Dalam 1 Yohanes 3:16 tertulis, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.” Karena Yesus menyerahkan nyawa-Nya menggantikan kita, maka kita dapat mengerti apa artinya cinta kasih. Karena Kristus menyerahkan nyawa-Nya menggantikan kita, maka kita mengenal dan mengetahui apa artinya cinta kasih. Selanjutnya, kita juga harus belajar seperti Kristus, rela menyerahkan nyawa kita untuk menggantikan orang lain. Di antara semua buku yang jumlahnya ratusan juta di seluruh dunia ini, tidak ada satu buku pun yang menulis kalimat seperti ini.
Karena Kristus menyerahkan nyawa-Nya menggantikan kita, maka kita dapat mengetahui apa arti kasih. Bagaimana caranya belajar tentang kasih? Belajar dari salib. Bagaimana caranya mengerti kasih? Mengerti dari pengorbanan Yesus di salib. Bagaimana belajar kasih? Belajar bagaimana Yesus menyerahkan diri-Nya, bagaimana Yesus menyangkal diri-Nya, menyerahkan nyawa-Nya, mati untuk menggantikan orang lain. Belajar dari Yesus, maka engkau akan mengerti arti kasih dan itulah kasih yang sejati. Ketika kita mengetahui apa sebenarnya arti cinta kasih, maka kita juga akan belajar berkorban dan menyangkal diri.
Banyak orang yang berkata “cinta”, sebenarnya semua omong kosong. Engkau cinta ayam tetapi engkau bunuh ayam. Engkau cinta kepiting tetapi engkau bunuh kepiting, karena engkau suka makan dagingnya. Itu cinta yang mengorbankan yang lain untuk faedah diri sendiri. Tetapi dalam Alkitab, cinta yang sejati mengorbankan diri sendiri untuk menggenapi orang lain. Karena Tuhan mengasihi dunia, maka Tuhan mengirim Anak-Nya untuk mati di atas kayu salib. Karena Tuhan mengasihi orang berdosa, maka Tuhan mengorbankan Yesus mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan kita. Cinta adalah mengorbankan diri, menyerahkan diri, dan menyangkal diri untuk menggenapi orang lain. Jika engkau mencintai istrimu, apa yang kaukorbankan bagi dia? Jika engkau mencintai suamimu, apa yang kauserahkan bagi dia? Jika engkau mencintai ayahmu, ibumu, pendetamu, gerejamu, dan sesamamu, apa yang kaukorbankan untuk mereka? Cinta bukan memperoleh, cinta bukan saya senang, saya merampas, cinta bukan saya menginginkan dan mendapatkan, memaksakan kehendak saya. Itu bukan cinta, itu keinginan, nafsu, dan ambisi yang egois dan mementingkan diri sendiri.
Cinta sejati melawan egoisme. Egoisme adalah musuh cinta. Egoisme adalah musuh kekristenan. Hanya mementingkan diri sendiri adalah musuh dan seteru dari iman Kristen. Iman Kristen belajar akan cinta, belajar cinta dari teladan Yesus yang menyerahkan diri di atas kayu salib, mengorbankan diri, mengalirkan darah, dan mati untuk menanggung dosa kita. Maka barang siapa yang belajar cinta dengan mencontoh Tuhan Yesus, mengerti cinta dengan mengorbankan diri dan rela mengorbankan diri, maka itulah orang yang mengerti apa arti cinta.
“Yohanes disebut rasul kasih karena ketika tua, ia penuh dengan kasih, kesabaran, dan kelembutan yang tidak ada pada orang lain. Ketika Yohanes mengikut Tuhan Yesus, ia mengalami perubahan. Saya tidak tahu bagaimana sikapmu sebelum engkau mengikut Tuhan, bagaimana sifat-sifatmu sebelum engkau menjadi orang Kristen, perubahan apa yang telah engkau alami selama engkau menjadi orang Kristen.”
Hari ini, jika ada di antara Saudara yang belum mengenal Tuhan Yesus, saya berdoa dan mengundang engkau datang kepada Tuhan. Bukalah hatimu, menerima Yesus yang mati di atas kayu salib untuk masuk ke dalam hidupmu, menjadi Juruselamatmu, menjadi Tuhanmu. Ia akan mengampuni dosamu, memberikan hidup yang baru kepada engkau. Yesus adalah Tuhan yang sudah mati dan bangkit kembali, menjadi penguasa seluruh dunia. Tuhan mencintai umat manusia, dan saya melihat khususnya Tuhan sangat mengasihi Indonesia. Tetapi jangan lupa, tidak ada satu zaman yang tidak ada kejahatan. Tidak ada satu negara yang tidak ada kesulitan. Sejarah ada di dalam tangan Tuhan, Tuhan memimpin sejarah, kadang-kadang melalui ketenangan dan perdamaian, kadang-kadang Tuhan mengizinkan kekacauan, peperangan, dan kesulitan. Tetapi akhirnya Tuhan akan menguasai. Tuhan juga campur tangan dalam sejarah Indonesia. Perang Dunia I, mengapa dapat selesai? Perang Dunia II, mengapa dapat selesai? Karena Tuhan yang campur tangan. Tuhan campur tangan dengan membawa orang Yahudi yang dianiaya di Jerman pindah ke Amerika, dan akhirnya Amerika yang lebih dahulu membuat bom atom, bukan Jerman. Setelah Amerika membuat bom atom, kenakalan Jepang, Jerman, dan Italia akhirnya terkendali. Tuhan adalah Tuhan yang sangat kasihan pada manusia, meskipun banyak manusia yang memberontak, banyak manusia yang kurang ajar pada Tuhan. Ketika Tuhan membiarkan situasi dapat dikendalikan, itu bukan karena kepintaran manusia.
Dalam Perang Dunia II, satu-satunya negara yang mengerti bagaimana membuat bom atom hanyalah Jerman. Tetapi Tuhan tidak mengizinkan Jerman membuat bom atom, Tuhan mengizinkan Amerika yang membuat bom atom. Amerika membuat bom atom melalui Oppenheimer dan Einstein, di mana mereka adalah orang Jerman yang harus pindah ke Amerika. Tangan Tuhan yang membuat mereka pindah. Tidak ada manusia yang dapat melawan campur tangan Tuhan dalam dunia ini, hanya Tuhan penguasa tertinggi! Hanya Tuhan penguasa terakhir! Tidak ada seorang pun yang dapat melawan Tuhan.
Jika Tuhan membiarkan dunia mati dan kacau, tidak ada orang yang dapat menolong dunia yang jahat ini. Tetapi jika Tuhan mau menguasai, mau menghambat, dan mau menahan, tidak ada orang jahat yang dapat sukses semaunya sendiri, karena Tuhan adalah Sang Penguasa. Tuhan adalah pemimpin seluruh umat manusia dan Tuhan mencintai manusia. Cinta Tuhan dinyatakan di atas kayu salib dengan Yesus yang mati menggantikan kita, Yesus yang membawa kita kembali kepada Tuhan. Cinta seperti ini yang menggerakkan engkau, menggerakkan saya dan kita semua. Biarlah kita mencontoh dan meneladani Yesus yang menyerahkan diri-Nya, mengorbankan jiwa-Nya untuk menggenapi orang lain. Ia satu-satunya teladan, satu-satunya Juruselamat, satu-satunya Mediator antara Allah dan manusia. Tuhan memberkati kita. Amin.
Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-23-kasih-3