Sebelumnya…

Saya pergi ke pinggir jalan, sekolah, rumah sakit, membagikan traktat yang dibeli dengan uang sendiri. Saya tidak minta uang dari gereja. Semua yang diberikan kepada orang lain, saya bayar sendiri. Saya berjanji dalam satu tahun saya akan membagikan traktat kepada 5.000 orang dan mengabarkan Injil. Kemudian saya masuk sekolah theologi, mulai membuang semua yang saya suka. Saya mempunyai 600 piringan hitam. Sehari sebelum masuk sekolah theologi, saya bawa ke toko yang jual piringan hitam dan semua piringan hitam tersebut saya berikan kepada mereka. Tahun 1964 keluar dari sekolah theologi, saya sadar bahwa musik itu baik dan musik untuk Tuhan. Saya beli kembali satu per satu piringan hitam tersebut. 

Langkah pertama, memulai seminar dan pembinaan iman Kristen. Sejak tahun 1964, saya belajar musik sambil belajar Alkitab. Saya pernah dalam satu hari mendengar musik 8 jam untuk mempersiapkan diri dalam mandat budaya. Ketika berumur 40 tahun lebih, saya mulai berpikir bagaimana menegakkan Theologi Reformed dan Gerakan Reformed. Maka, pada tahun 1989, saya mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia. Lalu membuat SPIK di Granada. Pertama kali kita sewa Granada di tahun 1982, biaya sewanya Rp 500 ribu sehari. Ketika itu uang Rp 500 ribu berat sekali. Saya seorang hamba Tuhan, tidak ada uang, tetapi tidak bersandar pada gereja, tidak minta orang kaya, minta Tuhan yang memberikan uang yang cukup. Lalu buat brosur SPIK untuk dibagikan ke semua gereja, dan pasang di surat kabar memublikasikan Seminar Pembinaan Iman Kristen yang pertama di Indonesia. SPIK harus daftar dan bayar. Dalam sejarah Indonesia, ini pertama kali mendengar khotbah harus bayar. Bayarnya murah sekali, tetapi sudah bikin heboh seluruh Indonesia karena ada anggapan mendengar khotbah harus bayar. Saya dituduh pendeta ini menjual Injil. Dari uang pendaftaran cukup untuk bayar gedung, bikin traktat dan makalah yang dicetak dari transkrip yang dikhotbahkan. 

Kita membuat sejarah baru dengan membagikan transkrip khotbah. SPIK pertama yang daftar 1.200 orang. Setelah selesai, semua transkrip khotbah tersebut dijadikan buku pertama terbitan Momentum, yaitu Iman dan Agama. Lalu SPIK selanjutnya Iman dan Wahyu, Wahyu Umum, Wahyu Khusus, Iman dan Kristus, Iman dan Tritunggal, Iman dan Allah Tritunggal, Allah Anak, Kristologi, Iman dan Roh Kudus. Semua tema dijadikan buku. Setiap minggu hari Sabtu saya datang dari Malang naik bus ke Surabaya, dari Surabaya naik pesawat ke Jakarta. Minggu pagi kembali lagi ke Malang. Demikian setiap beberapa bulan sekali ada seminar setiap hari Sabtu selama 6 minggu. Seminar pertama sampai ketiga kali masih di Granada. Selesai seminar yang ketiga saya umumkan akan di Balai Sidang. Semua kaget karena Balai Sidang ketika itu adalah gedung terbesar di Indonesia, satu malam bayarnya ribuan dolar. Stephen Tong mau apa, berani bikin seminar di gedung yang paling mahal di Indonesia? Siapa yang bayar? Saya bilang, tidak ada yang bayar, kita bersandar pada Tuhan, sama-sama daftarkan diri dan lunaskan uang itu. Lalu mulai menaikkan harga pendaftaran dan uang pendaftaran dipakai untuk sewa gedung. Tuhan memberkati gerakan ini, dari 1.200 orang yang ikut SPIK pertama menjadi 1.800 orang, lalu 2.600 orang, lalu 3.300 orang. 

Seminar Iman, Rasio, dan Kebenaran adalah yang paling banyak pesertanya. Seminar ini diikuti oleh orang-orang penting di Indonesia. Banyak pendeta dari gereja lain yang daftar. Dr. Yap Thiam Hien, pengacara paling besar di Indonesia, seorang ahli hukum yang terkenal di seluruh dunia menelepon saya dan bertanya, “Bolehkah saya ikut seminar Bapak Stephen Tong?” Saya menjawab, “Saya sangat menyambut baik Bapak ikut seminar ini.” Sesudah itu saya memberikan satu seminar yang sebenarnya lebih cocok untuk dia, tetapi ia sudah meninggal, yaitu seminar mengenai Keadilan, Dosa, dan Penghakiman dari Tuhan – karena ia ahli hukum yang menangani pengadilan, penghakiman dosa. Kita mengadakan seminar karena ingin membawa bangsa kita dan zaman kita masuk dalam kebenaran Tuhan, ke dalam rencana Tuhan, sehingga seluruh manusia mengerti kehendak Tuhan daripada kemauan sendiri, nafsu manusia, perintah pemerintah yang perlu disesuaikan dengan firman Tuhan. Langkah pertama yang kita kerjakan adalah SPIK, doktrin dalam Alkitab, firman Tuhan, dan ajaran Tuhan yang diutamakan. 

Setelah langkah pertama, langkah kedua, mendirikan sekolah theologi untuk awam, Sekolah Theologi Reformed Injili Jakarta (STRIJ). STRIJ dimulai di Surabaya, lalu Jakarta, Malang, Palembang, Bandung, sehingga kota-kota besar di Indonesia digarap dalam doktrin. Langkah pertama, SPIK, hanya di Jakarta. Langkah kedua, STRIJ di kota-kota besar. 

Langkah ketiga, setiap tahun mengadakan KKR selama 13 hari di gereja Ketapang. Hari pertama 500 orang, hari terakhir 1.200, itu adalah KKR pertama saya pada tahun 1965. Pernah satu hari saya berkhotbah 6 kali di gereja Ketapang, khotbah untuk sekolah, anak-anak, guru, pemahaman Alkitab, KKR, sesudah KKR tanya jawab. Setelah tahun 1965 mulai ke Malang, Surabaya, Semarang, Medan, Kalimantan, Manado, dan kota-kota lainnya. 

Langkah keempat, membangun institusi Gereja Reformed Injili Indonesia. Tahun 1989 saya berkata bahwa saya akan membangun gereja. Semua orang marah. “Engkau silakan mengadakan KKR di mana-mana, menjadi berkat bagi banyak gereja. Sekarang mengapa engkau mau membangun gereja? Engkau sangat ambisius.” Saya menjawab, “Tidak. Saya mendirikan gereja Reformed untuk memperkenalkan dan mengajarkan Theologi Reformed, meneruskan doktrin yang benar, sehingga seluruh Indonesia mulai ada kelompok orang Reformed yang mengerti kebenaran yang paling ketat.” Banyak orang yang tidak setuju saya mendirikan gereja dan saya tidak diundang berkhotbah lagi. 

Langkah kelima, mendirikan sekolah theologi. Kemudian saya membeli 7.000 buku Pdt. H. F. Tan ketika ia meninggal. Semua buku itu ditaruh di Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia di Warung Buncit sampai sekarang. Saya juga mendirikan Institut Reformed di Sunter, kemudian dari nol mulai lagi di Kemayoran. Semua dari nol, saya percaya Tuhan sanggup memberi kepada kita. Saya tidak mendekati orang kaya, tidak pernah meminjam uang dari bank. Sekolah theologi adalah wadah pembentukan para hamba Tuhan yang dibutuhkan oleh zaman.

Langkah keenam, saya akan membangun gedung gereja baik di Jakarta maupun di berbagai kota, mulai dari nol dengan janji iman. Semua yang mendengar khotbah saya, dengan rela hati memberikan janji iman. Kita menunggu 16 tahun untuk dapat izin membangun gereja. Sesudah dapat izin kita mulai bangun. Sangat susah mendapat izin, izin prinsip dahulu, lalu izin IMB. Lalu saya merancang desain gereja ini, harus ada tempat parkir paling sedikit 600, kalau bisa 1.000. Dalam gereja tidak boleh ada tiang supaya tidak menghalangi orang, harus ada ruang kelas lebih dari 30. Lalu ada sekolah theologi, ada tempat parkir yang cukup.

Langkah ketujuh, memulai pekabaran Injil di seluruh Indonesia. Semua langkah sesuai prinsip Alkitab. Ketika menjalani langkah ketiga, ada yang mengusulkan mendirikan rehabilitasi narkoba. Tuhan mengizinkan kita jalankan dahulu tetapi akhirnya berantakan dan tutup. Saya kira itu belum waktunya. Langkah keenam Sekolah Kristen Calvin atau SKC. Dan ketujuh, penginjilan di seluruh Indonesia, KPIN dan KKR Regional. 

Selanjutnya kita perlu mendirikan universitas dengan memulai Institut Teknologi Calvin. Kita masih perlu mengerjakan rumah sakit, rumah duka, kuburan, tempat retret. Masih banyak yang belum dikerjakan. Saya sudah tua, sudah hampir bertemu Tuhan. Tetapi dalam tahun-tahun terakhir hidup ini, saya akan keliling dunia 200 kota untuk mengadakan KKR, memberitakan Kristus adalah satu-satunya Juruselamat. Kita harus mempunyai theologi yang ketat, iman yang kuat, mengutamakan Tuhan di atas pendidikan, ekonomi, musik, kebudayaan, sastra, seni, dan lain-lain. Mulai tahun ini, saya akan mengadakan KKR di 200 kota. Setelah selesai KKR di 200 kota sekitar 4 tahun, saya sudah berumur 83, tidak keluar negeri lagi, hanya berkhotbah di gereja sendiri sampai meninggal dunia, dan urutan sudah dijalankan. Di sini saya bicara mengenai urutan karena cinta kasih ada urutannya. Kita mencintai Tuhan karena Tuhan lebih dahulu mencintai kita. Mari mengingat cinta Tuhan dan jangan lupa mencintai Dia. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-22-kasih-2