Sebelumnya…

Firman : Matius 5:33-37

Ada satu hal yang tidak dicatat di dalam Taurat Musa tetapi disinggung oleh Tuhan Yesus. Hal ini sering terjadi dalam masyarakat dan diperlukan dalam upacara pelantikan, yaitu bersumpah. Perlukah bersumpah? Jika perlu, mengapa Tuhan Yesus berkata jangan bersumpah dalam segala sesuatu? Jangan bersumpah demi langit, demi bumi, demi Yerusalem, dan demi kepalamu sendiri. Jika sesama manusia saling percaya dan setia pada kepercayaan mereka, maka tidak perlu bersumpah. Jika manusia dan manusia tidak dapat saling percaya, bersumpahpun tidak ada gunanya, bersumpah bukan sesuatu yang diperlukan tetapi tambahan dari setan. Sama seperti Taurat seharusnya tidak perlu ada, Taurat tidak pernah direncanakan oleh Allah, Taurat adalah tambahan karena bukan rencana kekal dari Allah. Tetapi jika bukan ditetapkan Allah, mengapa dalam Alkitab ada taurat? Bukankah Alkitab berkata, setitikpun dari Taurat tidak boleh dihapus. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi Taurat akan tetap ada dan perlu digenapi. Jika demikian mengapa berkata, Taurat tidak perlu? Taurat ada setelah manusia jatuh dalam dosa. Jika manusia tidak berdosa, tidak perlu ada Taurat. Setelah jatuh dalam dosa Taurat menjadi dasar untuk menghukum manusia. Setelah Adam berbuat dosa, Taurat adalah tambahan, bukan rencana kekal Allah. Setelah ditulis, Taurat harus ada, yang tadinya tidak perlu, sekarang harus ada, dan tidak bisa tidak ada. Demikian juga dengan sumpah, sebenarnya tidak perlu ada. Jika Taurat adalah tambahan, sumpah adalah tambahan juga. Sumpah berasal dari Allah sendiri, Allah bersumpah demi Diri-Nya sendiri. Sumpah dari Allah yang ada dari permulaan, Allah yang bersumpah pada manusia karena manusia dapat menyeleweng, tidak jujur, dan dapat berbuat dosa, maka Allah yang tidak berubah, bersumpah demi Diri-Nya sendiri. Demi Diri-Nya sendiri berarti hanya Allah yang kejujurannya kekal, murni, dan dapat disandar. Maka Ia bersumpah demi kejujuran-Nya.

Dalam Matius 5 ayat 33, diterjemahkan memakai kata Firman, ini tidak tepat karena dalam bahasa aslinya “engkau mendengar perkataan dari dari orang kuno”, dalam bahasa Indonesia kata sumpah ditambah kata palsu, jangan bersumpah palsu, sedangkan dalam bahasa asli hanya kata bersumpah. Mungkin karena penterjemahnya pikir boleh bersumpah asal jangan palsu. Jika engkau sudah sumpah, jangan menelan kembali. Yang telah engkau ucapkan di dalam sumpah harus dipelihara baik-baik, ini sama dengan janji. Alkitab berkata, jangan berjanji di hadapan Allah, apa yang telah engkau janjikan, harus dilaksanakan, jangan ditelan kembali. Karena janji itu serius, penting dan diperhatikan oleh Allah. Setiap kali berbicara tentang janji, kita sedang berbicara mengenai hal yang sangat serius, yang tidak boleh main-main. Janji menikah adalah untuk sisa hidup sampai ajalmu. Janji dalam dagang, bertanggung jawab dalam pemerintahan, adalah kesetiaan dan karaktermu yang menjadi jaminan. Maka bersumpah melebihi janji. Banyak orang yang sembarangan berjanji dan ingkar janji. Hal ini bukan hanya melecehkan hubungan engkau dan orang lain, tetapi melecehkan karakter dan jiwamu yang berharga. Sembarangan janji dalam berdagang, engkau merusak kredibilitasmu dalam masyarakat. Sembarangan janji dalam pernikahan, engkau merusak keluargamu seumur hidup. Maka bersumpah adalah hal yang serius sekali.

Tuhan Yesus berkata, “Jangan bersumpah.” Mengapa hubungan manusia dan manusia perlu diteguhkan oleh kalimat sumpah? Apakah dengan jujur saja tidak cukup? Bukan jujur saja tidak cukup, tetapi manusia tidak cukup jujur. Apakah yang melebihi kejujuran? Jika saya jujur, engkau berkata saya lebih jujur. Lalu apa artinya lebih jujur dari jujur? Bukankah jujur saja sudah cukup? Mengapa harus lebih jujur? Karena banyak yang mencampur kepalsuan dalam kejujuran. Jika seseorang kurang jujur, sebenarnya itu adalah penipuan yang kurang berani, dan kejujuran yang sangat kurang. Jika hubungan manusia dan manusia didirikan di atas kejujuran maka masyarakat akan damai.

Ada satu cerita mengenai seorang anak belasan tahun yang pekerjaannya menggembalakan domba. Suatu hari anak ini membawa domba-dombanya ke padang rumput, ia merasa hidupnya setiap hari seperti ini, sangat membosankan, maka ia membuat hal yang nakal sekali. Ia berteriak “Ada serigala, ada serigala.” Orang banyak mendengar suaranya dan merasa kasihan, maka mereka pergi ke padang mencari anak itu. Ketika ketemu anak itu, mereka melihat dombanya baik-baik saja, anaknya aman-aman saja, tidak terjadi apa-apa. Lalu mereka bertanya “Mana serigalanya?” Anak itu tertawa dan berkata “Saya menipu kalian, saya merasa hidup tidak ada arti, setiap hari hanya jaga domba, maka saya memikirkan cara untuk bertemu banyak orang yang datang membantu saya.” Orang-orang tersebut sangat marah karena mereka meninggalkan semua hal yang sedang mereka kerjakan untuk menolong anak itu, dan ternyata hanya tipuan. Beberapa hari kemudian, sungguh-sungguh ada banyak serigala yang menyerbu anak itu dan kawanan dombanya. Anak itu sangat ketakutan dan berteriak, “Ada serigala, ada serigala.” Teriak sampai suaranya habis, tidak ada yang datang, karena mereka pernah ditipu. Tetapi hari itu sampai sore anak tersebut tidak pulang-pulang, dombanya juga tidak dibawa pulang ke kandang. Maka Mereka pergi mencari anak itu, ketika ketemu anak itu sudah mati, badannya terkoyak-koyak. Ini adalah salah satu cerita terbaik untuk mendidik anak-anak mengenai kejujuran. Orang yang mengira bahwa ia dapat menipu orang lain adalah orang yang paling rugi. Ada dua hukuman terbesar untuk penipu. Pertama, seorang penipu mengira seluruh dunia penipu. Jika saya dapat menipu, orang lain juga menipu. Ia dihukum karena konsep berpikirnya telah dirusak oleh asumsi bahwa semua orang sama. Hukuman kedua, orang yang menipu tidak percaya pada siapapun, karena ia kira setiap orang penipu, maka tidak dapat dipercaya. Karena tidak percaya siapapun, ia tidak pernah menerima kebenaran, tidak pernah bertumbuh dalam pengetahuan, karena ia tidak pernah percaya pada orang lain. Jika masyarakat penuh tipuan, engkau menipu orang lain, orang lain menipu engkau, maka masyarakat seperti ini sangat kasihan, penyakitnya terlalu berat, dan tidak ada pertolongan. Maka manusia dan manusia perlu menjalin hubungan saling percaya, sehingga hidup damai, stabil, dan tanpa kecemasan, kekuatiran yang mengganggu ketentraman dan kesejahterahraan hidup masing-masing. Kalimat jangan bersumpah tidak pernah ditulis dalam 10 hukum, tetapi Tuhan Yesus melampaui hukum Musa, melampaui gejala lain dari masyarakat.

Apa maksud perkataan jangan bersumpah? Jika Tuhan Yesus menyuruh kita jangan bersumpah, pemerintah menyuruh kita bersumpah, lalu harus taat yang mana? Di seluruh dunia ketika diangkat menjadi presiden harus bersumpah, tetapi jika Tuhan Yesus berkata tidak boleh bersumpah, apakah saya boleh tidak bersumpah? Tetapi Alkitab juga berkata, pemerintah kuasanya dari Allah, taatilah atasanmu. Sehingga dalam hal ini, jika bersumpah kita tidak melanggar perintah Tuhan. Ketika Tuhan Yesus berkata jangan bersumpah, artinya mari menjadi orang yang dapat dipercaya. Manusia jika dapat dipercaya, sangat bahagia. Manusia yang tidak dipercaya oleh siapapun, hidupnya lebih kasihan dari anjing liar, karena tidak ada yang menghargai.

Dalam sistem barat memakai sistim credit card. Credit card adalah surat kepercayaan yang membuktikan bahwa engkau dapat dipercaya karena sudah diuji. Bagaimana cara diujinya? Jika engkau meminjam uang dari bank dan ditentukan harus bayar, engkau telah bayar, engkau pinjam engkau bayar. Orang Tionghoa dari dulu berkata, kepercayaan masyarakat adalah nyawa kedua. Nyawa pertama yaitu hidupmu, seluruh pikiran berada di dalam karaktermu. Nyawa kedua, yaitu orang lain percaya padamu. Orang lain tahu engkau dapat diandalkan dan dipercaya. Kepercayaan masyarakat adalah nyawa keduamu. Ketika saya masih di Surabaya, ada seorang ncek berumur 57 tahun dan istrinya datang ke rumah saya, mereka menangis karena toko kainnya terbakar habis semua. Itu semua adalah modal dan uang yang mereka miliki. Suami istri itu terus menangis. Ketika itu saya masih berumur 27 tahun. Saya mengajak mereka berdoa. Saya berkata, “Tuhan, kasihanilah anak-Mu ini, ia orang yang jujur dan rajin, suami istri kerja setengah mati. Sekarang mereka mengalami kesulitan. Tuhan beri pertolongan pada mereka”. Lalu saya berkata, kalian suami istri jujur, rajin, rendah hati, dan kerja sungguh-sungguh maka dengan kepercayaan orang lain yang mengetahui kejujuranmu, kalian masih ada kali kedua untuk hidup di dunia ini. Jika engkau jujur, Tuhan akan memberi kesempatan engkau berdagang lagi. Satu bulan kemudian ia berkata pada saya, terima kasih untuk doa Pak Tong, terima kasih anjuran Pak Tong, saya sekarang sudah buka toko lagi. Banyak orang yang pernah membeli kain pada saya, melihat keadaan saya, mereka inisiatif meminjamkan uang. Karena banyak orang yang meminjamkan uang, maka saya dapat berdagang kembali. Alkitab berkata, yang jujur diperlakukan jujur oleh Tuhan, yang lurus diperlakukan lurus oleh Tuhan, yang licik diperlakukan bengkok oleh Tuhan. Tuhan adalah Tuhan yang adil, Tuhan yang hidup, siapa yang jujur Tuhan jujur padanya. Siapa yang licik, Tuhan membengkokkan jalannya. Tuhan adalah Tuhan yang tidak pernah berbohong, tidak pernah licik. Ia jujur dan setia. The faithful one is the name of our God. Our God is always honest, our God is always righteous, our God is always faithful. Alkitab berkata, jika engkau jujur pada orang lain, Saya memberikan berkat jujur padamu.

Jika Allah jujur pada kita, ini adalah hal yang paling bahagia. Allah tidak menipu kita, sehingga janji-Nya pasti ditepati, kalimat-Nya pasti dijalankan. Siapa yang mau menerima kejujuran Allah, syaratnya satu, harus menjadi orang yang jujur. Orang yang sering ngaco, nakal, menipu orang, ia kira ia paling pintar. Penipu selalu menganggap dirinya paling pintar, yang ditipu diketawain. Engkau kira engkau untung? Tuhan bilang, tidak mungkin. Dari satu titik ke satu titik, yang paling dekat adalah garis lurus, tetapi jika Tuhan membengkokkan jalanmu, engkau akan rugi luar biasa. Jadilah orang yang jujur, seumur hidup jujur pada Tuhan, pada istri, saudara, dan sesama, karena inilah yang diperkenan Tuhan. Jangan kira pintar menipu orang, engkau hebat, menghasilkan banyak keuntungan melalui penipuan, engkau lebih pintar dari orang lain, orang seperti ini adalah orang yang menipu diri sendiri. Jangan menjadi orang yang mengelabui dan mempermainkan diri sendiri. Karena apa yang engkau permainkan dicatat oleh Tuhan, apa yang engkau nyatakan ditilik oleh Tuhan, dan Tuhan mulai membiarkan engkau melewati jalan bengkok, tidak pernah sampai sasaran ketika engkau tidak jujur. Orang Israel pernah mencobai dan mempermainkan Tuhan, maka Tuhan membiarkan mereka keliling di padang belantara selama 40 tahun, tidak langsung masuk tanah Kanaan. Dari Mesir ke Kanaan jalan kaki tiga hari sudah sampai, tetapi bangsa Israel harus keliling 40 tahun baru boleh masuk tanah Kanaan, betapa ruginya mereka. Jika Tuhan tidak memberkati engkau, mungkin akhirnya engkau berhasil, tetapi berliku-liku dipermainkan dirimu sendiri, dan Tuhan membiarkan engkau mengalami liku-liku yang tidak ada habisnya. Mari belajar jujur terhadap diri sendiri, jujur terhadap Tuhan dan orang lain. Jangan bersumpah pada Tuhan, karena langit tempat tahtanya Tuhan. Jangan bersumpah pada bumi, karena bumi tumpuan kaki Tuhan. Jangan bersumpah pada Yerusalem, karena Yerusalem kota Raja yang besar. Jangan bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak dapat membuat rambut hitam menjadi putih, tidak bisa merubah rambut putih menjadi hitam, engkau sangat terbatas, maka serahkan pada Tuhan dan jujur.

Jika engkau jujur, engkau tidak dirugikan. Apa taktik dan strategi yang paling baik di dunia? Jujur. Jika engkau jujur, engkau pasti mendapat berkat. Dr. Sorokin, seorang pemimpin komunis menulis buku Social Dynamic, di dalam bukunya diceritakan seorang nenek yang tinggal seorang diri di New York. Nenek ini bendahara sebuah lembaga yang menjalankan diakonia. Para anggota lembaga ini mengumpulkan uang dan uang yang dikumpulkan ditaruh di rumah nenek tersebut. Pada suatu hari rumahnya dimasuki maling, nenek ini minta Tuhan memberikan ia ketenangan dan bertanya pada perampoknya? “Mengapa malam-malam masuk ke rumah saya tanpa ijin, siapa kamu?” “Saya perampok, keluarkan semua hartamu.” Nenek ini hanya duduk dan berkata, “Kamu mau saya jujur, saya akan jujur, saya bendahara lembaga yang menolong orang tua yang miskin. Kami sudah kumpulkan uang lebih dari sepuluh ribu dollar. Uang ini bukan milik saya tetapi milik lembaga. Dan lembaga ini anggotanya bukan orang kaya, tetapi orang tua yang tidak punya pekerjaan, anak dan suami, jika sakit tidak ada yang memberi uang obat, hanya menanti kematian. Maka kami kumpulkan uang untuk menolong mereka.” Ketika ia berbicara, Tuhan menggerakkan hati perampok itu, dan hatinya mulai luluh. Lalu ia berpikir, ia sendiri punya mama yang sakit, dan orang perlu menolong orang tua yang sudah sakit. Nenek itu berkata lagi, “Jika kamu mau ambil, silahkan ambil, saya perempuan tua tidak bisa melawan kamu. Kamu mau ambil, silahkan, tetapi kamu berdosa, karena melalui uang yang kamu ambil akan banyak orang tua yang mati dan tidak ada pertolongan.” Setelah mendengar perkataan nenek tersebut, perampok itu menangis dan memasukkan pistolnya kembali dan berkata pada nenek itu, “Maafkan jika tidak kepepet saya tidak menjadi perampok. Setelah mendengar ceritamu, hati saya terharu dan ambil keputusan tidak mau merampok lagi.” Lalu perampok itu pergi, tetapi tidak berapa lama, perampok itu datang lagi, dan berkata, “Setelah mendengar cerita ibu, saya sangat tergerak, maka saya mau memberikan sepuluh dollar, saya ingin berbagian ikut menolong orang tua yang miskin.” Sorokin menulis di dalam bukunya, “Jangan kira segala sesuatu hanya berdasarkan hukum dan uang. Ada unsur hati nurani manusia yang dapat tersentuh oleh kasih, dan orang dapat berubah.” Melalui kepercayaan yang sungguh-sungguh, dunia memiliki pengharapan. Tuhan dapat bekerja melebihi segala hukum atau peraturan, melalui gerakan Roh Kudus untuk menghancurkan, untuk membawa manusia kembali pada Tuhan.

Mari belajar menjadi orang yang jujur dan setia, maka Tuhan akan memakai kita. Orang yang menipu orang lain tidak ada hari depan yang baik. Orang yang jujur akan diperlakukan Tuhan dengan jujur. Maka Tuhan Yesus berkata, jangan menipu, jangan bersumpah. Jangan bersumpah pada langit, karena langit adalah tahta Tuhan. Jangan bersumpah pada bumi, karena bumi adalah tempat kaki Tuhan. Jangan bersumpah pada Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota dari Raja yang besar. Jangan bersumpah demi kepalamu, karena kamu tidak sanggup merubah warna hitam atau putih dari rambutmu. Maka Tuhan Yesus berkata, “Jika iya katakan iya, jika tidak katakan tidak, jangan putar-putar, jangan rubah, jangan pakai kalimat menipu untuk membalikkan fakta.” Jujurlah maka tidak perlu ditambah sumpah.

Mengapa perlu sumpah? Karena takut orang tidak percaya. Mengapa orang tidak percaya? Karena dari dulu ketahuan tidak jujur. Maka dengan bersumpah, engkau ingin menambah kepercayaan orang lain pada engkau. Tuhan Yesus berkata, tidak perlu sumpah jika jujur. Jika iya katakan iya, jika tidak katakan tidak, yang lain serahkan pada Tuhan. Orang jika tidak dipercaya bagaimana bersumpah tidak berguna. Jika mau dipercaya, harus konsisten jujur, tidak menipu, tidak menyeleweng, setiap kalimat dapat dipercaya, maka orang akan menghargai engkau. Dalam zaman yang bengkok dan menyeleweng ini, saya mendirikan gereja yang jujur, menjadi pendeta yang jujur dan merekrut pemuda pemudi yang jujur menjadi pendeta di sini. Saya bersyukur karena jujur, kita terus diberkati dan tidak ditinggal Tuhan. Jika Tuhan mengijinkan segala sesuatu terjadi, siapapun tidak dapat melarang atau menghambat. Tetapi Tuhan hanya memberkati orang yang lurus, jujur, dan cinta Tuhan. Semua hal yang tidak mungkin terjadi, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Jika kamu diberkati Tuhan, mendapat uang banyak, jangan lupa itu bukan untuk dirimu lebih kaya, tetapi untuk pekerjaan Tuhan lebih bertumbuh dan bertambah di dunia ini. Biarlah GRII dipakai Tuhan untuk menjadi berkat, pekerjaan Tuhan bukan hanya sampai di sini. Mari kita lebih sungguh-sungguh dan rajin melayani Tuhan. Jika iya katakan iya, jika tidak katakan tidak, jangan banyak bicara. Mengapa orang bersumpah? Karena orang tidak percaya. Jika bersumpah yang iya dibilang tidak, yang tidak dibilang iya, itu adalah kalimat tambahan di dalam sumpah yang berasal dari iblis.

Tuhan Yesus telah mengajar dengan jelas, mari kita menjadi orang yang jujur, yang betul yaitu betul, yang tidak betul yaitu tidak betul, dengan demikian Tuhan akan terus menjaga kita. Di dalam sejarah, pada 2300 tahun lalu di Gerika ada seorang filsuf bernama Xenophanes yang menulis, alam mengaruniakan setiap manusia dua telinga, dua mata, tetapi hanya satu mulut, karena alam ingin manusia lebih banyak mendengar, lebih banyak observasi, tetapi sedikit bicara. Sekarang banyak orang yang dengarnya ngawur, lihatnya sembarangan, ngomongnya kacau balau. Yang dilihat tidak banyak, yang didengar tidak banyak, cerewet tidak habis-habis. Yang dibicarakan yang tidak-tidak, membicarakan hoaks, fitnah, membuat dunia lebih kacau. Tetapi di dalam Alkitab ada kalimat yang lebih penting dari kalimat Xenophanes, Alkitab menulis God created us with two ears, two eyes, but only one mouth. Xenophanes berkata “alam memberikan”, tetapi Alkitab berkata, “Tuhan mencipta.” Tuhan menciptakan kita dengan dua mata, dua kuping, hanya satu mulut, supaya kita mendengar yang baik dan yang jahat, melihat yang benar dan yang salah, tetapi bersaksi hanya untuk kebenaran.

Jangan bercabang lidah, dari sumber air hanya keluar air dengan satu warna, satu rasa, tidak mungkin sumber yang airnya manis sekaligus mengeluarkan air yang pahit. Demikian pula mulut orang kristen hanya keluar kebenaran, karena kita diciptakan menjadi saksi kebenaran Tuhan, dipanggil menjadi saksi Kristus untuk mengabarkan Injil. Saya harap kita sebagai orang kristen, khususnya anggota gereja Reformed Injili, menjadi orang yang jujur, tidak memihak siapapun, tahu apa yang baik dan jahat, tahu siapa yang benar dan tidak, hanya bersaksi jujur untuk kebenaran. Kiranya Tuhan memberkati kita, menumbuhkan rohani kita, menjadi manusia yang bertanggung jawab pada Tuhan. Mari berdoa. (ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah-SJ)

 

Sumber : https://www.rec-singapore.org/wp-content/uploads/2020/07/28June2020_STong.pdf