Sebelumnya

Kristus pada waktu umur 12 mengatakan, “I come to please You, to do Your will. I should be always in Your house. Aku selalu berada di rumah Tuhan.” Lalu pada waktu Dia di dalam Yohanes 5:17-18, Dia mengatakan, “Like My Father working until today, Me too. Aku bekerja seperti BapaKu sampai hari ini.” Dia mempersamakan diri dengan Tuhan Allah. Kalimat itu keluar dari mulut Dia, orang Yahudi ambil batu mau melempar Dia sampai mati, karena Dia mempersamakan diri dengan Allah. Di dalam Yohanes, Dia mengatakan satu kalimat lagi, “Aku senantiasa mengerjakan sesuatu berkenan kepada Dia.” Waktu Dia mengatakan kalimat itu, banyak orang yang percaya kepada Dia.

Saya pernah baca ayat itu terus menangis, saya sangat terharu, seolah-olah saya diberi kunci menemukan satu rahasia: bagaimana membikin orang beriman kepada Tuhan adalah satu-satunya cara engkau senantiasa memperkenan Dia. Always please God. Always to be delighted by God di dalam setiap perkara, setiap pekerjaan, setiap kalimat, setiap pikiranmu, senantiasa memperkenan Tuhan. Itu satu-satunya rahasia bikin orang percaya kepada Tuhan melalui engkau. Yesus berkata, “Aku selalu mengerjakan yang diperkenan oleh Bapa.” Alkitab mengatakan, ayat itu selanjutnya, “Maka di situ banyak orang percaya kepada Dia.” Sangat mengharukan bukan? Siapa dalam dunia ini yang berani mengatakan, “Aku senantiasa memperkenan Tuhan”? “Aku selalu setiap waktu mengerjakan sesuatu untuk menyenangkan Bapaku di Sorga”? Kalau gereja ini banyak orang seperti ini, gereja ini berbahagia. Kalau hidupmu penuh dengan kemauan memperkenan Allah, hidupmu bahagia karena orang demikianlah yang diperkenan di Sorga. Tuhan mengatakan, “Ini Anakku yang Kukasihi.” Atau, “Ini AnakKu yang Aku senang kepadanya.” Karena apa? “Dia selalu memperkenan Aku.”

Dan Yesus yang mengatakan kalimat-kalimat seperti ini, akhirnya Dia mengatakan, “Oh Bapa, muliakanlah Aku sebagaimana Aku sudah pernah memuliakan Engkau di dunia ini.” Baru di situ ada suara dari Sorga mengatakan, “Aku sudah memuliakan Engkau dan Aku akan memuliakan lagi.” Yesus memuliakan Allah dan Dia berani minta kepada Allah untuk memuliakan Dia. Di dalam Alkitab cuma 1 kali, manusia minta Bapa memuliakan Dia. The only time to ask God to glorify man, itu di situ. “Aku sudah memuliakan Engkau. Sekarang Aku minta Engkau memuliakan Aku.” Saudara-saudara, kita hidup di dunia banyak diserang orang, banyak disalah ngerti, banyak difitnah, diumpat, itu semua kecil. Yang penting Tuhan mau memuliakan engkau atau tidak? Dan Tuhan bagaimana memuliakan seseorang kecuali orang itu senantiasa hidup hanya untuk memuliakan Tuhan? Saya selama ini dicela, tidak dingerti, difitnah atau ditulis di dalam internet dsb., dimaki orang, saya nggak pernah perduli, karena apa? Itu bukan panggilan, bukan tugasku untuk membela diri. Tugasku, saya jelas, adalah untuk memberitakan firman, memberitakan Injil, memberitakan Alkitab kepada orang lain. Tetapi kalau orang lain menyerang Dia, itu menyerang saya, itu kebebasan dia, biar dia tanggung jawab sama Tuhan. Akhirnya, bagaimana menyelesaikan ini, saya serahkan kepada Tuhan, ‘Tuhan, kalau Engkau mau memuliakan hamba-Mu, terserah. Kalau tidak, memang saya tidak layak menerima apa-apa.’ Yesus di dalam dunia ini mempunyai sikap seperti ini. Dan pada waktu Yohanes 17, itu satu-satunya pasal Anak Allah berdoa kepada Bapa di Sorga, dan Dia mengatakan, “Bapa, Aku sudah mengerjakan kehendakMu di dunia ini. Di dunia ini, Aku sudah memuliakan Kamu, sekarang muliakanlah AnakMu.” Dan Tuhan berkata, “Aku sudah memuliakan namaMu dan Aku akan memuliakan lagi.”

Terakhir di Getsemani, Yesus Kristus berkata, “Jikalau mungkin, ya Bapa, singkirkan cawan ini daripadaKu. If it is possible, remove this cupPlease!” Kalau mungkin, singkirkan cawan ini. Karena apa? Karena terlalu pahit, terlalu sulit. Buat Yesus Kristus, cawan itu bukan mati. Yesus bukan takut mati. Yesus bukan tidak mau mati. Jikalau Yesus tidak mau mati, kenapa Dia datang ke dunia? Dia justru datang ke dunia untuk mati, menurut Ibrani 2:14. Yesus kenapa datang ke dunia? Dia sengaja mau mati supaya boleh mengganti engkau dan saya. Dan Yesus Kristus berkata, “Kalau mungkin, singkirkan cawan ini!” Cawan ini bukan mati, cawan ini adalah terpaksa harus dipisahkan dari Allah Bapa, itu yang Dia tidak mau. “Mengapa Saya harus dipisahkan dengan Engkau, Bapa?” Perpisahan antara Anak dan Bapa, itu bukan kehendak Anak. Perpisahan antara Bapa dan Anak juga bukan kehendak Bapa. Karena Allah Bapa tidak mau menginginkan perpisahan dan perceraian. Allah Bapa mau perdamaian dan persatuan. Itulah sebabnya, maka Dia kirim Kristus. Tapi di sini terjadi satu paradoks yang Allah Bapa pun tidak ada cara lain. Dengar baik-baik! Demi memperdamaikan manusia yang berdosa dengan Allah sendiri, demi mempersatukan engkau yang sudah cerai dari Allah, kembali kepada Allah sendiri, satu-satunya jalan, Dia harus mengorbankan AnakNya. Harus cerai, harus pisah, harus separasi. Itu bukan kehendak Allah, itu juga bukan kehendak Anak Allah. Allah Anak tidak ingin bercerai dengan Allah Bapa. Allah Bapa tidak ingin memisahkan diri dengan Allah Anak . Tetapi demi engkau dan saya, yang sudah berdosa, harus terjadi pengorbanan seperti itu, maka Dia mengirim Kristus untuk akhirnya mati dan dipisahkan. Sebelum Kristus mati, Dia berkata, “If it is possible, please remove this cup from Me. But not My will be done, Your will be done. Bukan kehendakKu yang terjadi tetapi kehendakMu yang terjadi. Bukan apa yang Saya inginkan terjadi, kehendakMu yang terjadi.”

Apakah di dalam ayat ini memberikan satu indikasi: ada kemungkinan kehendak Kristus yang berlainan dengan kehendak Allah Bapa? Nah ini teologi. Kalau sudah sampai kepada tahap seperti ini, maka kita memikirkan apakah Allah Bapa mempunyai kehendak lain? Allah Yesus mempunyai kehendak lain? Sehingga Dia dua tidak klop, sehingga Anak mengatakan, perlu mengatakan, “Bukan kehendakKu tapi kehendakMu yang terjadi.”? Bukan! Saudara-saudara, di sini hanya mengatakan: Allah Bapa mempunyai kehendak sebagai sesuatu Pribadi yang berbeda dengan Allah Anak mempunyai kehendak sebagai Pribadi yang berbeda. Ini poinnya. Dan demikian kita melihat, Allah Bapa bukan Allah Anak, Allah Anak bukan Allah Bapa, sehingga kita tidak bisa menerima Unitarianisme, kita tidak menerima Allah Tunggal yang tanpa Tritunggal. Kita percaya Allah Tritunggal adalah Allah yang Tunggal tapi Tri Pribadi. Kita percaya Allah yang Tri Pribadi adalah Allah Esa yang satu substansi. Dari mana tahu? Karena Allah Bapa mempunyai kehendak sebagai sesuatu unsur Pribadi sendiri. Allah Anak mempunyai kehendak di dalam unsur kepribadian sendiri. Not My will be done, but Thy will be done. Tetapi tidak berarti Allah Bapa dan Allah Anak mempunyai rencana yang berbeda. Allah Anak pada waktu menjadi manusia, Dia tidak menginginkan, bukan kematian, terjadi perceraian antara Oknum Pribadi dan Oknum Pribadi yang kedua. Itu sebab Dia minta doa itu. Tapi Dia mengetahui, puncak doa bukan minta Tuhan sesuai kehendak kita, dengar! Puncak doa adalah kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Jangan doa minta Tuhan sesuai kehendak kita, tetapi berdoa supaya kita sesuai kehendak Tuhan. Ini Reformed. Ini prinsip Alkitab.

Sekali lagi saya mengatakan, Saudara mungkin mengetahui ada satu buku “Doanya Yabes”. Tahu nggak? Itu seluruh dunia sudah jual lebih 2 juta jilid. Sampai tahun lalu. Itu doa Yabes, sekarang sudah dijadikan kelompok-kelompok seminar untuk mendidik mengajar, memberikan kepada mereka les bagaimana bisa berdoa seperti Yabes. Seolah-olah doa Yabes doa yang paling indah, yang paling contoh, yang paling sempurna untuk mendidik seluruh Kristen di dunia. Itu satu hal yang sama sekali salah. Saya sudah terima surat di dalam 2 bulan, maki saya, kenapa menyerang orang lain, menganggap diri lebih baik, sombong, bukankah semua Kristen sama? Saya berkata, tidak sama! Ada Kristen yang setia kepada Alkitab, ada Kristen yang ambisi diri, ada Kristen yang menyeleweng dari Alkitab. Tidak sama! Tidak bisa karena orang berani plang gereja, maka saya akui dia gereja. Tidak bisa karena ada orang mengatakan dia pendeta, saya mengaku dia Hamba Tuhan, tidak bisa! Sekali lagi saya berkata kepada Saudara, Tidak sama! Itu sebab engkau harus pintar-pintar membedakan siapa yang setia kepada Alkitab, siapa yang tidak? Jangan pakai emosi untuk mencintai orang yang dekat dengan engkau saja. Tetapi dengan sungguh-sungguh mengutamakan kebenaran Tuhan lalu di situ setia kepada firman Tuhan, baru engkau menangin yang lain.

Doa Yabes adalah doa antroposentris, doa Yabes adalah mementingkan bagaimana untung, bagaimana memperluaskan diri. Tidak salah orang minta untung, tidak salah minta berkelimpahan. Saudara minta usahamu maju, tidak salah. Kita minta gereja kita maju, tidak salah. Tetapi saya mau tanya, jikalau gereja kita gereja yang tidak taat kepada Alkitab, maju untuk apa, ngerti nggak? Jikalau gereja kita adalah gereja yang menyeleweng dari firman Tuhan, makin maju makin malu, makin banyak anggota makin banyak penyelewengan. Jangan kira kalau jumlah banyak itu hebat, jangan kira kalau gereja besar itu berkat, jangan kira kalau kita bisa membangun gedung gereja itu megah, yang penting adalah apakah yang menjadi jumlah dan apa yang menjadi kualitas itu berpaduan atau tidak. Jikalau yang diajarkan bukan Alkitab yang berkembang makin banyak, itu hal yang mempermalukan. Kiranya Tuhan memberikan kepandaian kepada diri kita secara rohaniah, bijaksana berdasarkan kesetiaan kepada Tuhan. Mengapa doa Yabes dicetak berjuta-juta jilid, lalu diajarkan, lalu bikin kelompok-kelompok, bikin seminar-seminar untuk mengajar orang Kristen doa Yabes? Kenapa kita tidak cetak buku doa Bapa Kami, lalu dicetak berjuta-juta untuk melatih orang Kristen berdoa mengikuti apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus? Itu yang saya jengkel, itu yang saya marah-marah. Kalau saya marah-marah orang bilang, “Oh nggak ada Roh Kudus, kalau marah-marah sombong sendiri, dirinya yang benar, dirinya yang hebat, semua dimaki-maki.” Bukan itu. Saudara-saudara, yang penting adalah supaya orang sadar bahwa yang prinsip Alkitab itu adalah membawa kita kembali kepada Tuhan. Kelompok-kelompok didirikan lalu ada kepala kelompok mendidik orang, men-seminarkan bagaimana berdoa seperti Yabes.

Kenapa tidak mengajar orang berdoa seperti Yesus Kristus? Karena doa yang seperti ini yang paling sulit, “Bukan kehendak-Ku yang terjadi, kehendak-Mu yang terjadi.” Di dalam usahamu kamu berdoa ini nggak? “Tuhan bikinlah toko saya makin laku 10x, bikin bank saya makin berkembang, bikin nasabah saya tambah 100x,” itu doa yang umum, itu doa yang lumrah, tidak salah, tetapi jikalau itu dijalankan selalu seleweng dan tidak jujur itu tidak boleh. Lebih baik engkau berdoa, “Kehendak-Mu yang jadi, Bapa; kalau bukan kehendak-Mu, apa yang jadi pun tidak ada gunanya.” Yesus Kristus berkata, “Bukan kehendak-Ku tetapi kehendak-Mu yang jadi,” nah itulah doa teosentris. Bandingkan ini dengan Getsemani, yang dikatakan oleh Adam adalah satu kalimat yang belum jelas, yang kita tidak dengar secara harafiah, tetapi sesungguhnya, “Bukan kehendak-Mu tetapi kehendakku yang jadi.” Kehendakku itu kehendakku melulu, kehendakku sempurna, kehendakku murni? Tidak, karena kehendakku sudah dipengaruhi oleh kehendak Setan. Setan mengatakan jangan dengar kalimat dari Tuhan, Setan mengatakan jangan percaya, Setan bilang makan saja. Lalu Adam dan Hawa makan, waktu dia makan kehendak Allah yang disingkirkan, kehendak Setan yang ditaati. Di dalam dirimu si aku sendiri itu selalu ada pengaruh dari suara Setan, sehingga kalau engkau mengatakan bukan kehendakku maka engkau gampang menjalankan kehendak Tuhan. Minggu lalu saya sudah terangkan poin ini: pada saat engkau menyangkal diri, engkau gampang menjalankan kehendak Tuhan. Pada saat kita menyangkal diri, kita gampang menjalankan kehendak Tuhan; pada saat kita mempertahankan keinginan diri, di situ kita sulit menjalankan kehendak Tuhan. Nah Setan selalu memakai cara-cara sehingga engkau memikirkan diri, diri, diri.

Gereja-gereja ada caranya bikin orang terus terikat di gereja dia: kasih tugas yang berat. Manusia itu ikut gereja ini-itu, sampai di satu gereja dijadikan majelis. Sudah dijadikan majelis dia rasa, “Wah saya dipentingkan di sini, karena diri saya dihargai,” dia mempunyai sense of belonging di situ. Dan ada orang mengatakan, “di sini kok sudah lama saya tidak dijadikan apa-apa, di sini saya tidak disuruh ini-itu,” mulai benci sama gereja itu. Yang cinta gereja ini karena dirimu berbagian, yang tidak cinta gereja karena dirimu belum berbagian, sama-sama engkau terjebak kepada diri menjadi pusat. Mari kita belajar, “Kalau saya tidak dikenal, tidak dipakai, dan tidak dipercaya apapun, tetapi di sini ada kebenaran, tetap di sini.” Kalau saya dipakai di sana tetapi di tempat-tempat itu tidak ada kebenaran sungguh-sungguh, saya tetap hatinya tidak di situ. Di Manado ada seseorang yang istrinya tiga minta dibaptiskan, ditolak sama seorang pendeta, “Tidak bisa, engkau istri 3 tidak bisa dibaptiskan.” “Jadi bisa tidak?” Wah dia mulai main ultimatum. Pendeta bilang, “tidak bisa.” Satu bulan lagi dia kembali, “Lu sombong ya, pendeta sombong, masih muda, tolak saya dibaptiskan. Tahu tidak, saya sudah diterima di gereja lain, bukan saja dibaptiskan, saya jadi ketua majelis di situ.” Gila nggak? Ada pendeta gini, ada pendeta gitu; gini sama gitu besok sama-sama masuk Sorga. Lalu dia kata, “Karena you tolak saya, saya tidak akan beri persembahan di sini.” Orang kaya ada 3 istri, ada pendeta yang mau terima dia dibaptiskan dan bolehkan dia menjadi majelis. Di Jakarta pernah ada satu gereja, seorang yang kaya sekali kalau duduk di depan, istri kesatu, kedua, ketiga, jejer. Kalau jabat tangan, “Hehe, ini nyonya saya pertama, ini kedua, ketiga.” Kalau saya masuk gereja itu saya bisa gila.

Mari kita belajar satu hal: biar kehendak Tuhan yang jadi. Adam berkata, “Not Thy will but my will be done, my wife’s will, Satan’s will be done, but not Your will.” Tuhan berkata, “Jangan makan,” dia makan. Tuhan bilang, “Makan engkau mati,” “tidak mati,” betul tidak mati karena masih hidup 930 tahun, salah tafsir Alkitab. Jadi kalau Alkitab disalah tafsir semua yang salah seperti betul, yang betul seperti salah. Yesus Kristus adalah satu-satunya wakil manusia, mengatakan, “Kehendak-Mu yang jadi, bukan kehendak-Ku; kalau boleh Engkau singkirkan [cawan, Red.], kalau tidak bisa biar kehendak-Mu yang jadi.” Tuhan bukan saja tidak singkirkan, Tuhan memberikan kekuatan kepada Dia untuk minum habis sampai satu tetespun tidak sisa, maka itulah Kekristenan, itu kematian, itu kebangkitan. Jadi Tuhan menaruh Roh Kudus dalam hati kita, Tuhan memberikan Kristus dalam sejarah, dan Tuhan memberikan Roh Kristus bekerja dalam hati kita sampai kehendak Tuhan itu jadi, berkenan kepada Dia. Saya sering berkata kepada rekan-rekan, “dapat gelar doktor tapi kalau tidak setia pada Alkitab buat apa?” Di Indonesia sudah ada beberapa orang yang sekolah doktor, pulang khotbahnya lebih tidak karuan, gereja lebih tidak karuan. Bukan berarti kalau doktor tidak baik, tidak apa, tetapi yang paling penting adalah bobotnya, kesetiaannya, kesungguhannya, itu lebih penting daripada lahiriah, luarnya dan pangkatnya atau gelarnya. Yesus Kristus menderita, susah, setia sampai mati menjadi contoh bagi kita.

Mari kita menjadi orang yang berkenan kepada Tuhan, berkenan kepada Tuhan. Dan ini 4 (empat) langkah, di sini satu persatu bertahap:

  • Dia kerjakan kebajikan dalam diri kita, supaya
  • Kita bisa menjalankan kehendak-Nya, dan
  • Kita melalui Kristus berkenan kepada Dia, dan
  • Mengembalikan segala kemuliaan kepada Dia,

ini semua tercantum di dalam ayat 20 dan 21. Penulis Ibrani sudah dengan susah payah memberitahukan bagaimana meneruskan pengertian Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru, Imam Besar dan Yesus Kristus itu menjadi satu, dan akhirnya melalui Kristus yang menggenapi semua ini justru untuk menggarap setiap pribadi boleh mengerjakan keempat hal ini. Pertama, dipersiapkan, diperlengkapkan dengan kebajikan; kedua, supaya kita boleh menjalankan kehendak-Nya; ketiga, melakukan hal yang berkenan kepada Dia; dan keempat, mengembalikan segala kemuliaan kepada Dia. If every Christian is like this, setiap orang Kristen hidup bajik, hidup lakukan kehendak-Nya, hidup memperkenan Allah, hidup memuliakan Allah, maka Tuhan dipuaskan dengan Tubuh-Nya yang sungguh-sungguh memuliakan Dia.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Sumber : https://www.grii-jogja.org/memperkenankan-hati-tuhan-28-mei-2017/