Sebelumnya….

Orang Kristen mempunyai Allah dan Juruselamat, bukan Allah yang dingin dan bertakhta di sorga, menunggu waktu untuk menghakimi manusia. Allah adalah Allah yang pernah menjelma menjadi manusia, hidup di dunia, menjadi Juruselamat yang penuh belas kasih dan pengertian akan kesulitan kita, menanggung dosa kita, serta menjadi Juruselamat dan pengantara antara kita dan Allah.

Kita beriman kepada Dia karena, pertama, percaya (trust) kepada-Nya; kedua, mengerti (understand). Kita mengerti tentang Dia yang sungguh-sungguh mengerti kita. Kita mengerti bahwa pengertian-Nya jauh dari siapa pun di dalam sejarah umat manusia ini. Ia mengerti setiap detail, setiap kesulitan, dan semua yang kita alami di dalam kehidupan kita. Jika sudah percaya dan mengerti apa yang kita percaya, kini kita masuk ke dalam faktor yang ketiga, yaitu rela, lega, dan mudah taat kepada-Nya.

Dalam iman, perlu mempunyai sandaran yang menuju ketaatan. Bersandar adalah perasaan dalam hati, taat adalah tindakan dalam perbuatan. Maka percaya (trust) saja belum cukup, perlu mengerti (understand); mengerti saja belum cukup, perlu kerelaan untuk terjun secara praktis di dalam ketaatan (obey) kepada Allah. Maka ada tiga faktor yaitu trust, understand, and obey. Tiga langkah ini jika kurang satu tidaklah cukup, kurang satu bahaya. Trust tanpa understanding akan menjadi tindakan percaya membabi buta dan ngawur. “Saya percaya Allah.” Mengapa? “Tidak tahu.” Lalu kalau tidak tahu kenapa percaya? “Ya, pokoknya percaya saja.” Saya percaya dan bersandar kepada Dia, lalu bagaimana Tuhan memimpin? “Bukan urusan saya, saya tidak tahu.” Ini membabi buta dan sangat bahaya. Kita harus mempunyai pengertian, mempelajari mengapa demikian, bagaimana sifat-sifat Tuhan, dan bagaimana rencana-Nya. Makin mengerti, makin stabil imanmu; makin mengerti, makin lega jiwamu.

Banyak orang yang sudah percaya (bersandar) kepada Tuhan, tetapi tidak menikmati damai sejahtera dari Tuhan. Banyak orang yang sudah percaya (bersandar) kepada Tuhan, tetapi tidak ada kedamaian dalam Tuhan. Hal ini terjadi karena engkau belum mengerti siapa yang memimpin engkau, belum mengenal bagaimana sifat-Nya, motivasi-Nya, tujuan memimpin untuk apa. Jika makin mengerti, makin mempelajari sifat Tuhan dengan jelas, makin tenang mengikuti-Nya. Kita perlu banyak belajar. Makin mengerti bagaimana Tuhan bisa dipercaya dan diandalkan, membuat engkau tenang mengikut Tuhan. Banyak orang mengikut Tuhan dalam keraguan, tidak dalam damai sejahtera, tetapi dengan pikiran yang sangat curiga kepada Tuhan. Akibatnya, banyak orang bisa bersandar, tetapi tidak bisa menikmati damai sejahtera Tuhan.

Banyak orang Kristen memiliki pengalaman yang tidak seimbang antara bersandar dan menikmati damai sejahtera. Jika imanmu makin lemah, imanmu guncang, penuh dengan keraguan karena belum sepenuhnya mengerti siapa Tuhan yang memimpin, pertama trust, kedua understand, ketiga obey. Kita sulit untuk taat kepada seseorang yang kita tidak percaya. Jika sudah percaya tetapi kurang mengerti, sulit untuk taat. Kita mendengar panggilan-Nya, kita mau percaya kepada-Nya; kita mengerti siapa Allah, tetapi kita sulit untuk taat. Ketika mau taat, kita harus meninggalkan segala sesuatu. Iman bukan hanya di dalam pengetahuan kognitif dan kemauan, iman harus dalam penaklukan diri untuk taat pada firman Tuhan.

Ketika Abraham beriman kepada Tuhan, ia dibenarkan oleh Tuhan. Tuhan mengatakan, “Abraham, tinggalkan kotamu, bangsamu, tinggalkan tanah kelahiranmu, pergi ikut Aku.” Abraham bertanya, “Pergi ke mana?” Tuhan menjawab, “Aku tidak memberitahumu sekarang, engkau pergi ke tempat yang akan Aku tunjukkan kepadamu.” “Kapan tunjukkan?” “Aku tidak beri tahu juga. Sekarang pergi.” Tuhan mau Abraham pokoknya pergi, tahunya taat, tetapi tidak tahu pergi ke mana. Ini tidak mudah, tetapi inilah iman. Karena Abraham taat kepada Tuhan, ia menjadi bapa orang beriman.

Ketika Abraham meninggalkan kota Ur di Mesopotamia, ia bukan orang miskin, bukan gelandangan, bukan orang yang minta Tuhan pimpin karena tidak mempunyai pekerjaan. Abraham mempunyai ratusan pegawai, ia termasuk salah satu orang kaya pada saat itu, dan ia juga mempunyai ratusan prajurit. Abraham tinggal di kota Ur, Mesopotamia. Dari penemuan arkeologi abad ke-20, kota Ur adalah kota terbesar di dunia saat itu. Jangan berpikir Abraham tinggal di tenda. Abraham tinggal di tenda setelah ia dipanggil Tuhan keluar dari Ur. Sebelumnya ia tinggal di rumah yang besar dan megah. Iman lebih dari sekadar pengakuan. Iman adalah trust, understand, and obey God (percaya, mengerti, dan taat kepada Allah). Bersandar lebih dari sekadar pengakuan; mengerti adalah bagian dari pengakuan; taat adalah tindakan konkret terhadap pengakuan kepada Allah. Iman mengandung ketiga unsur ini: bersandar, mengerti, dan taat (trust, understand, and obey).

Tidak mudah bagi seseorang untuk mau taat kepada Tuhan. Orang biasanya mau taat kepada Tuhan karena sudah tidak mempunyai apa-apa lagi dan tidak ada pilihan lain, maka ia ikut Tuhan. Itu mudah. Tetapi Abraham bukan tidak mempunyai apa-apa. Ia mempunyai rumah, peternakan, harta, semua yang dimiliki orang kaya. Ia mempunyai ratusan pengawal. Semua harus taat kepadanya, semua harus ikut dia, karena dia ikut Tuhan. Ini faktor ketiga, obey (taat). Lagu Trust and Obey adalah lagu yang terkenal, dinyanyikan di Amerika, Eropa, Australia, Afrika, Amerika Latin, Asia. Tetapi lagu ini kurang lengkap karena lagu ini berbicara trust and obey saja, kekurangannya adalah di tengah, yaitu understandTrust (bersandar) tanpa understand (mengerti), menjadi iman buta. Orang yang beriman kepada Tuhan tetapi tidak mengerti apa-apa, dia beriman buta. Sama seperti orang yang berjalan terus tetapi ditutup matanya, bagaimana berjalan, bergerak, setiap saat berada dalam bahaya karena tidak melihat, bisa tertabrak mobil, bisa jatuh ke jurang, bisa terbentur tembok, bisa menabrak orang lain, karena ia berjalan tetapi matanya tidak melihat. Inilah iman di dalam kebutaan.

Mata kita harus celik melihat pimpinan Tuhan. Pengertian membuat iman kita tidak buta. Mari kita menjadi orang dewasa yang berpikiran matang dan bertanggung jawab. Gereja yang tidak bertanggung jawab hanya mencari tempat yang bagus lalu memanggil pengkhotbah terkenal yang pandai menarik orang, lalu mengumpulkan orang dan mencari keuntungan dari persembahan. Gereja seperti ini tidak perlu modal, tetapi mendapatkan keuntungan. Gereja yang tidak beres motivasinya hanya uang. Tidak mudah mendirikan gereja Reformed yang begitu banyak aktivitas yang memerlukan subsidi uang terus-menerus. Ketika Tuhan mengatakan kepada gereja Reformed, lakukan ini dan itu, kerjakan ini dan itu, Tuhan tidak memberikan ongkos yang terlihat langsung. Tetapi jelas Tuhan memberikan visi untuk mengerjakannya. Setelah Tuhan memberikan visi, kita melihat, dan harus mengerjakannya. Tetapi pada saat yang sama kita tidak mempunyai uang. Di sini diperlukan iman. Hanya mempunyai faktor bersandar dan tidak mengerti, itu membabi buta. Hanya mempunyai pengertian dan bersandar, tidak mau taat, itu egois. Kita bukan orang Kristen yang membabi buta. Kita harus mengerti dan mengetahui, faith seeking understanding (credo ut intelligam), saya percaya supaya saya mengerti.

Iman orang Reformed adalah iman yang menuntut pengertian. Makin mengerti, makin taat dan percaya kepada Tuhan. Iman dan pengetahuan saling bertumbuh, menjadi kelakuan yang menunjukkan ketaatan kepada Tuhan. Faith contains trust, understanding, and obedience. Semua yang saya tahu dan percaya menjadi perbuatan sehari-hari saya sebagai tindak ketaatan kepada Tuhan. Tiga hal ini tidak boleh kurang satu. Pertama trust, kedua understanding, ketiga obedience. Mengapa percaya Tuhan? Sebab Ia baik. Baik apa? Jika engkau ikut Tuhan, berdoa kepada-Nya, bersandar kepada Dia, perlahan pengertian kita tentang sifat Tuhan akan meneguhkan imanmu, untuk trust in Him. Orang Kristen mengikut Tuhan dengan menaati firman Tuhan. Menjadi pengkhotbah, jika tidak memimpin dengan firman, celaka gerejanya. Pengkhotbah bukan orang yang pandai bicara dan membuat semua orang senang, tetapi harus memimpin orang dengan firman sehingga anggotanya mengikuti perkataan dari sorga.

Trust, understand, and obey. Ketiga faktor ini menjadikan engkau memiliki iman yang sejati. Untuk engkau beriman kepada Tuhan, engkau harus bersandar (trust) kepada Tuhan. Engkau bisa bersandar kepada-Nya karena engkau mengerti Dia, dan diikuti dengan taat kepada-Nya. Ketika tidak ada keragu-raguan, tidak ada diskusi, tidak ada kesulitan mengerti, inilah iman sejati. Iman sejati bukan seperti orang yang berkata, “Apa betul demikian?” Banyak orang Kristen, jika tidak ada pegangan, tidak mau percaya. Jika tidak ada perasaan, tidak mau percaya. Percaya berdasarkan perasaan adalah berbahaya. Percaya berdasarkan pegangan adalah berbahaya. Iman orang Kristen adalah iman yang sungguh. Ketika saat paling kritis, paling perlu, ia menyatakan ketaatan, inilah iman Abraham. Abraham meninggalkan Ur untuk pergi ke tempat yang belum ia ketahui. Ia hanya berpegang kepada firman dan janji Tuhan. Abraham pergi meninggalkan rumahnya, kotanya, segala kenikmatan dan kemapanannya. Ketika itu Abraham sudah berusia 75 tahun. Iman yang sejati ada trust, understanding, and showing your obedience, your submission. Ketika tunduk (submit), engkau obey (taat). Itulah iman yang sungguh-sungguh.

Jika engkau mengerti firman yang dikhotbahkan dan engkau menjalankannya, engkau taat, engkau akan memuliakan Tuhan. Saya seumur hidup berusaha untuk setiap langkah taat kepada Tuhan. Langkah terakhir adalah membangun universitas. Tidak ada uang, tidak ada izin. Saya percaya Tuhan akan memberikan kita izin tanpa memakai uang. Akhirnya Tuhan yang menang. Percaya dan taat. Saya tetap percaya kepada Tuhan. Sama seperti sepuluh tahun yang lalu saya berkata, “Ivan, siapkan guru, dirikan Sekolah Kristen Calvin.” Dalam 365 hari Ivan berkata, “Pak Tong, saya sudah menyiapkan 35 guru.” Sekarang Sekolah Kristen Calvin menjadi salah satu sekolah terbaik. Saya percaya Calvin Institute akan menjadi salah satu universitas terbaik, dengan iman, mengerti, dan taat. Taat kepada Tuhan. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-10-doktrin-iman#