Jauh-jauh hari kami berencana untuk Tamasya akhir tahun untuk kali ini adalah Gunung Bromo dengan mengendarai mobil yang baru 1 (satu) tahun kami beli, karena akhir tahun sebelumnya kami tidak bisa bepergian disebabkan adanya panggilan tugas negara yaitu piket Amnesti Pajak. Namun, rencana adalah tinggal rencana orang tua kami (Mertua Perempuan) yang sejak beberapa bulan terakhir ini tinggal di rumah kami dan pada tanggal 12 Nopember 2017 lalu mengalami serangan stroke dimana proses penyembuhannya tentu tidak sebentar bahkan sekeluarnya dari rumah sakit harus memerlukan pengawasan yang ketat karena memori syarafnya mengalami sedikit gangguan. Hingga kamipun tidak mungkin melakukan perjalanan sesuai apa yang direncanakan.

Sebagai orang tua tentu harus berfikir keras, bagaimana agar anak-anak dapat menikmati liburan tahun ini dengan penuh kesan.

a. Menonton Film

Pulang mengikuti ibadah minggu tanggal 24 Desember 2017 kami berencana menonton dan makan siang di luar. Walau kegiatan ini dapat dilakukan tanpa perlu menunggu liburan, namun ini adalah opsi yang perlu dan menarik dilakukan. Terlebih Ada 2 (dua) opsi tontonan yang menjanjikan yaitu antara “Susah Sinyal” dengan “Jumanji”. Jumanji adalah pilihan terbanyak.

Film Jumanji ini menarik ditonton khususnya untuk anak-anak karena menghibur dan minim adegan-adegan dewasa. Adapun bioskop yang kami pilih adalah Resinda Park Mall XXI Karawang. Walaupun antrian cukup panjang namun itu tidak menyurutkan niat dari anak-anak setelah puas dengan adegan-adegan lucu dalam film tersebut maka dilanjutkan acara makan siang yang lokasinya tidak jauh dari gedung Resinda Park Mall yaitu Solaria Grand Taruma.

b. Pertandingan Pimpong Bahtiar’s Cup

Setelah mengikuti ibadah Natal 25 Desember 2017, kami langsung persiapan menuju Jakarta untuk mengunjungi Abang di Jakarta. Tanggal 26 Desember 2017 pagi kami langsung menuju rumah Bapak (Op. Mariah) melihat situasi dan kondisi kemudian dilanjutkan menuju TPU Pondok Ranggon untuk sekedar melihat makam Ibu yang sudah lama tidak dikunjungi, tidak lupa mengunjungi rumah kakak tertua.

Untuk mengisi waktu hari itu, maka diadakan turnamen tenis meja yang diberi nama Bahtiar’s Cup (karena hadiah disponsori oleh beliau), adapun pesertanya adalah  David, Michelle, Calvin, Reyhan, Mario, Samantha, dan Pramudya dengan pemenang Juara 1 adalah Calvin, Pramudya juara II, David juara III dan Mario Juara IV. Hadiah uang tunai langsung diberikan oleh bapak direktur  yaitu Bahtiar kepada masing-masing pemenang kecuali David yang saat pemberian hadiah sedang dinas luar.

c. Menjemput Opung Mariah (Opung Gawat)

Sejak meninggalnya ibu yang menemani bapak kami ini nyaris sudah 6 (enam) tahun bapak kami (Op. Mariah) tinggal seorang diri di rumah petak. Maka di momen Natal kali ini kami menjemputnya untuk memaksa tinggal bersama-sama. Adalah Mariah Michelle, Calvin, Tata, dan Pram ikut serta dalam proses penjemputan Opung Mariah dengan penuh rasa yang berkecamuk dalam benak mereka masing-masing.

Dalam keheningan dalam mobil beserta Op Mariah di dalamnya, saya menawarkan makan malam di Mc Donald kepada mereka yang disambut antusias oleh anak-anak. Lalu bagaimana dengan Op. Mariah yang saat kami jemput belum berganti pakaian dan rambut yang gondrong entah berapa lama tidak di cukur.

Dengan mantap mereka menjawab tidak masalah, dan siap mengawal. Usai makan malam kami langsung menuju rumah. Tiba di rumah tanpa menunda lebih lama dengan mengendarai motor kupacu menuju tukang cukur, khawatir sudah tutup karena malam telah larut. Tengah malam seperti biasa Op. Mariah minta diantar kembali kerumah petak sebagaimana sering dilakukannya, tentu saja ku tolak dengan cara menemaninya ngobrol dan tidur dikamar yang sudah dipersiapkan.

d. Tamasya bersama Op. Mariah

Tanggal 27 Desember 2017, kami sudah berencana untuk jalan-jalan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) disamping nostalgia tempat bapak dulu bekerja juga karena ada tawaran/undangan dari peserta didik Alumni LPAM Trisakti Bekasi untuk mengunjungi Wahana tempat dia bekerja yaitu Wahana Sky World.

Kami disambut dengan ramah oleh Hadi Kurniawan melalui telepon & Erik Manuere yang langsung menjemput kami di depan pintu masuk. Kami langsung di antar ke Wahana 5 Dimensi sambil menceritakan sekilas tentang Wahana tersebut. Pelayanan yang diberikan sungguh luar biasa kami tidak harus membayar untuk semua itu.

Dalam Wahana Sky World disamping menonton di 5 Dimensi, kami juga menonton ruang angkasa (edukasi Antariksa) secara real time seperti planetarium, setelah itu anak-anak mengikuti wahana panjat tebing dan trampolin. Lelah menikmati wahana kami pun menuju keluar untuk segera menikmati makanan yang sudah kami siapkan dari rumah sebelumnya.

Awalnya setelah Wahana Sky World selanjutnya akan mengunjungi Taman Legenda yang berada di TMII untuk mengulangi keseruan yang pernah kami jalani, namun karena cuaca kurang mendukung kami urungkan dan berakhir di tugu TMII, sambil nostalgia masa-masa kecil dan pekerjaan Op. Mariah sebagai Juru Foto di TMII. TMII bagi kami bukan sesuatu yang baru, dulu kami sangat mengenal lekuk-lekuk TMII karena memang rumah kami tak jauh dari situ.

e. Mengunjungi Teman Dekat Op. Mariah

Tulus, “ya itulah nama teman Op. Mariah” Tulus Pakpahan, mereka sudah berteman sejak dari Parsorminan Pangaribuan dulu sekali. Namun di masa-masa tua ini Op. Mariah jarang bertemu teman-teman diluar wilayah rumah petak yang dengan setia ditempati. Maka di hari-hari istimewa ini ada inisiatif untuk mengunjungi abang Tulus ini, terlebih rumahnya masih disekitaran TMII.

Pertemuan ini juga merupakan pertamuan penulis pertama sejak beberapa tahun lalu, ada suasana gembira yang tampak terpancar tulus dari mata mereka. Senang melihat mereka saling bernostalgia terlebih abang Tulus ini tidak jauh berubah. Kunjungan ini adalah kunjungan terakhir di Jakarta, karena malamnya kami harus pulang ke Karawang, tidak enak terlalu lama menitip orang tua yang sedang sakit di Karawang kepada tetangga.

Dengan meninggalkan Op. Mariah untuk tinggal di rumah Abang Bahtiar, kami pun pulang kembali ke Karawang, Perjalanan dari Munjul (Cibubur) ke Karawang sangat melelahkan karena sejak toll Jorr sampai Karawang Barat kecepatan hanya 10 s.d 20 KM/jam.

f. Malam Tahun Baru 

31 Desember 2017, kami sudah berencana untuk menyambut malam tahun baru dengan melakukan bakaran sate  dan jagung, namun ada kejutan. Keluarga Abang Freddy Damanik (Bang Frans) datang lengkap dengan anak dan cucu-cucunya, yang paling mantap adalah mereka juga membawa makanan kesukaan saya dan orang Batak pada umumnya.  Memang abang yang satu ini penuh dengan kejutan, sudah datangnya tidak bilang-bilang pakai bawa makanan lagi. 🙂

Namun, bang Frans dengan kerendahan hati tidak ikut bakar-bakaran karena harus membawa ibadah tahun baru di Purwakarta. Kami memang tidak dapat pergi sekedar malam tahun baru bersama keluarga di Purwakarta karena Ibu mertua yang harus dijaga 24 jam, karena waktu Natal kami sudah meninggalkannya.

Di Malam penyambutan Tahun Baru pukul 00:00 WIB kami mengadakan doa bersama, setelah pulangnya Bang Frans Ke Purwakarta kami dikunjungi oleh Keluarga Haidir Manurung beserta istri dan anak-anaknya yaitu Meigan, Dinda dan Dimas. Bersama Keluarga Haidir Manurung kami berdoa bersama untuk harapan di tahun 2018 yang lebih baik dan diberkati.

g, Akhir dari Liburan 

2 Januari 2018, karena tanggal 1 Januari 2018 semua dalam kondisi mengantuk dan loyo maka acara berenang dilakukan ke esokan harinya. Adalah Wonderland Adventure Water Park yang berada di Galuh Mas menjadi pilihan, walau ada rasa kecewa karena tanggal 2 Januari 2018 tidak berlaku segala “promo” yang ada ditambah airnya yang sudah bau dan kental. 🙁

Tapi yang membuat hati ini tetap happy adalah, anak-anak tetap menikmati dengan penuh sukacita. Ibu dari anak-anak memiliki kebiasaan yang tidak pernah berubah sejak dulu sampai sekarang yaitu jarang mau ikut berenang bersama, foto-foto selfie adalah kesukaannya 😛

h. Penutup

Tanggal 30 Desember 2017 sebagaimana janji yang pernah saya sampaikan kepada anak Sulung kami mengunjungi Dealer Honda dan membeli sebuah motor Beat Street sebagaimana pilihan anak Sulung kami. Banyak pertimbangan sehingga kami memutuskan membelikan motor, disamping tahun ini anak sulung kami akan ikut sekolah Sidi di GKP Imannuel Karawang juga agar mobilisasi mereka sekolah remaja, latihan olah raga tidak berketergantungan dengan antar jemput. Saya percaya semua kita pasti memiliki alasan yang baik dalam memberikan motor kepada anak-anak usia SMA.

Walaupun rencana awal bepergian ke Gunung Bromo sebagaimana liburan Natal dan Tahun Baru 2 (dua) tahun lalu yaitu Pekanbaru Bersama, anak-anak tetap dapat menerima situasi dan keadaan yang ada. Tahun 2017 telah berlalu dan tahun 2018 kami sambut dengan penuh Optimisme karena ada keyakinan yang besar bahwa Tuhan beserta dengan anak-anak yang setia dan percaya kepada-Nya.

Selamat Tahun Baru dan Tuhan Yesus Memberkati Kita 🙂