hati kita. Hanya kebenaran Tuhan yang bisa membangun iman yang sejati, karena iman datang dari pendengaran akan firman Tuhan (Rm. 10:9-10). Di dalam Injil Yohanes 17:7, Tuhan Yesus mengatakan, “Bapa, kuduskanlah mereka dalam kebenaran-Mu. Firman-Mu adalah kebenaran, dan kebenaran-Mu yang sejati menyucikan orang, dan membangun iman yang sejati, membuat mereka setia. Jika Aku memberitakan firman-Mu kepada mereka, biarlah iman dan firmanMu ada dalam hati mereka.” Kita adalah anak Tuhan, yaitu orang-orang yang percaya kepada Allah yang sejati dengan iman yang sejati, yaitu iman yang dibangun di atas kebenaran yang sejati. Dengan demikian barulah kita percaya kepada Allah yang sejati.
Allah yang engkau percaya apakah sama dengan Allah yang menyatakan diri di dalam Alkitab? Saudara bertanya, bagaimana saya bisa tahu? Saudara harus menanyakan firman yang seperti apakah yang engkau dengar, siapa yang berkhotbah kepadamu, dan bagaimana sikap pengkhotbah itu di hadapan firman Tuhan. Ada orang berkata kepada saya bahwa anaknya sekolah theologi. Tetapi ketika ia memberi tahu saya nama sekolah theologinya, ternyata itu bukanlah sekolah theologi yang baik. Ketika saya beri tahu, ia marah dan menganggap bahwa saya begitu sombong menghina sekolah theologi, karena bagi dia semua sekolah theologi sama, mengajarkan firman Tuhan. Saya berkata, “Kalau sekolah theologi mengajarkan seseorang bukan untuk mengerti Alkitab, itu bukan mengajarkan firman Tuhan. Pengajaran yang tidak sungguh-sungguh mengerti isi hati dan kehendak Allah dalam Alkitab, maka yang dia sampaikan bukanlah kebenaran yang sejati.” Saya anjurkan anaknya keluar dari sekolah theologi tersebut, tetapi dia keberatan. Saya mengatakan, “Engkau telah masuk ke dalam sekolah yang salah, dan gurumu adalah guru yang salah. Makin dia melanjutkan sekolah di situ, maka makin berakar pemikiran yang salah itu, dan ia akan makin menentang kebenaran.”
Mengapa Tuhan menolak orang Yahudi dan orang Farisi? Bukankah mereka adalah orang-orang yang mengaku meneliti Alkitab? Bukankah mereka adalah orang-orang yang begitu fasih memperkatakan kitab Taurat? Kita melihat fakta bahwa ternyata ketika Tuhan dari Taurat itu datang ke dalam dunia, mereka bukan menyambut-Nya, tetapi justru menyalibkan Dia. Itu berarti bahwa mereka bukan orang yang sungguh-sungguh menuntut kebenaran. Mereka telah mempunyai iman yang salah. Mereka mengira bahwa yang mereka miliki sudah pasti benar. Mereka mementingkan diri dan pikiran mereka sendiri, mementingkan pemikiran mereka yang salah itu. Maka sesuatu yang sudah salah, lalu makin dipercaya, makin diimani, akhirnya makin salah. Mereka mencurahkan semua hidup mereka, harta mereka, dan akhirnya binasa. Yesus mengatakan, “Kalian orang Yahudi telah mengelilingi seluruh dunia, menarik orang masuk ke dalam agamamu, tetapi akhirnya orang itu menjadi anak-anak neraka.” Inikah yang disebut sebagai penginjilan? Banyak penginjilan yang salah kelihatan seperti dengan aktif mengabarkan firman Tuhan, membawa orang ke gereja, mengajar mereka menjadi orang beriman. Dan orang itu makin beriman, tetapi bukan beriman pada kebenaran sejati, akhirnya makin mendalam iman mereka, makin salah, makin meninggalkan kebenaran, dan akhirnya binasa.
Di seluruh dunia pada hari ini, orang yang paling berani membunuh manusia yang lain adalah orang yang menganggap diri paling percaya kepada Tuhan. Sebelum membunuh seseorang, mereka akan mengatakan Allah Mahabesar, lalu membunuh. Hal-hal keji seperti ini terjadi karena allah mereka bukan Allah dalam Kitab Suci, bukan Allah yang sejati, tetapi allah yang salah dalam konsep pemikiran mereka. Apakah mereka mempunyai iman? Ada. Apakah mereka mempunyai iman yang sangat mendalam? Iya. Apakah imannya sangat teguh? Iya. Mereka dengan iman yang paling mendalam, paling kuat, dan paling keras, percaya kepada satu objek yang salah. Akibatnya, mereka melakukan pekerjaan dan perbuatan yang tidak sesuai dengan sifat Allah yang sejati, Allah yang di dalam Kitab Suci.
Saya telah mengundang theolog-theolog besar dunia untuk membicarakan theologi , tetapi Saudara tidak mau hadir. Jemaat yang ikut kebaktian GRII Pusat sekitar tiga ribu orang, tetapi yang ikut seminar hanya seratusan orang. Banyak yang beralasan tidak punya waktu, sangat sibuk. Banyak orang sibuk, dan sibuk, dan sibuk terus sampai akhirnya masuk neraka. Apa yang tidak harus Saudara sibukkan, justru Saudara sibukkan. Yang harus Saudara dengar, tidak Saudara dengar; yang tidak harus Saudara dengar, Saudara justru senantiasa dengar. Buku yang harus Saudara baca, Saudara tidak baca; bacaan yang Saudara baca adalah yang semestinya Saudara tidak baca. Sampai kapan Saudara seperti itu? Jika Saudara tidak mengoreksi iman, jika kebenaran yang Saudara kenal tidak kembali kepada Alkitab, selamanya Saudara akan berada di dalam kekosongan. Mengapa gereja ini disebut gereja Reformed? Karena ketika Martin Luther dan John Calvin mengadakan Reformasi gereja, mereka mau membawa orang Kristen di seluruh dunia kembali kepada Alkitab. Ketika Calvin masih hidup dan tubuhnya sangat lemah, setiap minggu ia berkhotbah lima hari. Ketika sakit keras, ia masih tetap mengabarkan firman Tuhan, karena ia mengatakan, “Ketika saya masih hidup, saya dengan sekuat tenaga mau memberitakan firman Tuhan, sehingga orang Kristen mengerti akan kebenaran sejati, supaya mereka tidak menyimpang dalam jalannya.”
Selama delapan belas tahun, setiap minggu saya berkhotbah tujuh kali, mengelilingi lima kota (Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong , Taipei), terbang ribuan kilometer setiap minggu. Apakah saya orang gila? Pengusaha yang mendapat keuntungan besar hanya jalan satu dua kali saja sudah merasa letih. Setiap Minggu pagi saya khotbah dua kali di Jakarta, lalu melanjutkan dua kali Minggu sore khotbah di Singapura; setiap hari Minggu berkhotbah empat kali. Lalu Senin terbang ke Kuala Lumpur, Selasa terbang ke Hong Kong, Rabu terbang ke Taipei, dan Kamis kembali lagi ke Jakarta, Jumat rapat di sekolah theologi, Sabtu ada masterclass, hari Minggu khotbah lagi. Hal ini berjalan sepanjang delapan belas tahun. Sekarang saya tidak lagi pergi ke Kuala Lumpur, Hong Kong, dan Taipei, hanya sisa Jakarta dan Singapura, karena di kedua tempat ini bukan eksposisi tetapi Ibadah Minggu gereja. Saya mau menggembalakan dengan baik kedua kota ini. Sampai suatu saat ketika kesehatan saya tidak memungkinkan lagi, dan Allah mau memanggil saya kembali, saya akan mengakhiri pelayanan saya. Yang paling saya pentingkan adalah Saudara mempunyai iman yang sejati kepada Allah yang sejati, mempunyai iman terhadap kebenaran, dan Saudara mendapat jaminan akan kehidupan yang kekal. Kiranya Tuhan memberkati kita.
Amin.
Sumber : https://www.buletinpillar.org/pdf/fisik/pillar-209-202012.pdf