Iman adalah arah rohani seseorang di hadapan Tuhan. Iman adalah penglihatan visi rohani seseorang. Iman adalah pegangan pasti di dalam jiwa kita masing-masing. Iman adalah peristirahatan dan damai sejahtera yang kita nikmati di dalam Tuhan. Iman adalah kunci rohani untuk membuka rahasia rohani, membuka kekayaan, dan membuka gudang janji Tuhan, untuk mendapatkan apa yang diperlukan ketika kita dalam kesulitan. Dan iman adalah tindakan rohani yang kita jalani, taati, serta mengikuti pimpinan Roh Kudus di dalam kehendak Tuhan.
Kini kita masuk ke dalam topik yang kedua, yaitu pengharapan. Satu Korintus 13:13 menuliskan, “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” Pemikiran “iman, pengharapan, dan kasih” ini sangat berbeda dengan pemikiran orang Yunani yang mengatakan intelek, kelembutan, dan keberanian sebagai pedoman mereka. Manusia memang memerlukan intelek untuk mengetahui kebenaran dan mempunyai kelembutan di dalam menghadapi semua orang. Keberanian ketika berada di dalam kesulitan peperangan. Intelek untuk mengerti kebenaran. Kelembutan untuk berteman dengan semua orang. Tetapi iman Kristen bukan intelek, kelembutan, dan keberanian (intellectual, benevolence, and courage). Iman Kristen melihat pedoman kehidupan di atas iman, pengharapan, dan kasih (faith, hope, and love).
Iman penting sekali karena iman berarti kembali kepada Tuhan dan kembali kepada kebenaran-Nya. Setelah beriman, kita kembali kepada Tuhan Sang Pencipta. Dengan iman, kita selalu kembali dan setia kepada Tuhan. Selain itu, otak kita yang dicipta oleh Tuhan juga harus kembali kepada kebenaran Tuhan, kepada kebenaran firman-Nya. Itu namanya iman. Ketika intelek kita kembali kepada kebenaran, itu namanya iman. Ketika manusia kembali kepada Tuhan Sang Pencipta, itu namanya iman. Ini adalah hal yang pertama dan mendasar, fondasi yang paling penting bagi manusia untuk hidup di dalam dunia ini. Dengan iman kepercayaan, kita tidak lagi menjadi orang kafir, tidak lagi berselingkuh, tidak lagi menyendiri, tidak lagi menjadi pemberontak. Iman membawa kita kembali kepada Tuhan dan iman membawa otak kita kembali kepada firman-Nya.
Iman adalah kembalinya rasio untuk setia kepada kebenaran Tuhan yang diwahyukan kepada kita. Iman adalah kembalinya manusia kepada Tuhan yang menciptakan kita. Yang dicipta kembali menghadap Yang Mencipta, itulah iman. Yang berpikir kembali setia kepada kebenaran, itulah iman. Dengan demikian manusia yang beriman adalah manusia yang kembali kepada Tuhan. Alkitab berkata, selain iman, unsur kedua adalah pengharapan dan pengharapan berasal dari iman, pengharapan berakar di dalam iman.
Alkitab juga berkata, iman menghasilkan pengharapan. Di dalam Roma 4, Paulus menuliskan, “Ketika Abraham sudah tidak punya hari depan, tidak tahu harus ke mana, tetapi karena imannya ia memiliki pengharapan.” Dari Roma 4 ini kita juga mendapatkan kesimpulan akan wahyu Tuhan, bahwa iman menghasilkan pengharapan. Semua orang yang penuh pengharapan harus mempunyai iman sebagai dasarnya. Semua orang yang mempunyai iman tidak hanya berhenti di dalam iman, tetapi akan ada tindakan nyata, yaitu menjadi orang yang penuh pengharapan. Orang yang beriman berdiri di atas batu karang, orang yang berpengharapan memakai teleskop rohani melihat hari depan. Dengan demikian, iman tanpa pengharapan adalah seperti seseorang yang tidak memakai matanya, tidak melihat hari depan, dan tidak tahu mau ke mana.
Pengharapan tanpa iman adalah khayalan yang indah, atau cita-cita yang besar, tetapi akhirnya semua menjadi kosong karena tidak memiliki dasar. Dasar iman harus menjadi fondasi kita, barulah kita dapat menegakkan pandangan ke tempat yang jauh di hari depan melalui teleskop rohani yang disebut pengharapan. Iman dan pengharapan; iman dasarnya, pengharapan prospeknya. Karena ada iman sebagai dasar, kita berani melihat ke depan, kita memandang ke tempat yang jauh dengan suatu keberanian untuk menuju ke sana, karena iman yang menjamin kita bukan omong kosong, bukan teori kosong, bukan hanya mimpi belaka. Orang yang beriman bekerja secara konkret, orang yang tidak beriman bermimpi-mimpi kosong. Orang Kristen adalah orang yang diberikan iman di dalam Kristus. Kristus yang memulai dan yang menggenapi iman tersebut.
Siapa Kristus? Kristus adalah Dia yang menciptakan iman di dalam hati kita dan menggenapkan iman di dalam diri kita pula. Dia yang menciptakan iman dengan bibit yang ditaruh, fondasi yang ditanam, berakar, bertunas, bertumbuh, berdaun, dan berbuah menjadi pohon; hasil dari iman akan keluar dari dalam hati kita, terlaksana di dalam kelakuan kita. Orang yang hidup berdasarkan iman adalah seperti pohon yang berakar. Yang berakar akan berbuah, yang berfondasi akan dibangun dengan kuat, yang mempunyai dasar iman akan menghasilkan pengharapan. Dan pengharapan tidak menjadi sia-sia karena yang diharapkan adalah Tuhan dan janji-Nya.
Tuhan adalah Tuhan yang kekal, Tuhan adalah Tuhan yang ada, Tuhan adalah Tuhan yang mutlak, Tuhan adalah Tuhan yang hidup, yang sungguh-sungguh sejati. Tuhan adalah Tuhan yang tidak pernah ingkar janji, tidak pernah menelan kembali perkataan-Nya, tidak pernah tidak melaksanakan kalimat-Nya berdasarkan kesetiaan-Nya. Apa yang dijanjikan akan konkret menjadi fakta. Apa yang diberikan Tuhan akan menjadi jaminan yang pasti terjadi. Orang yang beriman kepada Tuhan adalah orang yang akan mewujudkan dan melaksanakan apa yang dijanjikan oleh Tuhan, sehingga imannya menghasilkan pengharapan. Pengharapan menggenapi apa yang dijanjikan. Dan yang dijanjikan akan menuntut kita percaya kepada-Nya. Inilah hubungan antara iman dan pengharapan.
Allah itu kekal adanya, maka Allah menciptakan manusia dengan diberi kekekalan. Kekekalan adalah salah satu sisi dari peta teladan Allah. Kekekalan merupakan salah satu sisi di antara kekayaan seluruh peta teladan Allah yang sangat berlimpah. Allah yang kekal menciptakan manusia dengan membasuh dan memberikan kekekalan. Manusia mempunyai kekekalan sebagai salah satu sisi sifat Ilahi dari teladan Allah. Maka setiap orang yang mempunyai kekekalan di dalam hatinya berharap kepada Allah. Ketika kita berharap kepada Allah yang kekal, yang memberikan kekekalan sebagai sifat Ilahi kepada kita, kita akan mempunyai kerinduan dan arah kekekalan, mempunyai doa dan permintaan yang menginginkan hal-hal yang kekal.
Menginginkan yang kekal menjadi salah satu permintaan yang bersuara dan yang tidak bersuara. Tidak ada orang yang ingin mengerjakan sesuatu yang cepat habis. Tidak ada orang yang akan mendirikan usaha yang akan hancur. Kita ingin usaha kita boleh terus ada. Kita harap gereja kita boleh terus ada di dunia ini. Kita harap cinta kita terhadap istri kita boleh diterima selamanya. Maka di dalam cinta, di dalam usaha, di dalam karya manusia, tuntutan abadi, tuntutan boleh diingat, tuntutan jangan lenyap, jangan binasa, jangan gugur, menjadi salah satu tuntutan paling mendasar dan fundamental di dalam pikiran kita. Karena mempunyai tuntutan demikian, itu membuktikan bahwa kita manusia yang dicipta oleh Tuhan. Tuhan yang kekal telah memberikan sifat kekekalan di dalam hati manusia. Karena itu, kita semua menuntut, mengharapkan, merindukan, dan meminta Tuhan memberikan yang kekal kepada kita.
Di dalam bangunan, ada yang disebut bangunan permanen dan tidak permanen. Bangunan yang tidak permanen tidak perlu minta izin karena hanya sementara. Tetapi yang permanen harus ada Izin Mendirikan Bangunan (IMB) karena akan terus ada, tidak dapat dibongkar. Gereja ini gereja yang permanen. Di dalam gereja ini, ada yang memakai tenda yang tidak permanen; tetapi ada yang permanen mendapat izin membangun, mendapat izin pakai, izinnya lengkap, dan ditandatangani oleh gubernur. Tuhan ingin kita membangun bangunan yang permanen melalui iman kepercayaan. Apakah yang diharapkan oleh iman kepercayaan? Apa yang kita doakan atau rindukan? Kita ingin yang kita bangun, yang kita kerjakan diingat Tuhan untuk selamanya.
Mazmur 90 adalah mazmur yang berisi kalimat-kalimat yang penting, sebuah syair tentang hidup manusia yang ditulis oleh Musa. Kalimat terakhir dari Mazmur 90 adalah, “Pekerjaan yang kami kerjakan harap diteguhkan oleh Tuhan, karya tangan kami tolong Tuhan abadikan.” Berarti di dalam dunia yang sementara ini kita berdoa, kita berharap dan meminta Tuhan menjadikan apa yang kita kerjakan selamanya diingat oleh Tuhan. Ini adalah pengharapan manusia. Tidak ada binatang yang mempunyai karya abadi, tidak ada binatang yang dapat mengerjakan sesuatu yang diingat selamanya oleh Tuhan. Mereka adalah binatang yang hidup sementara dan mati selamanya. Sesudah hidupnya selesai, matinya juga selesai. Yang dikatakan atau dikerjakannya tidak memiliki arti yang kekal, maka binatang tidak mempunyai kekekalan. Berbeda dengan binatang, manusia diciptakan dengan kekekalan yang Tuhan bubuhi, yang Tuhan taruh di dalam hidup manusia. Allah menciptakan segalanya berdasarkan kehendak-Nya, dan setelah Ia menyelesaikan semuanya, Ia meletakkan kekekalan ke dalam hati manusia. Ayat ini muncul di dalam Perjanjian Lama dan merupakan kalimat bijaksana dari Salomo. Allah menciptakan segala sesuatu sudah lengkap dan sempurna, Ia menaruh kekekalan di dalam hati manusia. Karena itu di dalam Adam ada unsur kekekalan, di dalam dirimu ada unsur kekekalan.
…
Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-17-pengharapan-1