Dalam ulasan sebelumnya disebutkan bahwa aset tidak berwujud dibagi dalam 2 (dua) bagian besar yaitu
- aset tak berwujud perdagangan (trade intangibles assets), contohnya paten dan R&D dengan risiko dan biaya tinggi;
- aset tidak berwujud pemasaran (marketing intangibles assets) contohnya penjualan produk, lisensi, kontrak, merek, daftar pelanggan, saluran distribusi penjualan produk.
Serta telah dibahas beberapa tahapan dalam melakukan analisis sehubungan transaksi atas aset tidak berwujud (intangible property). Berikutnya adalah tahapan analisis pemanfaatan atas aset tidak berwujud.
Pemanfaatan Aset Tidak Berwujud (ATB)
Analisis pemanfaatan aset tidak berwujud harus didasarkan pada jenis aset tidak berwujud yang ditransfer (dijual) atau dimanfaatkan. Dalam keadaan yang sebanding, entitas independen akan membayar untuk suatu aset tidak berwujud apabila aset tidak berwujud tersebut akan memberikan manfaat baik sekarang maupun di masa mendatang dalam kegiatan komersialnya. Pertanyaannya adalah apakah transaksi atas ATB tersebut dilakukan dalam keadaan yang sebanding, telah lazim dan wajar dilakukan oleh pihak independen?.
Contoh :
Apabila entitas ZZZ melakukan pembayaran royalti atas trademark/tradenames, kemudian berdasarkan penjelasan dari entitas ZZZ tersebut, royalti ini memang dibutuhkan untuk meningkatkan penjualan produknya karena trademark/tradenames tersebut cukup dikenal di pasarnya.
Pihak yang Berkontribusi Terhadap Aset Tidak Berwujud
Berdasarkan Paragraf 6.32 BEPS Action 8-10 final reports 2015 tentang Aligning Transfer Pricing Outcomes With Value Creation dijelaskan bahwa dalam kasus transfer pricing yang melibatkan aset tidak berwujud, penentuan satu atau lebih entitas dalam grup usaha yang akhirnya berhak untuk berbagi keuntungan yang berasal dari entitas yang mengeksploitasi aset tidak berwujud adalah hal yang krusial.
Contoh:
Entitas A yang melakukan pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, perlindungan dan eksploitasi atas aset tidak berwujud, namun entitas B yang memiliki legalitas dari aset tidak berwujud tersebut. Entitas B hanya mengeluarkan biaya untuk mendaftarkan legalitas kepemilikan aset tidak berwujudnya. Dalam hal ini seharusnya atas penghasilan dari eksploitasi aset tidak berwujud oleh entitas lain, entitas A harus mendapatkan kompensasi atas fungsinya melakukan pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, perlindungan dan eksploitasi atas aset tidak berwujud.
Pertimbangan utama dalam setiap kasus adalah bahwa perusahaan-perusahaan afiliasi yang memberikan kontribusi pada pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, perlindungan, atau eksploitasi aset tidak berwujud yang dimiliki secara legal oleh anggota lain dari grup harus menerima kompensasi yang wajar (arm’s length) untuk fungsi yang mereka lakukan, risiko yang mereka tanggung, dan aset yang mereka gunakan.
Faktor Pembanding dalam Aset Tidak Berwujud
Beberapa kriteria spesifik dalam analisis perbandingan atas transfer/pemanfaatan aset tidak berwujud meliputi diantaranya :
a. Eksklusivitas
Pihak yang memanfaatkan aset tidak berwujud dengan hak eksklusif seharusnya bersedia membayar biaya royalti lebih tinggi dari pada pihak yang memanfaatkan aset tidak berwujud tanpa hak eksklusif.
b. Tingkat dan durasi perlindungan hukum
Perlindungan hukum terkait dengan beberapa aset tidak berwujud dapat mencegah pesaing memasuki pasar tertentu. Untuk aset tidak berwujud lainnya, seperti pengetahuan atau rahasia dagang, perlindungan hukum yang tersedia dapat memiliki sifat yang berbeda dan tidak bertahan lama. Untuk aset tidak berwujud dengan masa manfaat yang terbatas, durasi perlindungan hukum dapat menjadi penting karena durasi pemanfaatan atas aset tidak berwujud akan memengaruhi ekspektasi para pihak untuk transaksi sehubungan dengan manfaat masa depan dari eksploitasi aset tidak berwujud tersebut. Misalnya, dua paten yang dinyatakan sebanding tidak akan memiliki nilai yang setara jika berakhir dalam waktu satu tahun sementara yang lain berakhir setelah sepuluh tahun.
c. Cakupan Geografis
Semakin luas cakupan geografis yang diberikan akan membuat manfaat yang diperoleh semakin besar.
d. Masa manfaat aset tidak berwujud (useful life)
Beberapa aset tidak berwujud mempunyai masa manfaat yang terbatas. Masa manfaat ini selain dipengaruhi oleh perlindungan hukum seperti di atas juga dipengaruhi oleh tingginya tingkat penemuan teknologi dari suatu industri tertentu. Persaingan ketat pada industri tertentu membuat masa manfaat atas aset tidak berwujud yang ditemukan menjadi lebih pendek.
e. Tahap perkembangan (stage of development)
Hal ini sering terjadi bahwa suatu intangible ditransfer dalam suatu transaksi afiliasi pada titik waktu sebelum dinyatakan bahwa suatu aset tidak berwujud sudah akan mendukung produk komersial. Sebuah contoh umum muncul di industri farmasi, dimana senyawa kimia dapat dipatenkan, dan paten (atau hak untuk menggunakan paten) ditransfer dalam transaksi afiliasi pada saat masih dalam tahap pengembangan dan masih butuh penelitian lebih lanjut, yang dengan pengembangan dan pengujian selanjutnya menunjukkan bahwa senyawa tersebut merupakan pengobatan yang aman dan efektif untuk kondisi medis tertentu.
f. Hak untuk mengembangkan, merevisi, dan melakukan perbaikan
Untuk tetap dapat bersaing pihak pemanfaat aset tidak berwujud dapat diberikan hak untuk ikut pengembangkan, merevisi dan melakukan perbaikan.
Metode Transfer Pricing Yang Dapat Digunakan
Metode yang dapat digunakan dalam menilai kewajaran transfer/pemanfaatan aset tidak berwujud antara lain:
- Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (CUP), digunakan bila ada harga pembanding yang independen.
- Metode harga penjualan kembali (RPM), digunakan bila intangible menyatu dengan barang.
- Metode laba bersih transaksional (TNMM), digunakan bila tested party tidak memilliki intangible.
- Metode pembagian laba (PSM), digunakan bila tidak ada pembanding dan intangible dimiliki oleh kedua pihak.
- Metode lainnya :
- Metode berdasarkan pendekatan biaya: dari biaya pengembangan intangible
- Metode berdasarkan pendekatan pendapatan: nilai kini atas estimated future income, dengan Discounted Cash Flow atau aturan 25% (pemberi lisensi : penerima lisensi = 25%: 75%). Income-base method terbagi dua yaitu direct dan indirect. Indirect method menggunakan tiga metode, yaitu incremental income, excess earnings, dan relief from royalti.
Kesepakatan Pembiayaan Bersama
Kesepakatan Pembiayaan Bersama (Cost Contribution Arrangement atau CCA) adalah pengaturan kontrak khusus antara entitas usaha untuk berbagi kontribusi dan risiko yang terlibat dalam pengembangan, produksi atau perolehan aset tidak berwujud, aset berwujud atau jasa dengan pemahaman bahwa aset tidak berwujud, aset berwujud atau jasa tersebut nyata-nyata diharapkan untuk menciptakan manfaat bagi setiap entitas usaha dari masing-masing kontributor.
Jenis CCA yang paling sering ditemukan adalah kesepakatan pengembangan suatu aset tidak berwujud. Dalam jenis ini, setiap partisipan memiliki hak atas aset tidak berwujud yang dikembangkan dan hak masing-masing partisipan terpisah satu sama lain.
Perlu diketahui bahwa dalam OECD Guidelines 2010, CCA tidak hanya mengacu pada aktivitas R&D, namun juga seluruh aktivitas pengembangan manfaat secara bersama-sama kepada seluruh pihak, misalnya: sentralisasi jasa manajemen, kampanye iklan (advertising) dan pendanaan gabungan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait kewajaran atas CCA adalah sebagai berikut :
- Pengidentifikasian Kontrak Cost Contribution Arrangement (CCA)
- Penentuan Tujuan dan Pemanfaatan Cost Contribution Arrangement (CCA)
- Pengidenifikasian Intangible Property/Services yang Sedang Dikembangkan
- Mendapatkan partisipan yang terlibat dan berapa kontribusi masing-masing partisipan, serta pengujian atas kewajaran jumlah kontribusi masing-masing paritisipan.
- Menguji cara penentuan alokasi kontribusi
- Mendapatkan amandemen kontrak CCA
- Mengikuti perkembangan CCA
- Review dokumentasi CCA yang dilakukan
loading…
Artikel Terkait :
- Perpajakan dalam Kewajaran & Kelaziman Harga Jual/Beli (Bagian I)
- Perpajakan dalam Kewajaran & Kelaziman Harga Jual/Beli (Bagian II)