Siapa guru pertama? Guru pertama adalah Adam dan Hawa. Adam dan Hawa mengalami hubungan erat dengan Tuhan, mendapat wahyu dari Tuhan, dan diberi tahu bahwa mereka akan mati. Ketika mereka sudah mempunyai anak, mereka memberi tahu anaknya, “Ayahmu dahulu makan buah terlarang. Ayahmu tidak mendengar firman Tuhan. Kami mendengar suara Iblis dan tertipu. Sekarang kita semua diusir keluar dan tidak bisa lagi tinggal di taman Eden. Maka engkau semua harus takut kepada Tuhan, harus mencari kehendak Tuhan.” Ketika Adam dan Hawa mengajar, muridnya adalah anak-anaknya sendiri. Kain dan Habel mendengar, tetapi reaksinya berbeda. Ketika Kain memberikan persembahan, ia memberi dengan sembarangan, mengambil hasil tumbuhan dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Yang penting saya sudah melakukan tugas, sudah menjalankan tuntutan agama, melunaskan kewajiban sebagai anggota gereja. Tetapi Habel berbeda. Ketika Habel memberikan persembahan, ia memilih anak sulung dombanya lalu disembelih. Hal ini karena Kain mendengarkan khotbah dengan sembarangan, sementara Habel mendengar khotbah dengan sungguh-sungguh dan teliti. Reaksi Habel terhadap firman Tuhan membuat ia menjadi orang Kristen yang beres. Tetapi Kain tidak. Kain tidak peduli Tuhan mau apa dan apa yang berkenan kepada Tuhan. Ia memberi sayur, tumbuh-tumbuhan, menurut dia sudah bagus karena dia sudah mau memberi persembahan.
Dalam Perjanjian Baru, Yohanes Pembaptis menunjuk Yesus dan memperkenalkan-Nya kepada orang-orang yang mendengar dia dengan kalimat, “Lihatlah Anak domba Allah yang akan menebus dosa dunia.” Ketika memperkenalkan Kristus, Yohanes adalah salah seorang yang paling mengerti apa itu Juruselamat, dan siapa Kristus. Yohanes adalah perintis Injil pertama dalam Perjanjian Baru, dan salah satu pemberita firman yang paling tuntas, walau pelayanannya paling singkat, hanya sekitar setengah tahun saja melayani. Setiap kalimat khotbahnya berfokus kepada Injil Kristus.
Bagaimana engkau mendengar firman dan bereaksi kepada firman akan menentukan kerohanianmu seperti apa dan bagaimana akibat dari kepercayaanmu kepada Yesus. Bagaimana kita bereaksi ketika mendengar firman akan menentukan hari depan kita, kerohanian dan iman kita, dan nasib kita di dalam kekekalan. Ini sangat menakutkan. Sejak kecil saya diajar untuk mendengar firman Tuhan baik-baik, dan belajar bereaksi secara serius. Sampai hari ini saya tidak berani main-main sama Tuhan. Ketika Perjamuan Suci, saya mengambil roti dan cawan dengan berdiri, tidak berani duduk, dan mengambil dengan dua tangan, tidak berani satu tangan. Lalu berdoa dengan tenang, dengan iman, dan dengan serius, minta Tuhan siapkan hati supaya layak menerima roti dan cawan yang menyatakan tubuh dan darah Kristus. Dengan sikap seperti ini, setiap kali saya berdiri di atas mimbar, saya berkhotbah dengan serius dan sama sekali tidak main-main. Reaksi serius yang bertanggung jawab sebagai respons kepada Tuhan membuat gereja diberkati Tuhan. Saya berharap tidak ada pendeta di GRII yang main-main. Sikap seperti ini akan memengaruhi seluruh jemaat dan jemaat akan memengaruhi seluruh masyarakat. Gereja menjadi terang dan garam dunia. Tuhan kiranya memimpin gereja ini dan gereja ini boleh menjadi gereja yang “tidak boleh tidak ada” di dalam zaman ini. Orang Kristen dalam gereja ini diharapkan menjadi orang Kristen yang “tidak boleh tidak ada” di dalam negara Indonesia. Indonesia membutuhkan gereja yang serius merespons firman Tuhan. Masyarakat kita membutuhkan sikap seperti ini, di dalam melayani Tuhan, di dalam bersaksi bagi Tuhan, di dalam mempermuliakan nama Tuhan, dan di dalam setiap pelayanan kita.
Maka iman yang pertama adalah iman yang percaya Allah ada dan memberi berkat. Tetapi ini belum cukup, karena iman sedemikian tidak menyelamatkan dan iman seperti itu belum iman di dalam Kristus, melainkan hanya berdasarkan alam semesta dan hati nurani. Gereja kita harus menekankan pentingnya Yesus Kristus lebih dari para malaikat, para nabi, para rasul, bapa gereja, reformator, dan siapa pun juga. Yesus adalah Anak Allah yang berinkarnasi. Jika engkau mendengar tentang Kristus, kematian dan kebangkitan-Nya yang menebus dosa manusia, barulah engkau mengenal Injil. Jika engkau mendengar banyak cerita nabi, rasul, dan lainnya, tetapi tidak mengenal Kristus yang mati dan bangkit bagimu, engkau belum mengenal keselamatan dalam Kristus.
Mengenal Kristus adalah mengenal kekristenan. Kekristenan adalah Kristus. Kristus adalah titik fokus iman Kristen; dan kematian dan kebangkitan Kristus adalah fokus Alkitab; dan itu disebut fokus Injil. Fokus Alkitab adalah Injil; fokus Injil adalah Kristus; dan fokus Kristus ada dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Melalui kita mengerti Kristus, mengapa mati, bagaimana Kristus bangkit, percaya Dia mati untuk saya, percaya Dia bangkit untuk memberi kehidupan baru kepada saya, kemudian percaya kepada Injil, kita menemukan fokus kekristenan, mengenal apa titik pusat yang paling penting dari seluruh berita Alkitab, dan dari situ engkau bisa diselamatkan.
“Lihatlah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29). Berita ini menunjuk kepada Kristus. Kristus adalah Anak domba Allah, yang tidak bercacat cela. Kristus satu-satunya yang suci mutlak dalam kemutlakan, menjadi pengantara yang tidak berdosa. Karena Ia tidak berdosa, Ia suci mutlak, maka di hadapan Allah Ia berhak menjadi pengganti kita. Ia menjadi pengantara yang sah, bersyarat, dan berkualifikasi sepenuhnya untuk menggantikan kita. Ia berhak untuk meminta pengampunan Tuhan Allah, mewakili Tuhan memberikan pengampunan dan keselamatan, dan memberikan pembenaran dari sorga. Ia menjadi Juruselamat kita. Ini adalah iman jenis kedua: iman yang percaya kepada Kristus yang menyelamatkan.
Iman jenis ketiga ialah iman mereka yang sudah menerima Tuhan, kini melaksanakan yang diimani menjadi sesuatu yang hidup di dalam tingkah laku dan tindakan kita. Iman yang ketiga ini adalah iman bahwa kita bisa diubahkan dan hidup sehari-hari kita bisa berubah. Kitab Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan mati adanya. Iman jenis kedua perlu diangkat dan dinyatakan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka, ketika engkau menyatakan iman keduamu di dalam Yesus Kristus ke dalam kehidupan keseharianmu, menyatakan ketaatanmu kepada firman, ini menjadi iman yang ketiga. Kita tidak hanya percaya teori-teori dan doktrin-doktrin di mulut kita, tetapi harus dimanifestasikan di dalam perbuatan baik, di dalam kehidupan keseharian kita, di dalam menolong orang miskin dan mereka yang ada dalam bencana. Dengan demikian Tuhan akan dipermuliakan.
Jika kita melihat orang bukan Kristen mendahului kita berbuat hal-hal demikian, kita harus malu. Orang Kristen harus berinisiatif, melihat, dan bertindak lebih dahulu sebelum orang lain lihat dan lakukan. Melihat sebelum orang lain melihat, merasakan sebelum orang lain merasakan, berpikir sebelum orang lain berpikir. Buktikan dahulu tindakan iman kita sebelum orang lain. Dalam Alkitab, ada orang kaya seperti Abraham, orang berkuasa seperti Daud, orang yang mempunyai kemuliaan seperti para raja. Tetapi dalam Alkitab juga ada orang Kristen seperti pengemis yang minta uang dari orang kaya dalam Lukas 16.
Gereja harus bisa menampung semua lapisan masyarakat. Siapa pun harus bisa masuk dengan nyaman. Yang kaya bisa masuk, yang miskin juga bisa masuk. Laki-laki bisa masuk, perempuan juga bisa masuk. Tuan boleh masuk, budak juga boleh masuk. Di hadapan Allah tidak ada perbedaan. Jika engkau adalah seorang pembantu rumah tangga, jangan malu atau rendah diri. Engkau yang pengusaha besar, jangan sombong dan jangan merasa istimewa. Engkau datang naik Rolls-Royce, jangan sombong. Engkau yang datang naik sepeda, jangan minder. Di hadapan Tuhan, semua diterima secara sama. Tuhan adalah Tuhan seluruh rakyat, Tuhan seluruh umat, yang memandang semua manusia sama rata dan tidak pandang bulu. Iman mungkin ditanam di dalam hati orang paling kaya, tetapi mungkin juga diberikan kepada orang paling miskin.
Siapa yang mendengar firman Tuhan, bereaksi dengan sungguh-sungguh, serta taat dan rendah hati, orang tersebut akan mendapat iman. Setelah mendapat iman, iman itu harus dilaksanakan. Kita melaksanakan firman, bukan hanya mendengar saja, maka kita mendapat iman. Taat firman melaksanakan iman. Sering kali perbuatan kita berbeda dari apa yang kita ketahui. Itu terjadi karena kita tidak mau taat. Sering kali aplikasi hidup kekristenan kita sangat berbeda dengan apa yang kita imani. Itu terjadi karena kita tidak rela taat. Jika engkau tidak siap mendengar, engkau tidak memiliki iman. Ketika engkau tidak rela taat, engkau tidak memiliki pekerjaan baik. Jadi, pada saat engkau menindas pendengaranmu, tidak ada iman pertama. Setelah ada iman pertama, jika engkau tidak mau mendengar, tidak ada iman kedua. Sesudah ada iman kedua, jika engkau tidak mau taat, tidak ada iman ketiga. Iman pertama percaya ada Allah, iman kedua menerima keselamatan dari Tuhan, dan iman ketiga melaksanakan apa yang kita percaya, menjadi orang Kristen yang berbuat baik untuk memuliakan Tuhan. Inilah ketiga tahapan iman, yaitu percaya Allah ada, percaya Dia menyelamatkan, dan percaya Dia memakai saya untuk menolong orang lain. Di sini kita mengerti dan menghidupi iman yang menyeluruh (comprehensive faith).
Selain ketiga jenis iman ini, kita akan ditingkatkan Tuhan ke iman keempat, yaitu bersandar pada Dia dan bekerja sama dengan Tuhan. Dengan iman, kita bekerja sama dengan Tuhan. Dengan iman, kita berjalan beserta Tuhan. Ini iman yang paling tinggi, yang paling berhasil. Makin mendengar makin mengerti, begitulah artinya percaya Yesus. Bukan hanya percaya dan dibaptis, tetapi bagaimana menerima Yesus dan menginvestasikan imanmu dalam kelakuan, bagaimana menaati perintah dan mengikuti pimpinan Roh Kudus, serta melaksanakan imanmu dalam perbuatan baik. Amin.
…
Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/iman-pengharapan-dan-kasih-bagian-8-doktrin-iman