sebelumnya…

Setelah kita berbicara tentang dunia yang kelihatan dan dunia yang tidak kelihatan, maka yang disebut iman adalah berarti semacam kemungkinan di dalam hati kita melihat segala sesuatu melintasi batas kemungkinan mata melihat. Itu namanya beriman. Siapakah orang beriman? Orang beriman adalah orang yang melihat sesuatu melebihi penglihatan matanya. Agustinus dalam bukunya “My Confession” mengatakan, “Iman telah melihat lebih jauh daripada apa yang dilihat oleh mata.” Itu sebab waktu otak mengatakan, “saya mau mengetahui”, iman mengatakan, “saya lihat dulu, supaya bisa memberitahumu”. Dengan demikian faith is prior to understanding. Karena iman telah melintasi batas, iman telah memberikan suatu kemungkinan visi yang jauh kepada pengertian. Maka rasio selalu mengikuti iman. Rasio bukan dasar iman, tapi rasio itu pengikut iman. Dalam filsafat dan teologi Agustinus, ia bukan mengatakan understanding to support faitrh, but faith seeking understanding. Iman mencari pengertian. Iman melihat dulu, lalu otak mengatakan, “beritahu saya apa sih yang kau lihat?” lalu iman mengatakannya kepada otak, dan otak berkata, “sekarang saya mengerti.” To undersanding what had been seen before by faith that you know what is the meaning and the content of belief. Iman mendahului pengetahuan. Iman menjelajah lintasan. Iman menembus perbatasan. Iman melihat kepada sesuatu yang kekal, yang lebih tinggi, lebih penting dan melampaui waktu dan tempat sehingga understanding membagi sesuatu dan mengadopsi apa yang di-share oleh iman, baru ia mengerti. Dengan demikian iman berada di depan dan iman membuka hati rohani kita sehingga kita bisa melihat.

Orang dunia selalu mengatakan kalimat, “Kalau saya sudah mengerti. Saya akan percaya. Kalau saya sudah melihat, saya akan percaya.” Ini memperlihatkan kebodohan manusia yang rasionya sudah dipengaruhi dosa. Bahkan banyak pendeta mengkhotbahkan prinsip seperti ini, “Kita melihat dulu anugerah Tuhan, kita melihat dulu kemuliaan Tuhan, kita melihat dulu kuasa Tuhan, lalu engkau pasti beriman.” Ini ajaran yang salah. Ini ajaran yang tidak sesuai dengan kitab suci. Mari kita kembali kepada Yohanes 11:40, di mana Yesus berkata kepada Marta, “Jikalau engkau beriman, engkau akan melihat kemuliaan Allah.” Jadi di sini mana yang lebih dulu, melihat kemuliaan Allah atau beriman dulu baru melihat? Beriman dulu baru melihat!

Kita beriman kepada Tuhan, baru kita melihat kemuliaan Allah. “Kalau saya melihat Tuhan berkuasa, kalau Tuhan menyembuhkan saya, kalau Tuhan sudah menyatakan kemuliaan-Nya, nanti saya akan percaya.” Itu adalah iman antroposentrik, itu iman yang berpusat kepada diri, bukan kepada Tuhan. Jikalau engkau beriman karena Allah telah membuat kuasa firman bergolak dalam hatimu sehingga menimbulkan iman kepercayaan sebagai reaksi yang benar kepada Tuhan dan sehingga iman menjadi hasil dari benih firman Tuhan yang tumbuh di dalam hatimu, maka dengan iman itulah engkau akan melihat kemuliaan Tuhan Allah. Kalau kita mempunyai iman sedemikian, maka di dalam kesulitan, di dalam ketidak-mungkinan, kita bisa berkata, “Tuhan, beri aku kemungkinan untuk melewati perbatasan ini, melewati kesulitan ini, biar aku melihat ke tempat yang jauh.”

Yesus berkata kepada orang Farisi, “Nenek moyangmu Abraham, memandang hari-Ku dari jauh dan dia sudah melihatnya.” Kalimat ini tidak bisa dimengerti oleh mereka, sehingga mereka dengan marah berkata, “Usia-Mu belum 50 tahun, engkau berani berkata ‘telah melihat Abraham?” Yesus berkata, “Sesungguhnya sebelum Abraham ada, Aku sudah ada.” Before Abraham was, I am. Di situ kita melihat cara Yesus memperkenalkan diri begitu tuntas, begitu singkat, begitu tepat dan begitu berbijaksana. Ia berkata kepada orang Farisi, “Beda engkau dengan nenek moyangmu: engkau mempunyai mata fisik yang melihat-Ku tetapi tidak percaya, tapi nenek moyangmu yang belum pernah melihat-Ku, ia sudah melihat dari hatinya kepada-Ku.” Ia memandang, ia melihat dan ia menyambut-Ku dengan bersukacita. Abraham dilahirkan hampir 2.000 tahun sebelum Yesus, bagaimana Abraham melihat Dia? Abraham melihat Yesus bukan dengan mata jasmaniah. Abraham melihat Yesus dengan mata rohaniah. Di sini kita melihat, kita diberi suatu potensi yang begitu besar yaitu kemungkinan melintasi zaman, kemungkinan melintasi kesulitan, kemungkinan melintasi krisis, kemungkinan mengatasi segala sesuatu yang berada di dunia fisik, dan kemungkinan terbang dengan iman, kita melihat sesuatu yang jauh di atas dunia yang kelihatan ini. Paulus berkata dalam 2 Korintus 4:18, “Yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah kekal.” Siapakah yang tetap berharap kepada sesuatu yang bisa dilihat? Kalau itu bisa dilihat, apakah layak menjadi pengharapan kita? Bukankah kita semua berharap kepada sesuatu yang tidak kelihatan, yaitu berharap kepada dunia kekekalan? Soren Aabye Kierkegaard berkata, “Jikalau pengharapan orang Kristen hanya kepada dunia yang fana ini, maka kita jauh lebih kasihan daripada mereka yang belum mengenal Yersus Kristus.”

Mari kita berputar balik dan insaf, mari kita mendapat kebangunan rohani dan berkata, “Tuhan, mulai hari ini aku akan membuka mata rohani, aku akan memandang lebih jauh, lebih tinggi, melintasi seluruh yang disebut keterbatasan di dunia ini, melintasi waktu, melintasi tempat, melintasi dunia fisika, bahkan melintasi dunia metafisika, melintasi dunia natural, melintasi keterbatasan segala sesuatu di dalam dunia supra-natural, di dalam dunia pewahyuan Tuhan dan rencana kekekalan. Saya akan melihat Allah bertahta di atas.”

Kapankah kesulitan moneter akan lewat? Apakah Amerika sungguh-sungguh adalah penolong Indonesia? Saya katakan, absolutely no! Ini akan menjadi imperialisme corak baru yang menjajah ekonomi Indonesia. Setelah saham turun sampai rendah sekali, dollar akan menyapu habis saham, sehingga semua hal yang besar dimiliki luar negeri. Negara ini akan menjadi jajahan ekonomi Barat. Dulu jajahan politik, besok akan menjadi jajahan ekonomi. Amerika bukan savior, Amerika bukan penolong. Kalau IMF meminjamkan uang, yang diharapkan adalah bunga. Uang yang banyak jika tidak dibungakan akan rugi. Jika dipinjamkan akan mendapat bunga yang besar. Caltex separuh penghasilannya adalah dari minyak Indonesia. Indonesia memiliki sumber alam, Indonesia mempunyai sumber daya manusia, tetapi kita sekarang berada dalam krisis. Bukan saja krisis uang – itu hanya soal kecil –tapi kriris kredibilitas.

Confusionis berkata pada waktu rakyat tidak lagi mempunyai kepercayaan kepada pemerintah, tidak ada pemerintah yang bisa berdiri tegak. Setelah Perdana Menteri Tanaka turun, penggantinya – Fukuoda – ditanya, “Apakah engkau bisa menjadi perdana menteri?” Ia tidak menjawab, hanya menulis 5 huruf kanji di situ, “Biarlah rakyat percaya dulu kepadaku, baru aku menjadi perdana menteri.” Tulisan ini dimuat di surat kabar dan di televisi, Min u sin pu li – it is impossible to establish without the credibility and confidence from my people.

Indonesia bukan sedang dilanda krisis moneter, bukan krisis ekonomi, melainkan krisis iman. Jikalau Presiden tidak lagi dipercaya oleh rakyat, ia sulit menjadi presiden. Jika kabinet tidak lagi dipercaya oleh rakyat, sulit berkabinet. Bank-bank menemukan direktur-direktur korupsi, akhirnya rakyat tidak mau menyimpan uang dalam bank. Lebih aman disimpan di bawah bantal dengan resiko diambil maling, daripada maling elite di bank yang lebih lihai mencurinya. Kalau kepercayaan sudah tidak ada, dari bawah ke atas, secara vertikal maupun secara horizontal, maka seluruh rakyat akan bangkrut, akan rusak. Kepercayaan yang sejati harus dimulai dari kebangunan rohani. A faith in God and be truthful to Him. Kita harus beriman kepada Tuhan. Kita harus jujur dan sungguh-sungguh ikhlas untuk menjalankan kehendak sorga. A man who is sincerely and honestly doing the mandate from heaven, doing the will of God to get the credibility in society.

Berdoalah supaya ada pemimpin-pemimpin yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan, pemimpin-pemimpin yang sungguh-sungguh cinta bangsa; pemimpin-pemimpin yang jujur mengatur segala sesuatu di bawah kedudukannya, dengan demikian barulah dunia ini akan normal kembali. Terlalu banyak permainan uang, terlalu gampang menyogok; terlalu banyak korupsi, sekarang ini masih dibiarkan oleh Tuhan. Engkau korupsi masih bisa kaya, engkau berjalan menyeleweng masih bisa subur, engkau berjalan di luar kehendak Tuhan masih bisa makmur. Tapi saat tangan Tuhan melepas kita, negara ini akan menjadi apa? Talentamu akan menjadi apa? Pemerintah-pemerintahmu jadi apa? Rakyatmu jadi apa? Berdoalah agar Tuhan mengampuni dosa Indonesia, dosa-dosa pejabat tinggi yang korupsi, dosa melalui keuangan yang didapat melalui cara yang tidak benar. Mintalah Tuhan memberikan pengampunan kepada banyak orang orang yang akibat dosanya telah banyak merugikan orang yang tidak bersalah, merugikan rakyat yang miskin. Jikalau dalam 3 bulan yang akan datang, 8 juta manusia tidak lagi memiliki pekerjaaan, 1% saja dari mereka yaitu 8.000 orang menjadi mempunyai pikiran rusak, berarti ada 8.000 perampok tambahan di Indonesia. Jika dalam kepicikan ini mungkin ada 10% (80.000 orang) menjadi perampok dan penjarah, negara ini akan menjadi apa?

Kita sedang menghadapi krisis yang besar. Siap sedialah engkau diculik, dicuri, dirampok, bahkan diperkosa? Bagaimanakah engkau mempersiapkan diri menghadapi hal-hal seperti ini? Jangan tanya, “When I suffer, where were You, God?” tetapi tanyakanlah, “When I suffer, where is my faith? Did see His thyrone? Did I see God from my spiritual capacity?” Waktu segala kesulitan datang, dimanakah imanmu?

Saya selalu memikirkan kalau suatu ketika apa yang saya miliki diambil kembali, ya sudah. Persiapan hati itu membuat saya tidak perlu terlalu takut dan tak perlu kuatir. Jikalau terjadi suatu hari apa yang pernah kita miliki semuanya diambil, apa boleh buat. Kita berkata, “Tuhan, imanku tidak mungkin direbut. Kerohanianku tidak mungkin dirampas. Pengertianku tentang kekayaan firman Tuhan tidak mungkin diambil.” Kita tetap beribadah kepada Tuhan, tetap menyanyi di malam-malam yang tergelap, tetap bersyukur bahkan pada waktu tahta Tuhan tidak terlihat jelas. Dengan iman kita tahu bahwa Dia tetap bertahta.

Pada tahun raja Uzia meninggal, terjadilah perubahan-perubahan besar. Uzia sudah bertahta berpuluh-puluh tahun – seperti presiden yang bertahta berpuluh-puluh tahun juga – Pada keadaan seperti itu kekacauan mudah ditangani.

Pada tahun raja Uzia mati, Yesaya berkata, “Tahun itu aku masuk ke Bait Allah.” Ayat ini selalu menggerakkan hati saya. Di situ nyata perbedaan yang besar antara orang beriman dengan mereka yang tidak mengenal Tuhan.

Pada waktu raja rontok, kerajaan itu jatuh, senantiasa kembali kepada Tuhan. Always prepare to return to God, always come to encounter Him. Always come to see His contentment. Orang Kristen jangan hanya melihat kanan-kiri, depan-belakang, timur-barat, utara-selatan.

Yesaya setelah melihat tahta Tuhan, rohaninya berubah. Pada pasal 1 – 5 Yesaya cenderung selalu menegur orang. Tapi sejak pasal 6 ini lain sekali. Saya percaya demikian juga iman kita. Kerohanian kita tidak menampakkan perubahan meskipun sudah menjadi Kristen. Apa sebabnya? Karena kita tidak masuk ke dalam Bait Allah, kita tidak menjumpai Allah. Kebaktian-kebakltian adalah tempat kita berdoa sambil mendengarkan firman, tapi banyak orang datang kebaktian untuk itu saja, lalu selesai. Banyak orang suka cari khotbah yang enak didengar dan tidak panjang.

Di Belanda ada satu alun-alun yang di sisi kanan dan kiri masing-masing ada satu gereja. Di gereja yang sebelah kanan tertulis, “Sunday service including holy communion, 45 minutes.” Yang di sebelah kiri karena takut kalah, akhirnya menulis, “Here, Sunday service including holy communion only 30 minutes.” Mengapa kita yang tiap hari rata-rata duduk didepan televisi 4 jam, tapi satu minggu sekali ikut kebaktian, minta sependek mungkin?

Saya mau melihat, mengapa engkau tidak datang kepada Tuhan? Mengapa engkau tidak memutar hatimu kepada Tuhan? Karena engkau bukan mau melihat Dia. Engkau mau menjadikan agama dan kegiatan agama sebagai suatu ornamentasi untuk menghias diri. Saya orang pintar, saya orang kaya, saya juga ada agama. Agama bukan untuk dilihat orang. Agama untuk melihat Tuhan ada di mana.

Yesaya berkata, “Pada waktu raja Uzia meninggal, tahun itu juga politik bergolak, tahun di mana rakyat kacau, tahun di mana kuasa raja habis, tahun di mana masyarakat kacau, tahun dimana kuasa raja habis, tahun di mana tidak menentu siapa lagi yang akan menjadi raja selanjutnya, apa hasil dari pergolakan di tahun demikian? Di tahun yang krisis itulah aku masuk ke Bait Allah.”

Saya ingin bertanya, setiap minggu engkau ikut kebaktian, apakah hanya masuk gedung gereja atau betul-betul masuk bait Allah? Inilah Bet-El. Waktu Yakub bangun dari tidurnya, ia berkata, “This is the temple of God. There is a gate of heaven.” Ia tahu Tuhan memberikan firman, memberikan kemuliaan, menyatakan diri kepadanya pada waktu kepicikannya (Kejadian 28:16-17). Saya harap di dalam kesulitanmu, baik dalam ekonomi, waktu kehilangan orang yang paling kaukasihi, di dalam krisis bagaimanapun, kembalilah kepada Tuhan, masuk ke dalam Bait Allah, berlutut di hadapan-Nya dan merendahkan diri. Alkitab mengatakan, jika umat-Ku merendahkan diri dan mengaku dosa dengan ratap tangis di hadapan-Ku, Aku akan menghibur dan mengampuni dosanya. Aku akan menyembuhkan tanahnya. Aku akan memberikan kebangunan kepada dia. Kembalilah kepada Tuhan, berlutut dan lihatlah Dia!

Apakah iman? Iman berarti menghadap Tuhan, memandang Dia, dan melihat kemuliaan Tuhan. Di dalam krisis dan kesulitan biarlah iman kita menengadah ke atas. If you failed to book around, now look up ward. Kalau kita sudah kecewa melihat kanan-kiri, depan-belakang, masih ada satu arah, yaitu lihatlah ke atas. Tuhan berkata, barangsiapa yang memandang-Ku dan melihat air muka-Ku, dia tidak akan kecewa. Dari zaman ke zaman, semua nabi dari perjanjian Lama hingga para rasul dari Perjanjian Baru, hanya satu rahasia kuasa yaitu “always look upward,” selalu melihat Tuhan, selalu memandang ke atas, akhirnya mereka punya keberanian yang amat berlainan dengan orang biasa. Ini semua karena mereka bisa melihat empat hal: ada kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan; ada kuasa yang lebih tinggi daripada kuasa; ada kemuliaan di atas kemuliaan, ada hukum di atas hukum. Jika empat hal ini digabung, engkau mengetahui ada rencana kekal di atas rencana manusia.

Sebagaimana langit lebih tinggi dari pada bumi, demikian kehendak Tuhan lebih tingg daripada kehendak manusia. Hari depan apa yang akan terjadi? Tidak ada seorang pun bisa tahu situasi akan bagaimana. Siapakah yang paling berkuasa di dunia ini? Semua itu hanya nol. Biarlah engkau memandang melintasi bumi ini dan bersedialah hidup menjalankan kehendak Tuhan dengan melihat Tuhan di dalam iman yang sejati.

Amin.

 

 

SUMBER :

Nama buku : Iman Dalam Masa Krisis

Sub judul : Penglihatan Rohani

Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong

Penerbit : Momentum , 2010

Halaman : 26 – 41