Sebelumnya…

Ketika Petrus sudah tua, ia menulis Kitab 1 dan 2 Petrus. Dalam kitab tersebut, ia berkata bahwa Kristus adalah batu karang dan kita semua adalah batu-batu kecil. Kita semua batu-batu kecil, tetapi batu kecil yang hidup. Kita adalah batu yang hidup, sementara Kristus adalah batu karang yang tidak berubah, kokoh, dan kekal, yang menjadi fondasi. Yesus adalah batu penjuru yang membentuk satu rumah. 

Orang Yahudi jika membangun rumah, mengambil satu batu penjuru yang paling penting dan kuat lalu ditaruh di sudut. Lalu dari batu ini diperpanjang ke sudut-sudut yang lain menjadi satu rumah dengan dua pasang tembok yang bersudut 90 derajat siku. Jika tepat 90 derajat, perpanjangan yang satu dengan perpanjangan 90 derajat lagi akan bertemu, menjadi satu persegi yang utuh, dan terjadilah satu kotak yang utuh. Dari sanalah mulai dipasang bata-bata selanjutnya menjadi tembok yang tinggi, dan rumah itu jadi. Batu yang pertama, yang menentukan semua sudah benar ukurannya, namanya batu penjuru, cornerstone. Kristus adalah batu penjuru, kita adalah batu-batu kecil yang dipasang di atas batu penjuru itu. Batu penjuru yang di bawah, yang paling kuat, disebut batu fondasi. Kristus adalah fondasi kita. Di atas Kristus ada dua janji, yaitu janji lama (Perjanjian Lama) dan janji baru (Perjanjian Baru). Perjanjian Lama memberikan nubuat akan hari depan, Perjanjian Baru menggenapkan apa yang sudah dinubuatkan sebelumnya di dalam Perjanjian Lama. Dengan demikian, Perjanjian Lama mengandung semua janji yang akan terjadi di dalam Kristus ketika Ia datang. Perjanjian Lama mengandung Perjanjian Baru. Perjanjian Baru mewujudkan janji Perjanjian Lama. Yang dijanjikan di dalam Perjanjian Lama digenapi di dalam Perjanjian Baru. Kedua perjanjian ini, Perjanjian Lama berisi nubuat dan Perjanjian Baru berisi penggenapan, keduanya menjadi utuh, membuat rencana Allah sukses, dan Kerajaan Tuhan terwujud. Dan kita semua adalah batu-batu di atas kedua perjanjian tersebut. Alkitab berkata bahwa Gereja didirikan di atas nabi dan rasul, dengan Kristus sebagai batu penjuru (Ef. 2:20). Iman kita kuat karena iman kita bersandar kepada Tuhan. Iman adalah arah rohani, iman adalah visi rohani, iman adalah pegangan rohani. Iman adalah sandaran rohani dan kita bersandar pada fondasi yang tidak guncang. 

Keempat, iman adalah peristirahatan, ketenangan, dan kedamaian rohani. Orang yang beriman mempunyai ketenangan dalam jiwanya, mempunyai perhentian dalam kerohaniannya. Ia tahu bahwa ia tidak usah gelisah, tidak usah khawatir, tidak usah takut, tidak usah cemas, karena ia sedang mengalami peristirahatan di dalam Tuhan. Tuhan yang menciptakan hari Sabat, menjanjikan memberikan Sabat kepada kita. Dengan iman, engkau akan menikmati perhentian dari Tuhan. 

Kelima, iman adalah kunci rohani, kita boleh membongkar, membuka rahasia, dan menikmati janji anugerah Tuhan yang sudah disediakan bagi kita. Kita semua mengetahui apa deposito, pin, dan kartu; di mana dengan tanda tangan yang sah, engkau boleh menerima deposito yang telah dimasukkan. Yang memasukkan ke dalam adalah Tuhan, dan Ia memasukkan anugerah yang dijanjikan kepada kita, berkat yang tidak pernah berhenti mengisi kebutuhan kita, dan orang yang beriman boleh mendapatkan ini. Mengapa ada doa yang tidak didengar? Karena dihambat oleh dosa. Jika dosa sudah dibuang dan dengan iman kita datang kepada Tuhan, kita mendapat semua ini. 

Keenam, iman adalah tindakan sungguh-sungguh yang mewujudkan apa yang kita percaya. Banyak orang Kristen mendengar khotbah yang sangat banyak dan ia kira itu kualitas rohaninya. Kerohanian kita tidak tergantung pada berapa banyak khotbah yang sudah didengar, berapa banyak firman yang sudah dimengerti. Khotbah-khotbah yang sudah didengar, sudah dimengerti saja tidak cukup, tetapi harus dipelihara dalam hatimu baik-baik. Peliharalah firman Tuhan di dalam hatimu, ini adalah perintah Alkitab. “Aku menyimpan firman-Mu dan memelihara perkataan yang Kaubicarakan kepadaku baik-baik di dalam hatiku,” itulah tugasku. Memelihara firman Tuhan, setiap hari secara konsisten dan sungguh-sungguh, konstan di dalam hatimu, sangat perlu. Tetapi itu masih tidak cukup. Alkitab berkata selain mendengar, mengerti, mengimani, dan memelihara, engkau juga harus mengutarakannya kepada orang lain. Jika setelah mendengar engkau beritakan lagi, mengajar lagi, engkau akan menjadi orang yang imannya lebih kuat. Yang engkau beritakan akan menolong engkau untuk mengingatnya baik-baik, karena yang kau tidak bicarakan akan mudah lupa. Pelayanan menjadi hadiah untuk menolong orang yang melayani. Orang yang melayani orang lain sendirinya akan mendapat berkat karena ia dilayani lebih lagi. 

Iman adalah menjalankan kehendak Tuhan. Iman adalah melakukan apa yang kaupercaya. Iman harus dinyatakan, diwujudkan melalui pelaksanaannya dengan menaati, menjalankan, melaksanakan, dan mewujudkan yang didengar. Itu menjadi puncak rohani. Iman dan kerohanian bukan tergantung pada apa yang didengar, tetapi pada apa yang engkau lakukan. Engkau lakukan sampai di mana, di situ kerohanianmu sampai di sana. Yang belum melakukan belum matang, belum dewasa, yang belum melakukan belum memiliki. Tetapi yang melakukan, firman itu menjadi miliknya pribadi; pelaksanaan yang konkret mendorong engkau menjadi pemilik firman. 

Jika kita membeli tanah, bukan hanya tanda janji, hanya omong di mulut mau memberikan uang lalu kita boleh menikmati tanah itu. Kita baru boleh memiliki tanah itu dengan kita sudah membayarnya, karena sudah lunas. Tetapi saya sendiri bertindak, membayar lunas tanah itu, bukan hanya memegang surat sertifikatnya saja. Demikian pula dengan firman Tuhan, kita bukan saja mendengar, bukan saja mengerti, bukan saja menerima, bukan saja memberitakan. Banyak pendeta yang dapat memberitakan firman Tuhan tetapi mereka sendiri tidak pernah mempunyai firman tersebut karena tidak menjalankannya. Jika kita melaksanakan yang kita dengar, barulah kita sungguh-sungguh memiliki firman tersebut. Melaksanakan firman Tuhan dan menjalankan kehendak Tuhan penting karena inilah fondasi. 

Bukankah Tuhan Yesus yang disebut fondasi? Mengapa pelaksanaan firman menjadi fondasinya? Yesus berkata bahwa jika ada orang membangun rumah di atas batu karang itu, mereka menjalankan firman. Jika mereka menjalankan apa yang didengar dan dituturkan Tuhan, mereka membangun rumahnya di atas batu karang dan batu karang itu adalah fondasi. Ketika engkau menjalankan, engkau mendirikan rumah di atas batu karang, sehingga fondasinya Yesus Kristus, fondasi sekaligus taat perintah dan melakukan perintah Kristus, ini adalah fondasi ganda. Ketika kita menjalankan kehendak Tuhan, kita mendirikan fondasi kita di atas batu karang. Menjalankan menjadi fondasi, maksudnya adalah melaksanakan firman Tuhan melalui kelakuan kita yang taat, dan itu penting sekali. Jika kita tidak taat, kita tidak memiliki fondasi. Jika kita memiliki firman tetapi tidak dijalankan, kita belum mempunyai fondasi. Fondasi secara objektif adalah Kristus. Fondasi secara pengalaman subjektif adalah engkau harus menjalankan setiap perintah dan setiap firman yang sudah dituturkan oleh Tuhan. 

Tuhan memberkati kita, memberikan kekuatan agar kita mengerti bahwa iman bukan sekadar mengerti secara teori. Kita mengerti iman sampai tulang sumsum, mengerti sampai sedalam-dalamnya, mengerti sampai sekonkret-konkretnya. Iman bukan hanya mendengar, tetapi melakukan. Iman bukan sekadar membaca firman, tetapi melaksanakan firman. Iman adalah melihat dan memandang kepada Tuhan. Iman adalah berarah dan hidup bagi Tuhan. Iman adalah bersandar dan berada di atas fondasi yang tidak berubah. Iman adalah peristirahatan, pegangan yang sudah diterima. Iman adalah kunci membuka rahasia. Iman adalah pelaksanaan konkret, perwujudan menjalankan semua perintah Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita, menjadikan kita orang yang beriman sungguh-sungguh, dan menikmati penyertaan-Nya. 

Dalam Amanat Agung, Yesus berkata, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada seluruh bangsa, jadikan mereka murid-Ku, tuturkan apa yang Aku ajarkan kepadamu, baptiskan mereka dalam nama Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Jika engkau melakukan ini, menjadikan mereka murid-Ku, melaksanakan apa yang Aku ajarkan kepadamu, Aku akan menyertai engkau sampai kesudahan alam. Sampai akhir zaman, Aku tidak akan meninggalkan engkau.” Orang yang menjalankan kehendak Tuhan, orang yang mewujudkan perintah Tuhan, taat dalam melaksanakannya, orang ini adalah orang yang beriman, selamanya tidak guncang karena menjalankan kehendak Tuhan. Iman bukan hanya mendengar saja, iman adalah melakukan. Iman bukan pengertian saja, iman adalah mewujudkannya dalam hidup sehari-hari yang taat kepada Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin. 

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-16-doktrin-iman#hal-4