sebelumnya…

TUJUH LAPISAN KEBENARAN ALLAH

1. Allah adalah Kebenaran

Allah adalah Kebenaran itu sendiri. Allah adalah Sumber dan Realita dari kebenaran itu sendiri. God is the Righteousness in Himself, the Righteousness per se. Allah adalah diri kebenaran itu sendiri. Jadi segala sumber, segala standar, segala kemutlakan pengukuran berada pada Dia. Dia adalah satu-satunya yang berhak mengadili seluruh dunia.

2. Kebenaran sebagai Sifat Manusia

Kebenaran juga adalah kebenaran yang ditaruh dalam diri manusia. Kita diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Ini berarti ada sifat kebenaran yang ditanamkan dalam hidup Adam. Setelah Allah menciptakan segala sesuatu, akhirnya ia menciptakan manusia, dan menaruh suatu sifat hukum keadilan dalam diri manusia, sehingga Adam diciptakan sebagai satu manusia yang tidak mungkin tidak harus mempertimbangkan keadilan. Hal ini sama seperti jika suatu hari Saudara memperlakukan orang secara tidak wajar, atau menghina seseorang, maka malamnya Saudara tidak bisa tidur. Mengapa? Karena Saudara memang sudah diciptakan seperti itu.

Suatu saat, ketika anak saya sedang sakit, saya mengira dia melakukan suatu kesalahan kecil, maka saya memarahinya. Ada satu kaset yang dimasukkan bukan ke kotak tempatnya, kotak itu diisi dengan kaset yang lain. Suatu kesalahan yang mungkin bukan karena disengaja. Dia mengatakan bukan dia yang melakukan. Dan dia marah, untuk membela dirinya, karena saya terlalu keras. Saya memang terlalu keras terhadap anak saya. Akhirnya, saya rasa, mungkin saya yang salah, karena saya telah memperlakukan nya dengan kurang benar. Kemudian saya mengelus-elus kepalanya, seolah-olah berkata, “Maafkan. Hari ini Papa sudah mau pergi ke Malang, pulang besok. Waktu papa pulang, kamu sudah pergi ke Singapore. Papa tidak tahu kapan kamu selesai diobati dan boleh pulang. Papa harap kamu baik-baik saja.” Dan dia juga merasa tidak enak. Dia sadar ada kemungkinan dia yang salah, bukan papanya yang salah. Saya juga merasa ada kemungkinan saya yang salah dan bukan dia yang salah. Tetapi saya belum pasti, maka saya belum minta maaf, dan karena dia juga belum pasti maka dia belum minta maaf. Pada waktu saya memeluk dia, saya merasa ada sesuatu yang harus dibereskan. Apakah itu? Itulah yang namanya keadilan.

Kalau dia merasa tidak salah, tetapi saya menganggapnya pasti salah, maka ini adalah fitnah yanmg tidak rela diterima dan tidak rela ditanggungnya. Dan saya berpikir, “Dia sedang sakit, mengapa harus dimarahi demikian, tetapi bagaimanakah kalau memang dia yang salah, lalu bersikeras berkata tidak?” Padahal bukan dia yang salah, bukan saya yang salah. Ada kesalahan yang terjadi tapi tidak diketahui siapa pelakunya sekarang.

Saya kira kita semua mempunyai pengalaman seperti itu. Ketika kita memperlakukan seseorang dengan marah, kita mengira kita akan mendapatkan suatu keadilan – melakukan kebenaran – setelah itu kita baru sadar bahwa itu kurang benar, maka kita merasa tidak enak. Pertimbangan-pertimbangan semacam itu membuktikan bahwa Saudara diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Keadilan dan kebenaran yang pokok dan sesungguhnya itu ada pada diri Allah itu sendiri, itu tidak ada yang dapat menawar, itu mutlak.

Adam yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah mempunyai original righteousness, mempunyai dikaios yang orisinil yang telah diciptakan dan dilekatkan ke dalam hati Adam.

Setelah manusia berbuat dosa, ia telah kehilangan standar. Itu berarti ia telah menjauhkan diri dari apa yang dituntut dalam hatinya kepada dirinya sendiri. Maka dia mungkin tidak sadar kalau dia harus diberikan suatu cermin dan cermin itu menjadi wakil dari sifat keadilan dan kebenaran Allah. Di dalam Taurat, itu disebut the righteousness of God is God’s law.

3. Kebenaran dalam Tuntutan Berbuat Baik

Kebenaran dan keadilan juga dinyatakan oleh Allah di dalam Taurat yang menuntut manusia berbuat baik. The law of Moses, the law of the Old Testament, the law of God is the manifestation in the writing form of the righteousness of God.

Dalam Roma 7, ada tiga istilah yang muncul, yaitu : (1) keadilan; (2) kebaikan; dan (3) kesucian. Jadi, firman Allah dalam bentuk hukum, khususnya Sepuluh Perintah, menyatakan Allah yang suci, Allah yang adil, Alah yang baik. Hukum Taurat itu menyatakan ketiga sifat ilahi ini, dan ketiga sifat ilahi ini menjadi suatu cermin pada waktu saya datang kepada Taurat. Waktu saya melihat cermin, saya baru tahu diri saya kurang kudus, kurang adil, kurang baik, yang secara keseluruhan berarti kurang ajar. Setelah saya melihat kekudusan Allah, saya baru tahu bahwa saya tidak kudus; setelah saya melihat kebajikan Allah, saya baru tahu bahwa saya tidak bajik; setelah saya melihat keadilan Allah, saya baru tahu bahwa saya tidak adil. Itulah fungsi Taurat.

Taurat diberikan bukan supaya kita menjadi sombong. Taurat diberikan supaya kita menjadi rendah hati. Taurat menyatakan dan memaparkan segala kerusakan kita supaya kita bertobat, bukan justru membanggakan diri dengan mengatakan, “Kami memiliki Taurat, sedangkan Saudara tidak.”

Misalkan,saya sakit TBC, lalu ada satu orang sakit CTB, hampir sama, cuma dibalikkan hurufnya saja. Saya stadium empat, sudah mau “lulus” (meninggal), dia stadium tiga, sebentar lagi “lulus”. Lalu, waktu saya dirontgen oleh dokter, saya langsung membanggakan diri, karena saya sudah mencari dokter, sedangkan dia tidak. Dia batuk-batuk terus. Sedangkan saya, sambil batuk-batuk, masih bisa berkata, “Saya sudah dirontgen, lho.” Saya menyombongkan diri, karena di antara semua pasien, hanya saya yang dirontgen. Saya juga menyombongkan diri karena sudah mengeluarkan banyak uang untuk rontgen, padahal hasil rontgen itu bukan untuk menjadikan kita sombong, tetapi supaya tahu bahwa kita sudah berapa parah penyakit kita.

Allah memberikan Taurat kepada orang Yahudi bukan supaya orang Yahudi dapat menganggap diri lebih hebat, sebagai bangsa yang mendapat Firman Tuhan, dan menganggap bangsa lain itu anjing, tetapi supaya mereka tahu bahwa mereka sedang berada di bawah hukuman Allah. Tetapi orang Yahudi bukan saja tidak menjadi rendah hati, malah menjadi sombong. Ini kerusakan yang sudah betul-betul menjijikkan.

4. Kebenaran Manusia yang Tidak Sempurna

Meskipun manusia menyadari bahwa dirinya sendiri tidak bisa menjalankan Taurat, tetapi ia masih menyombongkan apa yang pernah dilakukan oleh dirinya [Topik ini sudah cukup jelas dan nyata di dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga tidak perlu dibahas lebih lanjut].

5. Kebenaran-Keadilan Orang Farisi

Kebenaran-keadilan orang Farisi adalah keadilan dan kebenaran yang dilakukan oleh orang-orang yang berusaha menjalankan Taurat secara harfiah untuk menegakkan kebenaran diri untuk bisa diperkenan oleh Allah.

Orang Kristen tidak boleh menghina orang Farisi. Orang-orang Farisi itu adalah orang-orang yang hebat. Mereka memberikan perpuluhan dari penghasilan mereka untuk Tuhan. Kebanyakan orang Kristen zaman sekarang hanya omong kosong. Seperseribu pun tidak ada. Nanti kalau dipukul Tuhan baru jera. Bertobatlah semua yang belum memberikan perpuluhan. Banyak orang Kristen tidak senang dengan orang Farisi. Padahal orang Farisi itu berpuasa dua kali seminggu. Jika dibandingkan, orang Kristen sekarang kalah jauh dengan orang Farisi. Orang Farisi berkata, “Aku tidak berzinah” tetapi masih banyak orang Kristren mencari pelacur. Kristen macam apa? Lalu kita menghina orang Farisi sebagai orang yang berpura-pura dan munafik. Padahal orang Farisi mempunyai sifat keagamaan yang jauh lebih baik daripada mayoritas orang Kristen sekarang. Tetapi Tuhan Yesus tetap berkata, jikalau kebenaranmu tidak melampaui kebenaran orang Farisi, niscaya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Apa artinya? Kebenaran orang Farisi yang semacam itu pun tidak bisa menyelamatkan orang.

6. Kebenaran di dalam Kristus

Bagian ini adalah yang paling penting: kebenaran dan keadilan yang ada dalam Kristus sebagai Adam kedua. Allah sendiri sudah menyatakan secara konkret bagaimana seharusnya manusia hidup, yaitu melalui diri Yesus ketika Ia hidup di dunia. Ia menyatakan secara konkret. Ia mewujudkan apa itu kebenaran, yaitu kebenaran dan keadilan yang dimanifestasikan melalui inkarnasi Yesus Krisrtus. Waktu hidup di dunia, Ia menunjukkan bagaimana hidup yang adil, murni, suci, jujur, setia, dan tanpa kompromi terhadap dosa, tegas menghadapi iblis dan segala hal yang jahat. Yesus Kristus menjadi orang yang paling kontroveresial justru karena Ia melaksanakan keadilan dan kebenaran Allah secara paling nyata selama dalam sejarah. Pada waktu Kristus muncul, langsung semua pendiri agama lain menjadi suram. Bandingkan hidup Konfusius dengan hidup Kristus, bandingkan hidup Muhammad dengan hidup Kristus, bandingkan hidup Socrates dengan hidup Yesus Kristus, bandingkan hidup Tagore, Lao Tze, Plato, Aristoteles, dan semua filsuf dan ahli agama yang paling hebat dengan hidup Yesus Kristus. Orang langsung akan melihat bahwa Yesuslah yang disebut Yang Benar dari Allah (the Righteous One of God), yang kudus, yang sempurna dari Allah (the Holy One of God).

Maka saya berkata kepada Saudara, semua agama mengidamkan kebenaran dan keadilan yang begitu bagus. Itu hanya suatu mimpi, suatu konsep, suatu ide belaka, suatu pikiran idaman yang kosong dalam imajinasi manusia. Yesus Kristus bukan demikian. Yesus Kristus adalah inkarnasi Firman menjadi daging. Allah menjadi manusia. Ia sendiri datang menyatakan hidup. Seratus persen benar. Seratus persen suci. Seratus persen adil. Seratus persen tidak kompromi dengan dosa. Dia satu-satunya yang disebut The Righteous One of God. In the history He visited His creates people, come to be the example for His church, His followers, His disciples, and His believers. Yesus datang untuk menjadi teladan bagi setiap orang yang percaya kepada Dia dan mengikut Dia.

7. Kebenaran melalui Iman

Kebenaran yang akan diberikan melalui kematian dan kebangkitan Kristus kepada mereka yang menggabungkan diri di dalam Kristus, yaitu dibenarkan oleh iman. Ini doktrin yang begitu penting yang diperjuangkan oleh Martin Luther, justification by faith, justified through Jesus Christ. Kalau mau dikatakan lebih jelas, istilah bahasa aslinya harus diterjemahkan “dibenarkan melalui iman”. Berarti saya yang berdosa, sekarang tidak lagi dianggap oleh Allah sebagai orang berdosa. Saya yang berdosa, yang seharusnya diadili dengan keadilan Allah yang mahasuci, sekarang tidak lagi dihakimi tetapi divonis tidak perlu dihakimi, karena sudah dipindahkan dari status Adam menjadi status en Kristos, di dalam Kristus. Sehingga kebenaran dan keadilan itu sekarang dari Kristus ditambahkan kepada saya, diberikan kepada saya, yang percaya dan menerima Yesus Kristus, Di dalam Yesus Kristus, saya mendapatkan imputasi dari kebenaran Allah yang terdapat dalam Kristus, melalui kemenangan-Nya yang diberikan kepada orang percaya, dan itulah artinya menjadi orang Kristen.

Di hadapan Tuhyan Allah, kita sebagai orang berdosa sudah selayaknya dijatuhi hukuman. Namun, di dalamn Kristus, yaitu ketika kita menggabungkan diri dengan Kristus dan segala jasa yang telah diperbuat-Nya melalui iman kepada-Nya, Allah memperhitungkan kita sebagai orang-orang yang dibenarkan, tidak lagi dijatuhi hukuman. Itulah yang disebut: the imputation of the righteousness of Christ on the sinners. You have been justified through faith in the Son of God. Saudara sudah dibenarkan melalui iman di dalam Anak Allah, Yesus Kristus. Inilah kebenaran dan keadilan.

Selanjutnya, kita akan melihat pelanggaran kebenaran mengakibatkan dosa menjadi suatu status dan suatu kondisi menakutkan yang menggerogoti manusia dan merusak masyarakat. Sudahkah Saudara dengan jelas dan sungguh-sungguh secara pribadi mempunyai relasi yang intim dengan Allah; dan sudahkah Saudara mengerti bahwa Saudara sudah mendapatkan imputasi kebenaran melalui Kristus oleh Tuhan Allah? Kalau belum, hendaklah Saudara berdoa baik-baik dan membuka hati untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat Saudara.

SUMBER :
Nama Buku : Dosa, Keadilan, dan Penghakiman
Sub Judul : Bab 1 : Keadilan dan Kebenaran (3)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014
Halaman : 29 – 43