Sebelumnya…

Kita bersyukur kepada Tuhan karena Kristus yang dikutuk, memberi berkat; Kristus yang mati, memberi hidup; Kristus yang diikat dan dibelenggu, memberi kebebasan; Kristus yang dilecehkan dan dipermalukan, dipermuliakan. Jika tidak ada kematian Kristus, tidak ada kebangkitan Kristus. Jika tidak ada sengsara Kristus, tidak ada kemuliaan. Jika Kristus tidak turun dari sorga, Dia tidak diangkat tinggi. Jika Dia tidak dibuang, tidak ada penerimaan. Ini paradoks yang Alkitab ajarkan. Kristus adalah paradoks terbesar di seluruh sejarah umat manusia. Kristus sekalipun direndahkan, dilecehkan, Ia kemudian dipermuliakan. Puji Tuhan.

Kristus senantiasa menjadi paradoks satu-satunya yang telah mengubah dunia selama-lamanya. Kristus satu-satunya yang adalah Juruselamat kita, dan satu-satunya yang menjadi Mediator antara Allah dan kita. Kita bersyukur kepada Tuhan, melalui Kristus sebagai paradoks yang sukses, kita mendapat kemuliaan dari Tuhan. Melalui Kristus yang dihina, kita dimuliakan. Melalui Yesus yang dikutuk, kita diberkati. Melalui Yesus yang dibuang, kita diterima. Melalui Yesus yang mati, kita mendapat hidup yang baru. Semua karena Kristus yang dikorbankan Allah Bapa untuk kita. Ia telah disalibkan; Ia telah dibuang, demi untuk kita boleh diterima oleh Allah selama-lamanya. Kita memuji Allah dan memuji Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat dan Mediator antara Allah dan manusia.

Urutan dalam kasih penting sekali. Kita akan menjadi kacau balau jika tidak mengerti urutan tersebut. Engkau perlu mengetahui mana yang pertama dan mana yang kemudian. Jika engkau tidak mengetahui urutan yang benar, engkau akan dibingungkan. Alkitab berkata, kita mengasihi karena Allah mengasihi kita terlebih dahulu; inilah urutan dalam kasih. Jika Allah tidak terlebih dahulu mengasihi kita, kita tidak mengetahui apa itu kasih. Jika Allah tidak memberi tahu apa arti kasih melalui Kristus, kita tidak mengetahui apa arti kasih. Yang kita miliki adalah ambisi pribadi dan nafsu untuk memperoleh sesuatu. Menurut kita, kasih adalah untuk mengorbankan orang lain, memperoleh untung untuk menguntungkan diri sendiri, tetapi itu bukan kasih.

Kasih adalah pengorbanan diri demi menggenapi yang lain. Inilah kasih Allah. Allah mengorbankan Anak-Nya yang tunggal. Ia mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia ini, di mana Firman telah menjadi daging, Allah yang tak terbatas telah menjadi manusia yang terbatas. Ia berinkarnasi datang ke dalam dunia. Ia mengambil tubuh manusia dan dengan demikian Ia dapat disalibkan. Ini adalah pengorbanan diri, penyangkalan diri, demi menghadirkan damai sejahtera dan pendamaian, dalam rangka penggenapan rencana dan kehendak Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari ikatan dosa, dari kuasa setan, dan dengan bebas menjadi anak-anak Allah.

Karena kasih-Nya dan Ia sedemikian mengasihi kita, kita dapat mengenal apa itu kasih. Jika Allah tidak mengasihi kita, kita tidak mengetahui apa itu kasih. Maka Allah mengasihi kita terlebih dahulu sebelum kita mengerti apa itu kasih, sehingga kemudian kita dapat memakai kasih yang diberikan Allah untuk mengasihi Allah kembali, mengasihi diri sendiri dengan kesucian, dan mengasihi orang lain, mengikuti teladan Yesus. Ketika kita mengenal kasih Allah, kita dapat mengikuti-Nya, kita dapat menjadikan-Nya teladan, dan kita dapat mengetahui bagaimana kita mengasihi Allah dan diri dengan kasih yang kudus. Kita juga dapat mengasihi sesama kita dengan mengorbankan diri kita demi menggenapi orang lain, sama seperti yang Allah telah lakukan untuk kita.

Rasul Yohanes adalah yang paling muda dari semua rasul Tuhan Yesus. Ketika Yesus memanggil Petrus dan yang lain, Yohanes yang termuda yang dipanggil. Yohanes masih belum berpengalaman. Yesus memanggil Yohanes agar ketika murid yang sudah tua meninggal, murid yang muda masih hidup di dunia. Pada tahun 66-67, Petrus dibunuh, Paulus dibunuh di masa Kaisar Nero menjadi raja, dan orang Kristen mengalami banyak penganiayaan. Orang Kristen dianiaya bukan hanya pada zaman Nero, tetapi juga pada zaman Caligula, Trajanus, Diokletianus, Domisianus, Raja Adrian, dan kaisar-kaisar lain yang sangat kejam. Mereka membunuh beratus ribu orang Kristen. Ketika Nero sudah membunuh Paulus dan Petrus, beberapa puluh tahun kemudian setelah mereka meninggal dunia, tidak ada pemimpin dunia yang penting di dunia ini. Tetapi Yohanes masih ada di dunia, karena ketika Petrus mati, Yohanes baru berumur tiga puluh tahun. Setelah Paulus mati, Yohanes menjadi tonggak dan pemimpin yang tegas untuk memuliakan Tuhan. Karena ketika mereka mati, Yohanes masih muda. Maka Tuhan memanggil Yohanes yang paling muda. Yohanes mempunyai kasih yang sangat besar kepada Tuhan dan sesama manusia, dan Yohanes setia kepada Tuhan sampai mati.

Ketika Paulus dan Petrus meninggal dunia tahun 66-67, Yohanes hidup sampai tahun 90 lebih. Di akhir abad pertama, setelah tiga puluh tahun kematian Petrus dan Paulus, Yohanes menjadi pemimpin yang memberi kekuatan kepada orang-orang Kristen ketika itu. Tiga puluh tahun kemudian, ketika pemimpin-pemimpin yang tua sudah meninggal, Tuhan membiarkan Yohanes yang muda hidup di dunia dan menjadi rasul yang meninggalnya paling tua. Yohanes berusia hampir 100 tahun ketika ia meninggal dunia.  

Di antara murid Tuhan Yesus ketika itu, Yohanes yang paling muda, paling tidak ada pengalaman, dan yang paling keras sifatnya sehingga ia disebut halilintar dan seorang yang tidak mempunyai kasih. Tetapi melalui pengalamannya mengikut Tuhan Yesus, Yohanes berubah, sehingga ketika tua, ia disebut rasul kasih. Petrus disebut rasul pengharapan; Paulus disebut rasul iman; Yakobus disebut rasul perbuatan; hanya satu murid Yesus yang disebut rasul kasih, yaitu Yohanes.

Yohanes disebut rasul kasih karena ketika tua, ia penuh dengan kasih, kesabaran, dan kelembutan yang tidak ada pada orang lain. Ketika Yohanes mengikut Tuhan Yesus, ia mengalami perubahan. Saya tidak tahu bagaimana sikapmu sebelum engkau mengikut Tuhan, bagaimana sifat-sifatmu sebelum engkau menjadi orang Kristen, perubahan apa yang telah engkau alami selama engkau menjadi orang Kristen. Selama engkau mengikut Tuhan adakah perubahan? Apakah dahulu engkau adalah seseorang yang suka berbuat jahat, setelah ikut Tuhan tetap berbuat jahat? Apakah dahulu engkau suka berzinah, setelah menjadi orang Kristen tetap melacur? Apakah dahulu engkau berjudi, suka marah-marah, setelah menjadi orang Kristen, tetap seperti itu? Mari kita belajar berubah sifat, minta kekuatan dari Tuhan untuk menjadi manusia baru yang mempunyai sifat baru.

Engkau harus mengalami pembaharuan, penyegaran, dan perubahan karakter. Engkau harus berubah untuk menjadi makin serupa Kristus. Yohanes adalah seorang yang mau berubah terus-menerus, makin lama makin penuh kasih. Salah satu sebab paling besar mengapa Yohanes berubah adalah karena ia satu-satunya murid Yesus yang naik ke bukit Golgota ketika Yesus disalib dan mati. Yohanes berbeda dari semua murid yang lain, karena ia satu-satunya yang menangis dan ia tahu bahwa ia harus datang kepada Yesus Kristus. Ia pergi dan naik ke bukit Golgota dan ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Yesus disalibkan. Ia adalah satu-satunya laki-laki yang berada di sisi Yesus ketika Yesus disalibkan. Ketika Yohanes mendaki bukit Kalvari, ia melihat Maria ibu Yesus, Maria yang lain, dan Maria Magdalena. Ia juga melihat wanita-wanita lain yang mengikuti Yesus. Mereka juga bersama-sama mendaki bukit Kalvari. Tetapi ia adalah satu-satunya murid yang naik ke bukit Kalvari. Di sana ia berdiam, ia tidak berkata apa pun, dan ia memandang kepada Yesus. Ia melihat Yesus disalibkan.

Yohanes melihat dengan mata kepalanya sendiri, memperhatikan bagaimana Yesus dipaku di atas kayu salib. Hatinya sangat hancur tetapi tidak berbicara satu kalimat pun, karena ia tidak dapat mengatakan apa-apa. Ia terlalu terkejut, mengapa Yesus harus mati dengan cara yang sedemikian sengsara; mengapa Yesus mati dengan demikian mengerikan; mengapa Yesus mati dengan diperlakukan sedemikian kejam oleh orang-orang Romawi. Kedua tangan Yesus dipaku, kedua kaki-Nya dipaku, kepala Yesus dipakaikan mahkota duri, darah menetes tiada henti dari kepala, tangan, dan kaki Yesus. Yohanes adalah satu-satunya murid Yesus yang melihat dengan mata sendiri bagaimana Yesus dipaku di atas kayu salib dengan kejam dan tersiksa, dan ia tidak dapat mengerti akan hal itu. Yesus telah mati demi dosanya. Ia teraniaya demikian hebat, menderita begitu dalam, dan digantung di kayu salib demi menggantikan dosa kita. Yohanes memiliki kesan yang sangat mendalam akan cinta Tuhan. Inilah cinta, inilah kasih Tuhan. Maka ia menulis: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tungggal, sehingga mereka yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

“Cinta sejati melawan egoisme. Egoisme adalah musuh cinta. Egoisme adalah musuh kekristenan. Hanya mementingkan diri sendiri adalah musuh dan seteru dari iman Kristen. Iman Kristen belajar akan cinta, belajar cinta dari teladan Yesus yang menyerahkan diri di atas kayu salib, mengorbankan diri, mengalirkan darah, dan mati untuk menanggung dosa kita.”

Yohanes, yang berdiri di bawah kayu salib, mengerti karena begitu besar kasih Allah sehingga Yesus menerima kematian yang sangat kejam. Jika Yohanes tidak naik ke Golgota, ia tidak dapat mengetahui cinta yang demikian besar dari Tuhan. Jika Yohanes tidak berada di bawah kaki Yesus yang disalib di atas Golgota, ia tidak dapat mempunyai perasaan bersyukur atas pengorbanan Yesus bagi manusia. Tetapi Yohanes pernah naik ke atas bukit Golgota, melihat tetesan darah Yesus sepanjang perjalanan ke Golgota, dan Yohanes juga ikut mengeluarkan tetesan air mata. Karena mempunyai pengalaman tersebut, Yohanes dapat mempunyai visi penglihatan akan arti kematian Yesus dan tergerak menulis Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Ayat yang agung ini bukan keluar dari Paulus, bukan ditulis oleh Petrus, Yakobus, atau murid-murid yang lain. Ayat yang agung ini hanya keluar dari Yohanes, karena ia melihat sendiri bagaimana Kristus mati di atas kayu salib. Jika engkau tidak mengerti cinta Tuhan di atas kayu salib, engkau tidak mungkin mengetahui apa arti cinta, tidak mungkin juga mempelajari bagaimana Yesus mencintai orang lain sehingga rela mengorbankan diri-Nya. Jika engkau tidak memiliki penglihatan Kristus disalibkan di kayu salib, engkau tidak pernah merasakan betapa besarnya pengorbanan Kristus yang mati untukmu dibuang oleh Allah. Di atas salib, Yesus berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Tanpa melihat hal ini, engkau tidak akan merasa dan mengerti salib Kristus, engkau sulit menyadari apa itu kasih Allah. Akibatnya, engkau akan sulit mengasihi orang lain seperti diteladankan oleh Kristus tentang bagaimana Ia mengasihi dan mengorbankan diri-Nya bagi umat manusia.

Itu alasan mengapa ayat Yohanes 3:16 dipandang sebagai salah satu ayat yang agung di dalam Alkitab. Hanya orang-orang yang mengerti kasih Allah dapat mengerti apa itu keselamatan. Hanya mereka yang mengerti penyaliban Yesus dapat mengerti apa itu pengorbanan dan apa yang disebut propisiasi, yang juga disebut penggantian. Kristus menggantikan kita, di mana Ia digantung di kayu salib untuk menggantikan dosa kita dan menanggung penghukuman kita.

bersambung

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-23-kasih-3