…Sebelumnya

Iman adalah hal yang penting, yang membedakan agama Kristen dari agama yang lain. Semua agama didasarkan pada kelakuan, jasa, kebajikan, atau moral, dengan berharap semua itu bisa diperkenan oleh Tuhan. Tetapi Alkitab berkata bahwa manusia tanpa iman tidak mungkin memperkenan Tuhan.

Setiap orang yang datang kepada Tuhan harus percaya bahwa Tuhan ada dan percaya bahwa Ia memberikan berkat kepada orang yang mencariNya. Melalui iman, kita dipisahkan dari agama-agama yang menekankan bahwa manusia bisa datang kepada Allah melalui perbuatan dan upaya mereka.

Ada seorang tua yang mau menjual rumahnya, harta satu-satunya yang ia miliki. Ia berharap dengan menjual rumah itu, ada uang untuk melangsungkan hidupnya, sehingga ia memberi harga yang sangat tinggi. Ada seorang yang mau membeli rumah itu berapa pun mahalnya. Orang tua ini merasa tidak enak karena ia sadar harga jual rumah itu terlalu mahal, maka ia mengecat ulang rumahnya supaya terlihat bagus. Tetapi pembelinya mengatakan bahwa sayang ibu tua itu menggunakan uang untuk mengecat rumahnya. Ia justru akan menghancurkan rumah itu seluruhnya, karena ia bukan membeli rumahnya, tetapi ia menginginkan tanahnya yang menurutnya berlokasi strategis untuk keperluannya. Maka usaha dan pengeluaran si ibu tua itu menjadi mubazir, sia-sia, karena tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembeli itu. Melalui cerita ini kita belajar bahwa Tuhan “membeli” kita bukan karena kita baik, hebat, dan berjasa. Jangan ada orang yang membanggakan diri. Jangan anggap cat yang bagus menyenangkan Tuhan. Tuhan mengatakan, “Aku membeli engkau kembali justru untuk Aku rubuhkan. Tidak ada dari dirimu yang memperkenan Aku. Aku mau membangun ulang melalui kuasa Roh Kudus.”

Bukan karena engkau berjasa, bermoral tinggi, maka Tuhan menerimamu. Tidak ada yang baik pada diri kita. Tidak ada yang baik dalam kedagingan kita. Paulus mengatakan bahwa dalam dirinya tidak ada kebajikan. Tuhan mau saya, bukan mau diri saya yang menganggap diri baik. Di hadapan manusia, engkau mungkin dianggap baik, tetapi di hadapan Allah tidak ada yang cukup baik. Tetapi jika Ia mau memperbarui kita untuk Kristus dan hidup baru di dalam Kristus, kita akan menjadi ciptaan baru. Ini status dan natur yang Tuhan nyatakan dalam Kitab Suci. Di dalam Kristus kita menjadi ciptaan baru, yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang.

Apakah iman datang dari manusia? Tidak! Iman datang dari Tuhan. Jika Tuhan tidak memberikan iman, tidak ada orang yang mungkin beriman. Engkau bisa percaya kepada Tuhan karena Tuhan memberikan iman kepadamu. Jika Tuhan tidak menaruh iman, tidak ada orang yang bisa percaya kepada-Nya. Semua ini berdasarkan iman, tidak ada jasa manusia, maka Tuhan harus dimuliakan.

Sola gratia (hanya anugerah) menjadi dasar dari soli Deo gloria (kemuliaan hanya bagi Allah). Jika kita tidak mengetahui dan tidak mulai dari iman, tidak mungkin kita dapat mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan. Jika kita tidak sadar bahwa iman itu diberikan oleh Tuhan, kita tidak akan mensyukuri anugerah dan mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan. Anugerah menjadi dasar memuliakan Tuhan. Di dalam Ibrani 11:6 dituliskan bahwa tanpa iman tidak ada yang bisa memperkenan Allah, karena orang yang datang kepada Allah harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Ia memberi berkat kepada orang-orang yang mencari Dia.

Jika Allah tidak memberi iman, kenapa menuntut manusia harus beriman? Alkitab berkata, iman datangnya dari Tuhan, tidak ada orang yang dapat bangga, dan dengan demikian menekan kesombongan orang Kristen. Kita harus selalu ingat bahwa tidak ada sumber anugerah lain kecuali dari Tuhan, dan dengan demikian kita harus memuliakan Tuhan, karena anugerah menjadi fondasi untuk mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan.

Iman yang dituntut oleh Tuhan kepada setiap orang bukanlah iman yang menerima Yesus sebagai Juruselamat, tetapi iman yang merupakan iman dasar yang percaya Tuhan itu ada. Iman yang percaya adanya Tuhan berbeda dari iman yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Iman keselamatan adalah saving grace, sedangkan iman yang percaya Allah itu ada adalah common grace. Common grace (anugerah umum) diberikan kepada setiap orang, sementara saving grace hanya diberikan kepada umat pilihan. Semua manusia yang diciptakan menurut peta teladan Allah adalah manusia yang diberikan iman dasar untuk percaya Allah itu ada. Iman ini tidak perlu Roh Kudus untuk memberikan iman sehingga seseorang bisa beriman kepada Tuhan. Iman ini sudah ditanam di dalam hati setiap orang. Ini adalah iman dasar yang dilandaskan pada anugerah umum (common grace).

Anugerah umum diberikan kepada semua orang, seperti hujan yang turun untuk orang baik dan orang jahat; seperti matahari yang menyinari orang benar dan orang yang tidak benar, sehingga selama engkau manusia, engkau mendapatkan anugerah umum yang sama. Allah tidak memedulikan agama, warna kulit, bangsawan atau orang miskin; semua mendapatkan anugerah umum. Di dalam anugerah umum (common grace), ada bibit iman tentang Allah yang ditanam di hati manusia. Oleh karena itu, Tuhan berkata, “Tanpa iman tidak ada orang yang diperkenan Tuhan.”

Semua orang percaya Allah ada, termasuk orang atheis dan komunis. Di dalam kesulitan, penyakit, kecelakaan, kepicikan, dan kesulitan hidup, timbullah konsep bahwa ada Allah di sana yang mengerti saya dan memberi anugerah kepada saya, sehingga saya bisa dilepaskan dari kesulitan dan masalah ini. Atheis sejati, atheis yang jujur tidak percaya Allah, tidak pernah ada di dunia. Tidak pernah ada orang yang sungguh-sungguh tidak percaya Allah, karena di dalam hatinya sudah ditanam bibit iman oleh Tuhan. Beriman bahwa Allah ada dengan beriman kepada Allah, setiap hari bersandar kepada-Nya untuk hidup di dunia, merupakan dua hal yang berbeda. Banyak orang setiap hari melupakan Allah, nanti pada saat ia mau mati barulah berteriak kepada Allah. Dalam semua bidang ilmu, kita mendapati kebenaran, tetapi kebenaran yang paling dasar adalah kebenaran bahwa Allah ada dan mencipta alam semesta, di mana manusia akan bertemu dengan Dia pada suatu hari nanti.

Orang Kristen, Islam, Buddha, Hindu, atau agama apa pun percaya bahwa Allah ada, karena Allah telah menyatakan diriNya. Pertama, Ia menyatakan diri di luar manusia melalui alam semesta. Kedua, Allah menyatakan diri melalui hati nurani. Di luar diri, alam semesta yang indah, rumit, sempurna, dan ajaib berkata bahwa Allah ada. Di dalam diri, hati nurani mengatakan Allah ada. Fakta eksternal, alam semesta yang diciptakan, bersuara membuktikan dan menyaksikan bahwa Allah ada. Kedua hal ini menjadi konfirmasi keberadaan Allah, sehingga kita harus beriman bahwa Allah ada. Jika Allah tidak memberikan iman, mengapa Allah menuntut manusia beriman kepada-Nya? Semua ini dapat dimengerti dan direkonsiliasi melalui pengertian anugerah umum yang dibedakan dari anugerah khusus. Theologi Reformed mempunyai pengertian yang menyeluruh terhadap wahyu Allah, baik di dalam alam semesta, di dalam Alkitab, maupun di dalam kesadaran naluriah manusia. Di luar ada saksi, di dalam ada konfirmasi, dan di Kitab Suci ada wahyu Tuhan yang menyatakan diri.

“Tuhan menyatakan diri” dengan “manusia membuktikan Tuhan ada” adalah dua jalur yang berbeda. Jalur pertama dari Allah sendiri, di mana Allah menyatakan diri-Nya, Ia berinisiatif mewahyukan diri. Sementara pada jalur kedua, manusia mau membuktikan Allah ada, sehingga di sini kita melihat inisiatif dari manusia.

Apakah Allah bisa dibuktikan? Di dalam seluruh Kitab Suci, tidak ada satu pun ayat yang menyatakan bahwa manusia mampu membuktikan Allah ada. Tetapi Alkitab menyatakan bahwa Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Manusia tidak mungkin membuktikan Allah ada dengan segala inisiatifnya, karena beberapa hal: Pertama , manusia tidak mungkin membuktikan Allah karena Allah tidak berada di dalam kategori yang dapat dan boleh dibuktikan. Kedua, manusia yang telah jatuh ke dalam dosa tidak memiliki kemampuan membuktikan Allah. Allah menyatakan diri secara eksternal melalui ciptaan, dan secara internal melalui intuisi (hati nurani).

Roma 1:18 menuliskan, “Murka Allah dinyatakan dari sorga atas orang lalim dan tidak beribadah.” Mereka menindas kebenaran, karena di dalam hati mereka ada kebenaran sebagai iman dasar yang Tuhan letakkan, tetapi ditindas. Siapa yang dapat melihat sampai ke dalam dan mengetahui hal paling rahasia dalam jiwa manusia? Hanya Tuhan yang melihat dan mengerti, hanya Tuhan yang mengetahui orang tertentu itu begitu kurang ajar, tidak mau kenal dan takut akan Tuhan. Manusia menindas kebenaran dengan sengaja melalaikan, mengabaikan, atau tidak peduli dengan teguran hati nuraninya. Manusia menjadi sulit sekali menindas kebenaran pada saat ia jatuh sakit, atau mengalami penderitaan, kesusahan, kemiskinan, atau bahkan kematian orang yang paling ia cintai. Ketika itu suara hati akan berkata, “Engkau perlu Tuhan.”

… Bersambung

Sumber : https://www.buletinpillar.org/pdf/fisik/pillar-213-202104.pdf