Sebelumnya…

Dalam hukum Musa ada hukum jangan membunuh dan hukum jangan berzinah. Sebelum Musa menerima hukum dari Allah di Gunung Sinai, Musa pernah membunuh orang Mesir. Mengapa Allah memberi perintah jangan membunuh melalui orang yang pernah membunuh? Bukankah ini ironi besar, satu sindiran pada manusia? Allah sengaja memilih Musa yang sudah pernah membunuh untuk menyampaikan perintah jangan membunuh agar tidak ada manusia yang dapat sombong, membanggakan dirinya sempurna. Kita tidak mungkin menjalankan hukum Allah dengan sempurna, menjalankan kesucian sesuai tuntutan Allah. Ketika Allah memberi perintah jangan berzinah, Daud orang yang paling dikenan Tuhan berzinah. Yesus berkata, “Engkau mendengar ada orang berkata, jangan berzinah, tetapi Aku berkata kepadamu.” Kalimat ini berarti, bukan seperti yang engkau dengar, dengarlah koreksianKu yang berbeda dengan semua kalimat yang engkau dengar. Musa berkata harus ada surat cerai, karena hatimu keras. Tetapi Aku berkata kepadamu, jika bukan karena zinah tidak boleh bercerai. Hukum ke 6 dan ke 7 dalam sepuluh hukum adalah hubungan antara pribadi dan pribadi. Ketika engkau membunuh, engkau telah merusak suatu hubungan dengan tuntas, menghentikan keberadaan hidup orang lain. Hubungan ini sudah rusak sampai jika ada saya tidak ada kamu. Hubungan pribadi dengan pribadi, hubungan antara manusia dengan manusia yang paling dekat adalah pernikahan. Hukum ke 6 dan 7 secara ekstrim adalah dua hal yang sangat berbeda, menghancurkan keberadaan orang lain selamanya dan menginginkan kedekatan dengan orang lain selamanya. Dalam kedua hal ini manusia selalu membuat kesalahan, melawan kehendak dan hukum Tuhan. Yesus berkata, jika matamu menginginkan seorang perempuan, cungkillah matamu. Jika tanganmu berbuat dosa, potonglah tanganmu, lalu apakah masalah selesai? Yesus berkata, tidak karena hatimu masih menginginkan. Yang penting bagaimana mematikan nafsu yang di dalam.

Tetapi nafsu diberi oleh Tuhan, apakah harus dimatikan, apakah mungkin mematikan nafsu? Apakah yang diajar Tuhan terlalu ekstrim? Tidak, yang Tuhan ajar membenahi hati karena kita harus hidup tidak bersandarkan pada nafsu. Dalam kitab Yakobus dijelaskan sumber dosa dan daya tarik yang mengakibatkan kematian. Dosa dilahirkan dari nafsu, bertumbuh dan berakibat kematian, penyebab utama dari semua perbuatan jahat. Jika nafsu tidak dibunuh, tidak diselesaikan, dosa akan mengakibatkan kematian yang tidak habis-habis, ini hal yang menakutkan sekali. Yesus berkata, menurut Musa engkau boleh menceraikan istrimu asal ada surat cerai. Tetapi apakah surat cerai dapat mengesahkan dan membenarkan engkau di hadapan Tuhan? Tidak. Surat cerai secara hukum terlihat masalahnya selesai, tetapi di hadapan Tuhan masalahnya belum selesai.

Manusia memiliki hati, emosi dan fungsi seks, setiap orang ingin menikah. Tetapi mengapa pernikahan yang diinginkan akhirnya bercerai? Bukankah ketika menikah ingin selamanya? Banyak orang dapat bertahan dalam pernikahan. Walaupun dalam kesusahan dan ketidakpuasan tetap tahan sampai mati. Apakah orang yang setia sampai mati adalah orang yang sempurna? Tidak, karena di tengah bertahan mungkin ada ketidak relaan, karena terpaksa maka tidak bercerai. Menurut psikologi, ada tiga unsur mengapa manusia tidak bercerai. Pertama agama. Agama tidak mengijinkan perceraian,
bercerai akan kehilangan muka di gereja, mesjid, wihara, atau masyarakat agama. Kedua, masyarakat. Karena masyarakat akan menghina dan menghujat sehingga tidak ada keberanian untuk hidup di tengah masyarakat jika bercerai. Ketiga, keluarga. Jika cerai, bagaimana dengan anak, keluarga akan berantakan, nama baik keluarga akan tercemar. Ketiga hal ini tidak membuktikan manusia puas, sempurna, atau sukses dalam pernikahan. Ada dua macam masyarakat yang diwakili oleh orang Cina dan Amerika dalam pernikahan. Orang Cina tidak cerai karena menjaga nama baik, tetapi mencari
perempuan lain sembunyi-sembunyi. Sedangkan orang Amerika sangat mudah kawin cerai. Keduanya tidak sesuai kehendak Tuhan, manusia tidak pernah menyelesaikan masalah seks dan keluarga. Di Perancis sudah tidak ada orang yang suci ketika menikah, di Amerika banyak anak perempuan sebelum 17 tahun sudah ditiduri lelaki. Dunia demikian jahat dan menakutkan, mengapa sampai sekarang belum dibuang Tuhan? Karena Tuhan masih beranugerah, memberikan kesempatan melalui anugerah umum agar manusia bertobat. Roma 2:6-7 menulis, tidak tahukah engkau panjang sabarnya Allah menanti engkau bertobat dan menerima pengampunan Allah. Tetapi bukan saja tidak bertobat, engkau terus menumpuk dosamu, maka hukuman dan murka Alah tidak dapat dihindari. Apa yang membuat manusia setia sampai mati, tidak menyeleweng dan melukai hati Tuhan? Hanya satu, takut akan Tuhan. Berbahagialah manusia yang takut akan Tuhan, karena akan terhindar dari godaan iblis dan menjaga kesucian di hadapan Tuhan. Ini hal yang tidak mudah, siapa yang tidak pernah menerima pencobaan? Yesus sekalipun menerima pencobaan, tetapi Ia tidak pernah berbuat dosa. Jika tidak ada kemungkinan berbuat dosa, apakah inkarnasi-Nya adalah sandiwara? Puji Tuhan kemenangan Yesus real, Ia adalah satu-satunya pemenang atas dosa yang menghancurkan penguasa dosa dan kematian yaitu iblis. Ia Kapten Keselamatan, yang layak kita sembah sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Boleh ceraikan istrimu karena zinah dan selingkuh, maka cukup alasan bagi suaminya datang pada Musa dan minta surat cerai karena ada bukti. Hal ini menjadi pengesahan perceraian dalam masyarakat Yahudi.

Banyak orang mengira dengan pengesahan demikian, sudah selesai, mereka melarikan diri dari kewajibannya di hadapan Tuhan. Tetapi Yesus berkata, tidak. Jika ada penyelewengan, istrimu berzinah, mengapa tidak mengampuninya? Malah mengambil kesempatan minta surat cerai karena sebenarnya sudah bosan dengan istrimu. Hanya Tuhan yang mengetahui motivasi terdalam. Jika anakmu satu tangan patah, apakah engkau tidak mau menganggapnya anak lagi karena sudah tidak layak menjadi anakmu karena ketika dilahirkan sempurna. Mengapa jika orang yang dicintai tertabrak dan
tangannya kurang satu, akan sedih dan dengan kasih merawatnya. Mungkinkah engkau mempunyai mental yang sama jika melihat istrimu yang pernah berzinah, menganggap hal itu tidak pernah terjadi dan masih mencintainya? Heran sekali, mengapa dalam hal berzinah manusia menjadi keras hati, membenci, menghina, dan mengutuk. Tetapi sebenarnya karena ingin istri kedua, tersimpan kejahatan hati manusia, motivasi yang tidak diperkenan Tuhan. Jika Tuhan mempunyai motivasi demikian, melihat kita sudah menyeleweng, dan berkata sekarang sudah ada bukti, cukup alasan membuang seluruh manusia ke neraka, lalu Tuhan menciptakan manusia baru. Apakah itu cara Tuhan? Tidak. Tuhan bahkan mengorbankan anakNya sendiri menggantikan manusia, supaya manusia berdosa kembali menjadi anak-Nya, inilah penebusan dan keselamatan. Mari mempunyai mentalitas dari Tuhan yang memberikan keselamatan pada kita dalam melihat mereka yang jatuh dalam dosa. Bandingkan sifat manusia yang berdosa dengan Allah yang penuh kasih, kita akan tahu betapa besar kasih Allah. Dalam kitab Yeremia Tuhan berkata, “Oh Israel, Aku mencintaimu dengan cinta yang kekal. Aku memanggil engkau kembali pada-Ku dengan cinta yang kekal. Dengan cinta yang demikian Aku mencintai engkau.” Yesus berkata, perceraian disebabkan karena perzinahan atau akibat mengakibatkan perzinahan, menjadi sebab akibat. Ketika seorang laki-laki menceraikan istrinya, ia hanya memikirkan menyelesaikan kesulitannya, tetapi menyebabkan masalah lain. Engkau ceraikan istrimu, istrimu menikah dengan pria yang sudah pernah dimiliki orang lain, itu perzinahan. When we try to solve the problem at the same time we create another problem. Kita tidak sadar dan mengira sudah selesai ketika bercerai. Lalu orang lain yang ditinggal bagaimana? Anak-anak bagaimana? Manusia mempunyai banyak kejahatan dan kesulitan yang kita tidak sadar bagaimana seharusnya diselesaikan.

Dunia tidak pernah tuntas menyelesaikan masalah dosa yang dibuat manusia. Kadang-kadang sulit menjadi suami istri selamanya, karena karakter, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, hobi, semua berbeda. Tetapi karena berbeda maka perlu pernikahan. Jika semua sama, sangat menakutkan. Orang yang keras dengan orang yang keras, akan melahirkan anak yang terlalu keras, yang tidak cocok dengan semua orang. Maka yang keras harus cari yang lembut, yang lembut harus cari yang keras, supaya anaknya netral, tidak terlalu keras atau terlalu lembut. Maka harus berbeda, puji Tuhan kita berbeda. Tetapi kapan perbedaan tersebut dapat dinikmati? Perlu berapa tahun untuk beradaptasi dalam perbedaan? Inilah seninya. Banyak orang mengira pasangan pertama kurang bagus, diceraikan lalu cari yang lain. Setelah menikah lagi ternyata yang pertama lebih baik dari yang kedua. Belajar seni bagaimana mengalami kesulitan, melampaui kesulitan, dan mengalahkan kesulitan, bersatu menjadi suami istri yang baik. Kita adalah manusia, bukan malaikat, juga bukan binatang. Malaikat ada cinta tidak ada seks. Binatang ada seks tidak ada cinta. Malaikat dan malaikat tidak mungkin ada hubungan seks. Binatang dan binatang tidak mungkin ada etika suami istri. Tetapi manusia membentuk keluarga, etika ikatan laki-laki dan perempuan yang bersatu, dan perlu kesucian. Allah berkata, “Aku yang memanggil engkau adalah Allah Yang Kudus, maka engkau harus kudus dalam segala sesuatu.” Mari belajar bagaimana menghadapi pasangan yang berlainan karakter, pendidikan, dan tradisi, meraih kemenangan dalam perjuangan mengalahkan perbedaan. Ini adalah keindahan yang tidak dapat diganti oleh uang. Tiga hal dalam pernikahan tertulis dalam Ibrani 13:4. Pertama setiap orang harus menghormati pernikahan. Kalimat ini adalah kalimat umum yang harus dihormati setiap orang, yang tidak umum. Pernikahan harus dihormati semua orang, termasuk orang yang tidak menikah. Orang yang menikah tidak boleh tidak menghormati mereka yang tidak menikah. Yang tidak menikah tidak boleh menghina orang yang menikah. Kedua, tempat tidur tidak boleh dinajiskan, tempat tidur yang suci adalah bahagia satu bangsa. Orang yang mengotori tempat tidurnya dibenci Tuhan. Ketiga, siapa yang berzinah akan menerima hukuman dari Tuhan. Tetapi Alkitab mencatat ada yang memiliki banyak istri dan perceraian, lalu bagaimana menjelaskannya? Alkitab adalah kitab yang menyelesaikan yang sudah rusak, bukan buku pedoman yang tidak mungkin dicapai. Antara realita kejatuhan manusia dalam dosa dan ideal kesempurnaan, mintalah bijaksana dari Tuhan.

Kita bukan malaikat, kita dapat berdosa. Kita bukan binatang, kita tidak perlu turun derajat menjadi tidak bermoral. Alkitab adalah kitab yang diberikan pada manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Mari melihat beberapa tokoh penting Alkitab,yaitu Abraham, Musa, Daud, dan Paulus. Alkitab menulis, Allah memberi janji pada Abraham, ia akan menjadi bapak bangsa-bangsa. Tetapi sampai istrinya mati haid mereka masih belum mempunyai anak, lalu apa maksud janji Tuhan? Abraham tetap percaya pada Tuhan, tetapi nyonyanya mulai pikir ngawur. Jika saya yang tidak bisa, jangan saya menjadi penghalang Kerajaan Allah, penghalang recana Allah, mungkin perlu perempuan lain. Jarang perempuan yang berhati besar seperti Sara, maka ia memberikan pembantunya. Abraham mendengar perkataan Sara, ia tidur satu malam dengan Hagar. Lihatlah yang resmi ditiduri ratusan hari tidak hamil, yang satu malam langsung hamil, maka jangan main-main. Karena malam itu Abraham bersetubuh dengan Hagar satu kali saja, akibatnya sampai
sekarang, ribuan tahun Israel dan Arab masih berperang. Jangan kira dosa main-main, jangan kira seks hanya beberapa menit sudah tidak ada kewajiban. Setelah Sara meninggal, Abraham mempunyai beberapa istri, ini semua dicatat di dalam Alkitab. Allah tidak takut menulis semua kelemahan anak-Nya untuk dibaca manusia. Tetapi kita harus mengerti apa maknanya, penjelasannya harus tepat, jika tidak akan menjadi penyelewengan yang lain lagi. Koreksi harus senantiasa ada. Always reformed, always correct, and return to the original will of God, inilah semangat gerakan Reformed. Lalu Yusuf. Yusuf mempunyai istri yang bukan dari orang Israel karena ia tidak dapat menikahi orang sebangsanya sendiri. Yusuf menikah dengan orang kafir, lalu apakah harus cerai? Tidak. Alkitab tidak menulis ada perceraian antara Yusuf dan istrinya. Tetapi bagaimana membuat yang kafir menjadi beriman, itulah tugas orang Kristen. Musa juga tidak ada kesempatan menikah dengan orang seiman karena ia melarikan diri setelah membunuh orang Mesir, Musa menikah dengan Zipora orang kafir. Yusuf dan Musa tidak mendapat orang yang seiman, ini adalah kehendak Tuhan. Ketika bangsa Israel mulai mencari kelemahan pemimpinnya, mulai membenci Musa dengan mempersoalkan istrinya, Tuhan memihak Musa. Orang yang dipilih Tuhan tidak boleh sembarangan diganggu, jangan lupa hamba Tuhan dipanggil dan dipilih Tuhan. Jika orang yang dipilih Tuhan engkau lawan dan kritik sembarangan, engkau yang akan hancur. Tuhan akan memelihara hamba-Nya, walaupun ada kelemahan Tuhan yang akan menyelesaikannya, itu bukan urusanmu. Ketika Musa memberikan surat cerai, hal itu bukan untuk mendorong perceraian, tetapi karena kekakuan hati bangsa Israel maka Musa terpaksa memberikannya. Kehendak Tuhan jauh lebih tinggi dari apa yang tertulis secara harafiah.

Lalu dalam kasus Daud. Daud mempunyai banyak istri karena wajar bagi seorang raja memiliki ratusan istri. Tuhan tidak banyak mengkritik Daud akan hal ini, tetapi Tuhan sangat tidak senang ketika Daud membunuh suami Batsyeba. Dalam poligami Tuhan membiarkan Daud, tetapi dalam perzinahan dengan Batsyeba dan membunuh suaminya, Tuhan sangat marah. Tetapi apakah ini rencana Tuhan karena Yesus lahir dari keturunan Batsyeba? Mana mungkin Tuhan merencanakan membunuh suami orang lain dan menerima janda yang ditinggalkan karena telah berzinah dengannya. Masalah keluarga, cinta, pernikahan, perceraian, rumitnya melebihi pengertian manusia. Lalu pernikahan Simson. Simson mempunyai kesempatan mencari orang seiman karena ia tinggal di tengah-tengah bangsanya sendiri, tetapi perempuan yang menggerakkan hati Simson hanya Delila, orang kafir. Ketika Tuhan berkata pada bangsa Israel, “Biarkan Simson dengan Delila, hal ini dari Aku.” Mengapa Tuhan melanggar perintah Tuhan sendiri? Kebesaran Tuhan melampaui pengertian kita merumuskan hal tersebut. Banyak orang Kristen mengerti Alkitab sedikit lalu membuat rumus. Jangan sepertinya mengikuti prinsip Tuhan, tetapi secara tidak sadar melanggar prinsip yang lain. Mengapa Kristus dilahirkan melalui Batsyeba? Mengapa Simson menyukai perempuan kafir? Kebesaran Tuhan melampaui pemikiran kita yang terbatas. Jangan sembarang menafsir apa yang dicatat Alkitab, dan menjadi orang Kristen yang berpikiran sempit, lihat hal yang tidak beres langsung kritik.

Dalam Alkitab, dua kali Allah berkata, “Ini dari Aku” Pertama, ketika Simson menikah dengan Delila. Kedua ketika Yudea terpecah menjadi dua, utara dan selatan. Perpecahan bukan kehendak Allah, tetapi dalam kesempatan yang unik Allah berkata, ini dari Aku. Menikah dengan orang kafir bukan kehendak Allah, tetapi dalam kasus tertentu Allah berkata, ini dari Aku. Jika Allah memakai dalil yang berbeda dengan prinsip dan hukum yang ada, apa yang dapat kita lakukan? Mengapa Allah meninggalkan bahasa Ibrani, membuang bahasa orang Yahudi kaum pilihan-Nya, lalu memberikan pengilhaman Perjanjian Baru dalam bahasa Gerika, padahal Allah tidak pernah memilih orang Gerika. Allah mempunyai kebebasan yang melampaui semua ketentuan yang ditetapkan bahkan oleh Allah sendiri karena Dia Allah. Jika ada orang bercerai, lalu menikah lagi, engkau langsung kritik, hati-hatilah. Jika dapat menikah dengan satu orang sampai mati tetap setia itu bagus. Tetapi kesulitan setiap orang tidak ada orang yang dapat mengerti. Jika engkau berada dalam kasus dia, mungkin engkau lebih rusak dari dia. Jangan kira engkau cukup baik dan berhak mengkritik orang lain, dua puluh tahun lagi mungkin engkau yang bercerai, maka jangan sombong. Meskipun secara prinsip tidak boleh bercerai, tetapi saya bukan engkau. Tetapi jika engkau berada dalam kasus khusus dalam keadaan unik yang tidak mungkin dimengerti, kadang Tuhan berkata, this is from Me, don’t criticize, don’t judge. Lalu kasus Hosea. Mengapa Tuhan menyuruh Hosea menikahi seorang pelacur? Apakah berarti ini boleh menjadi contoh? Jangan sembarangan kutip Alkitab, sembarangan ambil ayat Alkitab mendukung kemauanmu. Tafsir Alkitab dengan hati-hati dan sungguh-sungguh, taat pada Tuhan, takut akan Tuhan, baik-baik membicarakan Firman Tuhan. Murid Tuhan Yesus boleh mempunyai nyonya karena Petrus mempunyai mertua yang sakit. Orang yang berkata pendeta tidak boleh ada nyonya berarti melanggar Alkitab. Lalu bagaimana dengan Paulus? Paulus tidak ada nyonya, mungkin karena tidak pernah menikah, sudah mati nyonyanya, atau diceraikan? Paulus menulis tiga belas surat dan tidak ada satu ayat yang berkata ia punya nyonya. Ada dua kemungkinan, nyonyanya sudah mati atau diceraikan. Kemungkinan Paulus pernah menikah, tetapi ini belum pasti. Karena orang Farisi harus ada nyonya, dan Paulus anggota Sanhedrin. Harus orang Farisi yang sudah menikah dan top baru dapat dipilih menjadi anggota Sanhedrin. Lalu sekarang di mana nyonyanya? Anggaplah nyonyanya tidak mati, tetapi cerai. Kemungkinan besar nyonyanya yang menceraikan dia karena Paulus menulis, jika ada istri yang tidak beriman mau pergi, biarlah ia pergi. Dapat disimpulkan Paulus punya nyonya, setelah Paulus dipanggil Tuhan dan menerima Yesus, nyonya tidak bisa terima dan mau cerai. Menurut prinsip Paulus, yang tidak beriman kalau mau pergi biarlah ia pergi. Lalu Paulus tidak menikah lagi, seorang diri menanggung kesulitan dalam pelayanan, seorang diri melayani Tuhan, tanpa nyonya. Setiap orang riwayatnya berbeda, setiap orang pengalamannya berbeda, setiap orang dipimpin Tuhan dengan metode yang berbeda. Jika orang lain pernikahannya susah, harus cerai atau tidak, itu bukan urusanmu, ingatlah ada kalanya ada kasus khusus yang Tuhan katakan, ini dari Aku. Kiranya Tuhan memberkati dan memimpin kita. (ringkasan ini belum diperiksa pengkhotbah-SJ)

Sumber : https://www.rec-singapore.org/wp-content/uploads/2020/06/21June2020_STong.pdf