Sebelumnya…

Doktrin Roh Kudus tidak dapat dipisahkan dari doktrin keselamatan. Setiap langkah keselamatan adalah pekerjaan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, tidak ada orang dapat mengaku Yesus sebagai Tuhannya, dan mengerti dirinya adalah orang berdosa. Roh Kudus menginsafkan kita akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yoh. 16:8). Roh Kudus datang agar orang berdosa bertobat, mengaku Yesus sebagai Juruselamatnya, dibenarkan, kemudian hidup baru dan suci, beriman (percaya) kepada Kristus seumur hidupnya. Pekerjaan Roh Kudus tidak boleh dipisahkan dari pekerjaan keselamatan manusia, di mana kita dibenarkan, dikuduskan, dipelihara, dan diberikan hidup yang penuh hasrat menanti dan berharap akan kedatangan Kristus yang kedua. Sebelum Kristus datang kedua kali, kita hidup di dalam kesucian, menjaga hidup kita, dan mempersiapkan diri untuk menantikan kedatangan-Nya.

Kesucian yang dimiliki orang Kristen memiliki tiga tahapan, yaitu:

  1. kesucian status;
  2. kesucian kondisi; dan
  3. kesucian sempurna.

Kalimat “Aku percaya pengampunan dosa” berarti aku percaya hidup kudus dari orang kudus. Pertama, pengampunan dosa yang disebut pengudusan secara status. Kedua, pengampunan dosa yang disebut pengudusan secara kondisi. Dan yang ketiga, pengudusan yang disempurnakan.

Pertama, kesucian status berarti ketika pertama kali seseorang menerima Yesus, yang dahulu adalah orang berdosa, kini ia disebut orang kudus, orang suci. Ini adalah kesucian secara status. Ia dikuduskan menjadi orang yang berstatus suci. Kedua, setelah statusnya suci, maka kini kondisinya juga harus suci. Seseorang yang secara status sudah disebut orang kudus, orang kudus dan am, tetapi secara kondisi ia masih belum kudus, belum suci. Pikirannya najis, mulutnya najis, matanya suka melihat yang kotor, tangannya suka mengerjakan yang najis, kakinya suka berjalan ke tempat yang najis. Maka,  engkau perlu membersihkan matamu, membersihkan telingamu, membersihkan tanganmu, membersihkan kakimu, membersihkan pikiranmu, membersihkan mulutmu. Ketika Yesaya telah memberikan firman Tuhan yang suci, menegur dosa orang Israel dan bangsa lain, di dalam Yesaya 6 dia berkata, “Aku mempunyai mulut yang najis, hidup di tengah orang yang bibirnya najis.” Lalu Tuhan berkata, “Sekarang minta malaikat ambil arang dari mezbah untuk membersihkan mulutmu.” Mulut yang najis itu dibersihkan dengan arang yang dikuduskan, diambil dari mezbah, membakar dan membersihkan mulutnya. Di mana ada api penyucian, di sana ada pembersihan. Di mana ada pembakaran, di sana api menghanguskan semua yang najis.
Roh Kudus datang membersihkan dan menyucikan. Jika statusmu sudah disucikan oleh Roh Kudus, sudah dibersihkan oleh darah Kristus, tetapi secara kondisi engkau belum suci, engkau memerlukan Roh Kudus untuk terus membakar hatimu. Ketiga, kondisi suci ini perlu disempurnakan ketika Tuhan Yesus datang kembali sampai mencapai kesucian sempurna. Sebelum kondisi suci, sudah ada status suci; tetapi kondisi suci belum cukup, melainkan harus suci sempurna, yang nanti disucikan ketika Yesus datang kedua kalinya.

Tuhan menuntut kesucian sempurna. Inilah kesucian progresif, yaitu senantiasa setiap saat, setiap detik, dibersihkan lagi, disucikan lagi, terus-menerus tidak henti-hentinya dikuduskan. Tetapi proses ini belum cukup sampai Kristus dengan Roh Kudus menyempurnakan kesucian kita. Semua ini dilakukan oleh Roh Kudus ketika Yesus datang kembali. Gereja dibuat sebagai tempat orang suci berkumpul, berbakti kepada Tuhan yang suci, untuk mendengarkan firman yang suci, menyanyikan lagu suci, mengingat perjanjian Tuhan yang suci, menerima perjamuan suci, dan memegang janji suci dalam firman Tuhan. Sejak awal status gereja suci tetapi tidak semua di dalam gereja suci. Di dalam gereja ada kotoran, sampah, dan debu yang perlu dibersihkan. Jadi secara status gereja suci, tetapi secara kondisi sering tidak suci. Demikian juga orang Kristen, secara status sudah suci tetapi secara kondisi sering tidak suci. Orang Kristen secara kedudukan sudah dikuduskan, namun secara hidup sehari-hari mempunyai banyak dosa. Oleh karena itu, kita harus minta Tuhan memberikan kepada kita hasrat kuat untuk setiap saat, setiap menit, setiap detik, hidup dalam kesucian untuk memuliakan Tuhan. Ketika diselamatkan Tuhan, diperanakkan Roh Kudus, dibersihkan oleh darah Yesus, saya disebut orang kudus.

Seseorang yang sudah diampuni dosanya, memang secara Kristen ia sudah diperanakkan dan sudah menjadi orang kudus, tetapi hidupnya masih kurang suci. Semua orang suci, statusnya adalah orang suci yang sudah dikuduskan, namun hidup kerohaniannya masih banyak kekurangan, masih sombong, malas, pakai tipu muslihat, ada ketidakjujuran, dan lain-lain. Tuhan mengatakan, antara selang dan selang masih ada debu; antara kayu dan kayu masih ada sampah; dan semua itu perlu dikeluarkan dan dibersihkan. Ketika kita mengatakan, “Aku percaya kepada pengampunan dosa,” bukan dimaksudkan pengampunan dosa yang pertama kali ketika seseorang diselamatkan menjadi orang Kristen, tetapi pengampunan dosa yang setiap hari kita masih lakukan. Oleh karena itu, tidak mengakui dosa, membiarkan segala kejahatan dan kenajisan bertumpuk dalam hati adalah hal-hal yang perlu dibersihkan. Engkau berkata, “Saya sudah diselamatkan, sudah menerima Tuhan.” Stephen Tong diperanakkan pula oleh Tuhan tahun 1957, tetapi Stephen Tong dikuduskan senantiasa oleh Tuhan setiap hari, kemarin, hari ini, bahkan besok, dan hari-hari kemudian; setiap detik perlu dikuduskan oleh darah Yesus. Inilah arti kalimat: Aku percaya kepada pengampunan dosa. Penyucian progresif (progressive sanctification) atau penyucian kondisional adalah kesucian yang terus-menerus. Setiap waktu, setiap saat, kita perlu dikuduskan. Inilah kondisi kerohanian kita. Banyak orang Kristen yang kelihatan baik tetapi hidupnya bau, dosanya banyak. Kelihatan indah tetapi kebersihan kurang; kelihatan indah, rajin, tetapi kurang suci. Oleh karena itu, kita perlu “Aku percaya kepada pengampunan dosa.”

Pengampunan dosa akan menjaga agar kesucian kita senantiasa bersih. Hal ini tidaklah mudah. Yesus berkata kepada Petrus, “Engkau memang sudah mandi, tidak perlu dimandikan lagi. Engkau cukup hanya dicuci kakimu.” Tubuh kita memang sudah mandi dan bersih, tetapi kaki kita berjalan ke sana sini dan banyak terkena kotoran sehingga perlu dicuci. John Calvin mengatakan, “The saint is not a man without committing sin” (orang kudus bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa). Tetapi orang kudus adalah orang yang memiliki kepekaan tinggi terhadap dosa kecil yang dia perbuat. Jika engkau berbuat dosa kecil sekali, tetapi pekanya besar luar biasa, itu namanya orang yang menjaga kesucian. Orang Kristen yang hidupnya suci akan memelihara kesucian dan ingin terus hidup suci, tidak mau menoleransi sedikit pun dosa yang tetap berada dalam jiwanya. Ia akan minta kepada Tuhan untuk membersihkannya karena adanya penyucian progresif.

Aku percaya kepada pengampunan dosa. Kalimat ini tidak muncul di dalam agama Buddha, Hindu, Islam, dan agama lain karena tidak ada agama yang mempunyai penanggung dosa, penghapus dosa, yaitu Juruselamat seperti Kristus. Di dalam agama-agama, kalau seseorang berbuat dosa, ia harus berbuat jasa untuk menggantikan dosa yang diperbuat. Mungkinkah jasa mengganti dosa? Alkitab tidak mengajarkan bahwa jasa manusia bisa mengganti dosa yang diperbuat. Alkitab hanya mengajarkan, “Berbahagialah orang yang dosanya diampuni.” Itulah berkat yang sejati. Mazmur 32 menuliskan, “Berbahagialah mereka yang dapat menutupi dosanya, yang bisa menghapus dosanya,” mereka yang diberkati Tuhan. Alkitab mengatakan, “Aku akan menghapus dosamu.” Inilah janji Tuhan. Berkenaan dengan dosa, Allah memberikan empat janji: 1) Aku menghapus dosamu; 2) Aku menginjak dosamu di bawah kaki-Ku; 3) Aku melempar dosamu ke dalam laut sedalam-dalamnya; dan 4) Aku membuang dosamu dari timur ke barat, sejauh mungkin. Inilah cara Tuhan mengampuni dan menghapus dosa kita. Inilah yang dipercaya oleh setiap orang dalam Pengakuan Iman Rasuli.

Aku percaya kepada pengampunan dosa. Penghapusan dosa adalah karena darah Kristus, karena Dia mati bagi kita di atas kayu salib. Alkitab berkata, “Melalui tirai yang di tengah, yang dibelah, Dia sudah membuka jalan, membuka hidup baru bagi kita menuju sorga.” Tirai di sini menunjuk kepada tubuh Kristus. Tirai Bait Allah memisahkan antara tempat suci dan tempat mahasuci sehingga yang di luar tidak boleh masuk ke dalam, dan yang di dalam tidak boleh keluar. Yang di luar tidak dapat melihat ke dalam, sementara yang di dalam tidak mungkin tampak dari luar. Ketika Yesus dipaku di atas salib, Dia mengatakan, “Genaplah!” Pada saat itu tubuh-Nya dipecahkan dan Ia sudah memecahkan tirai Bait Suci tersebut yang menyatakan bahwa “jalan sudah terbuka”, sehingga kita yang di luar dapat masuk ke dalam tempat mahasuci.

Di dalam Yesaya 59:9 tertulis, “Sebab itu keadilan tetap jauh dari pada kami dan kebenaran tidak sampai kepada kami. Kami menanti-nantikan terang, tetapi hanya kegelapan belaka, menanti-nantikan cahaya, tetapi kami berjalan dalam kekelaman.” Bukan karena tangan Tuhan terlalu pendek sehingga tidak cukup panjang untuk menolong kita. Tetapi karena dosa kita telah memisahkan kita dari Tuhan sehingga di tengah-tengah kita dan Tuhan ada pemisah, yaitu dosa yang menyekat kita dari muka Tuhan yang penuh cinta kasih. Tidak ada seorang atau siapa pun yang sanggup untuk membuka pembatas ini. Tidak ada seorang pun yang dapat memberi jalan kecuali Tuhan Yesus Kristus. Hal ini telah diwahyukan sejak buku pertama Kitab Suci yaitu di dalam Kitab Kejadian.

Saat Yakub melarikan diri dari kakaknya, suatu malam ia sedang tidur lalu bermimpi ada satu tangga turun dari sorga ke bawah, menjadi jembatan antara dia di dunia dan Allah di sorga. Jembatan ini menjadi pengantara, menjadi Juruselamat, menjadi sambungan yang memisahkan dua entitas menjadi satu. Hal ini membuktikan adanya keselamatan di dalam Yesus karena Yesus adalah tangga yang turun dari sorga ke bumi dan menjembatani Tuhan Allah yang suci dengan manusia yang berdosa. Ketika Yesus turun dari sorga, seperti jembatan yang dikaruniakan dari sorga ke bumi, maka malaikat turun naik di atas tangga ini, membawa doa kita supaya diterima oleh Allah Bapa di sorga, dan membawa anugerah dari Tuhan Allah di sorga turun kepada manusia.

Pengampunan dosa menjadikan kita dapat bersatu kembali dengan Allah. Jika dosa kita tidak diampuni, ada halangan antara kita dan Allah, dan tidak ada yang dapat menyatukan kita dengan Allah. Karena Kristus telah mati untuk dosa kita, maka ada pengampunan dosa, dan Allah memberikan hidup yang baru. Melalui Kristus sebagai Pengantara, sorga dan bumi bisa bersatu. Perpisahan sudah dibuang, dosa sudah diampuni, dan kita menempuh jalan yang baru, kembali kepada Allah.

Satu Yohanes 1:7 menuliskan, “… jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” Dan sesudah itu, darah Yesus akan membersihkan kita terus-menerus, yang terlihat dalam bentuk present continuous (bahasa Inggris), atau present tense (bahasa Yunani). Karena kita bersekutu di dalam terang, sama seperti Tuhan berada di dalam terang, maka persekutuan ini mengakibatkan pengampunan dosa.

Aku percaya kepada Gereja yang kudus dan am. Aku percaya persekutuan orang kudus. Aku percaya pengampunan dosa. Jika kita hidup di dalam terang, hidup di dalam kesucian, di dalam pengudusan progresif dari Roh Kudus, darah Yesus akan terus menerus menyucikan kita selama-lamanya. Darah Yesus akan membersihkan kita senantiasa tiada henti sampai Yesus datang kembali. Kiranya Tuhan memberkati kita, menjadikan kita orang Kristen yang hidup di dalam terang, hidup di dalam kesucian, dan terus-menerus menerima darah yang membersihkan kita. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/pdf/fisik/pillar-207-202010.pdf