Pertemuan Dua puluh tahun lalu, kami berlutut, berdoa semalaman di satu ruangan, minta Tuhan memberi kami bijaksana, iman keberanian, cinta kasih untuk menegakkan kebenaran-Nya di bumi. Juga minta pertolongan dan pimpinan Roh Kudus untuk memulai gerakan Reformed dan Gereja Reformed Injili Indonesia di Jakarta. Saat itu, kami tak punya dukungan dana, juga tak minta dana bantuan dari pribadi, dari luar negeri ataupun dari pemerintah. Hanya berpegang pada firman Tuhan: pertolonganku hanyalah dari Tuhan. Saya berani mengatakan: saat itu, tak ada satu orangpun tahu, GRII bakal mengarah ke mana, apa yang akan Stephen Tong kerjakan? Tapi saya tahu dengan pasti: dunia membutuhkan kubu Reformed Injili, dimana kami dapat mempertahankan kebenaran yang Tuhan wahyukan dengan semangat tanpa kompromi, memberitakan firman Tuhan, membawa manusia sungguh-sungguh bertobat, jadi anak-anakNya.
Setelah kita menjalankan mandat Injil, kita juga harus menjalankan mandat budaya. Tapi apa itu mandat Injil? Berita sukacita tentang Kristus yang telah mati dan bangkit, jadi Juruselamat dunia harus dikabarkan pada umat manusia. Dan apa itu mandat budaya? Tuhan harus bertahta di semua segi kebudayaan: musik yang terbaik untuk memuliakan Tuhan, seni yang terbaik untuk memuliakan Tuhan, sastra yang terbaik untuk memuliakan Tuhan — kebenaran Tuhan ada di dalam semua segi kebubudayaan: di segi politik, kebenaran dan keadilan Tuhan harus ditinggikan dan dijalankan. Di segi ekonomi, bukan egoisme, mendahulukan kepentingan pribadi; memperkaya diri dengan cara memeras, menipu, menodong, merampas milik orang, melainkan memuliakan Tuhan. Karena Tuhan sudah memberikan sumber daya alam yang harus kita kelola dengan baik, menciptakan kekayaan, agar segala kelimpahan yang Dia karuniakan dapat kita nikmati bersama. Jadi untuk membahagiakan seluruh umat manusia bukan hanya membahagiakan keluarga-keluarga tertentu saja. Begitu juga semua disiplin ilmu harus memuliakan Tuhan, penemuan teknologi harus memuliakan Tuhan bukan malah menggunakan kesempatan itu untuk memperkaya diri, menciptakan kesenjangan yang lebih parah di masyarakat. Dokterpun tak terkecuali, melayani pasien dengan sungguh hati bukan malah memeras uangnya. Pendidikan juga harus melayani Tuhan, mengajar orang mengerti kebenaran, mengerti ilmu pengetahuan dan menjalin hubungan dengan sesama berdasarkan rasa takut pada Tuhan.
Saya tak tahu, ada berapa orang yang sungguh mengerti akan makna dari mandat budaya. Tapi sebagai orang Kristen, seharusnya kita tidak hanya mengejar memperoleh jaminan masuk sorga, juga harus mengerti akan tugas kita hidup di dunia: memuliakan Tuhan dan membawa faedah bagi sesama. Itu sebab, gerakan Reformed sejak lima ratus tahun silam mengimbangi keduanya dengan menelusuri, mempelajari akan tanggungjawab manusia di hadapan Tuhan. Selama dua puluh tahun ini, dengan mata kepala sendiri kita menyaksikan, bagaimana Tuhan memberkati gerakan ini. Saya tak mengijinkan GRII hanya menggantungkan diri pada beberapa orang kaya saja, melainkan setiap orang; tak peduli kaya atau miskin, memberi perpuluhan untuk pekerjaan Tuhan.
Gereja ini bukan milik Stephen Tong secara pribadi, juga bukan milik keluarganya. Jika anak-anak saya mau melayani Tuhan di GRII, mereka harus diuji dan diawasi dengan sungguh. Kalau mereka tak mampu atau mereka ngawur, silahkan usir mereka dari gereja ini. Karena gereja ini bukan untuk diwariskan kepada keluarga Stephen Tong. Sebaliknya, banyak dari harta keluarga yang sudah saya persembahkan buat gereja ini. Selama satu, dua tahun terakhir ini, kita telah membangun concert hall yang bertaraf internasional baik secara akustik maupun estetisnya. Bahkan telah diakui oleh musikus dunia. Dimana saya ingin mendidik anda mengerti musik yang lebih dalam. DR. Yahya Ling mengatakan: “paduan suara ini adalah salah satu paduan suara gerejawi yang terbaik di dunia. Dan concert hall kita both acoustically or aesthetically is one of the best in the world. Review dari empat sesi konser yang baru saja berlalu itu sudah sampai di luar negeri. Ketua MPR bertanya pada saya: “Berapa besar tanah yang anda pakai untuk membangun concert hall?” “seribu empat ratus meter saja”. Kita memang memakai tanah seluas itu dengan semaksimal mungkin. Bandingkan dengan Esplanade, di Singapore, yang membangun dua hall di atas tanah enam setengah hektar. Kita tak punya dana untuk membayar jutaan dollar pada pendesain akustik, maka kami bekerja mati-matian secara diam-diam di hadapan Tuhan, menggunakan waktu penerbangan dari kuala Lumpur ke Hong Kong dan dari Taipei ke Jakarta, yang tiga jam, lima jam itu sebagai jam office saya di angkasa, di ketinggian tiga puluh ribu meter. Dan mengerjakan semuanya sejak awal dengan rasa gentar: apa jadinya, kalau bangunan ini tak beres atau tak bagus? Tapi Tuhan menolong kita yang miskin, yang hidup di negara yang hanya tahu menghamburkan banyak uang untuk membeli Mercy, BMW, membangun gedung mewah, rumah pribadi dengan perabotnya yang mahal, tak menyisihkan dana untuk bidang kebudayaan. Negara dimana anak muda tawuran, orang yang mendapat kedudukan tinggi menganggapnya sebagai kesempatan baik untuk korupsi ini sebenarnya akan kemana? Sebagai manusia yang dicipta menurut peta teladan Allah, pelayanan apa yang harus kita lakukan di sini? Tuhan berfirman di kitab Yesaya: lihatlah HambaKu yang Ku pilih, yang Ku bangunkan.. Dia tak akan tawar hati, dan tak putus-asa untuk menegakkan kebenaranNya di atas bumi”. Allah Bapa telah mengaungerahkan Allah Anak sebagai teladan umat manusaia di sepanjang sejarah. Sumbu yang berasap tidak Dia padamkan, buluh yang terkulai tidak Dia patahkan… itu menandakan Kristus adalah manusia yang paling rendah hati di sepanjang sejarah dari Adam sampai akhir zaman, Dia menyangkal diri begitu rupa, bahkan sampai mati di atas kayu salib. Namun Dia juga sangat berani menegur dosa, bahkan dosa pemimpin-pemimpin agama. Tapi saat orang yang paling rendah, paling remeh, paling miskin datang padaNya, tak satupun yang Dia tolak. Karena Dia menerima pendosa yang terbesar tapi menolak dosa yang paling kecil. Kita bersyukur pada Tuhan, karena katanya: Aku akan mengirim RohKu padamu, menjadikanmu sebagai saksiKu dari Yerusalem sampai ke ujung bumi. Apakah maksudNya? Titik kecil ini sebagi titik awal sekaligus titik fokus yang menarik orang- orang di seluruh dunia jadi muridNya. Karena meski bagi orang Yahudi, Yerusalem adalah kota yang paling mereka bangga-banggakan. Tetapi bagi Yesus Kristus, Yerusalem adalah titik awal, dimana Dia dipaku, dihina, ditinggikan di bukit Golgota. Tapi dari sana, berkat injil mengalir ke seluruh dunia. Dari Yerusalem ke ujung bumi, artinya dari berani mati sampai injil kebenaran diberitakan.
Gereja ini akan ke mana? Kamu tidak tahu. Dua puluh tahun silam, orang-orang datang hanya karena mereka suka mendengar khotbah saya. Itu artinya, kita memulai GRII dari nol, sampai sekarang kita punya lima puluh cabang di seluruh dunia. Sebenarnya hanya dimulai dari satu permulaan yang kecil, saat pengajaran Kristen jadi simpang-siur, gereja Karismatik membuang musik gereja yang paling indah, yang Tuhan karuniakan, kami berani tampil mendirikan satu wadah, dimana kami dapat mempertahankan iman, mengabarkan kebenaran dengan bersandar pada Tuhan.
Sebenarnya, sejak tahun lalu, gedung gereja diresmikan, jemaat yang memberi persembahan untuk mengembangkan pelayanan mandat budaya sangat sedikit. Karena mereka tak mengerti apa itu mandat budaya, maka tak merasa perlu untuk memuliakan Tuhan di bidang musik dan bidang-bidang kebudayaan lainnya. Tapi saya tak akan berhenti. Kalau perlu, saja jual rumah tinggal saya guna mewujudkan beban yang Tuhan letakkan di hati saya. Tahun depan, bulan September, Reformed Institut harus pindah ke sini, Museum harus dibuka secara resmi. Karena selama empat puluh tahun ini, saya sudah berupaya dengan segala kemampuan dan dana saya sendiri, menyiapkan delapan ribu item koleksi yang akan diletakkan di museum.
Usia saya sudah hampir tujuh puluh tahun, tapi setiap tahun masih harus terbang tiga ratus kali, berkhotbah lima ratus kali dan tak pernah mengambil uang tiket dari GRII. Itu artinya, apa yang saya miliki, sudah saya serahkan pada Tuhan, agar anda, anak-anak anda; generasi dini dan generasi berikut dicerdaskan oleh kebenaran. Jika Tuhan mengizinkan saya hidup sepuluh tahun lagi, saat itu mungkin saya sudah pikun, tapi saya ingin dapat menyaksikan semua anak-anakmu beres: mengenal Tuhan, takut Tuhan dan melayani Tuhan. Jika Tuhan izinkan, saya ingin bisa memberkati dan mengutus anak-cucumu yang sudah studi di sekolah teologi ke seluruh dunia, mengabdi pada Tuhan, mencintai sesama, membawa orang berdosa berpaling padaNya. Dan saya menutup mata dengan sukacita. Jadi, permisi tanya, dimanakah anak-anakmu: sampai sejauh mana mereka mengenal Tuahn, apakah mereka melalui hidup yang suci atau melampiaskan nafsu; hidup yang tak berbeda dengan orang dunia, apakah mereka mencintai Tuhan? Kita hanya dapat menipu manusia, menipu pemerintah, tapi tak dapat menipu Tuhan Allah. Karena di hadapanNya, semua kita telanjang, bagai berada di depan mesin X-ray. Kiranya Tuhan memberkati kita, memimpin kita mengarah pada iman yang kokoh, hidup rohani yang berlimpah, dapat memberi pengaruh baik pada dunia. Kata Yesus: “Saat Roh Kudus turun, kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem, tanah Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi”. Kiranya kalimat Tuhan Yesus ini terwujud di dalam hidup kita pribadi lepas pribadi, di zaman ini, melalui gereja ini.
Untuk mewujudkan janji saya di hadapan Tuhan, jika anda berbeban, mengerti dan rela, anda boleh berbagian; ikut mendukung. Saya dan STEMI sudah mempelopori dengan menginvestasikan dana yang besar. Bukan karena kami punya banyak uang, melainkan kami bekerja dengan giat, mengumpulkan sedikit demi sedikit, sampai akhirnya dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Semua ini terjadi, karena kami bukan hanya mementingkan diri saja. Bagaimana dengan anda?
Apakah anda menyukai musik yang disajikan hari ini? Tahukah anda, kalau Singapore mengundang DR. Yahya Ling, satu malam harus membayar tiga puluh ribu dollar. Kita tak mampu membayar dia, tapi kali ini, dia datang dua minggu. Apa sebabnya? Karena dia cinta Indonesia, cinta musik, cinta gerakan ini, cinta Tuhan, dan cinta saya. Sejak kecil dia mendengar khotbah saya dan saya berpesan padanya: jangan lupakan pekerjaan Tuhan. Saya tak berani menyuruh dia meng-conduct lagu Indonesia Raya, tapi dia mengatakan, biar saya yang meng-conduct. Dan ternyata, dia ingat akan setiap kalimat dari lagu itu. Prof. Vincent Sung, lalu merekam di office-nya, per jam tiga ribu dollar. Begitu juga para penyanyi kelas dunia ini, demi cinta mereka kepada Tuhan dan demi membantu Indonesia telah banyak berkorban. Saya mengharapkan, Orkestra dan Paduan Suara ini semakin hari semakin maju dan menjadi berkat. Saya sendiri akan berjuang sampai mati guna menjadi berkat. Tapi ada orang-orang yang memberi seratus ribu rupiah sudah merasa berkorban besar sekali, membeli tiket konser merasa mahal sekali. Padahal, selama dua belas hari ini paduan suara berlatih, untuk biaya listrik saya perlu ratusan juta rupiah. Tapi banyak orang merasa, paling baik bisa menikmati musik yang indah dan gratis lagi. Perhatikan, if you love music, please do something for music. If you love musicians, please do something for them. Sembilan tahun sebelum George Frederic Handel meninggal dunia, dia sering mengadakan concert besar guna membantu para janda. Mari kita tidak menjadi orang yang egois, melainkan orang yang membawa berkat bagi seluruh bangsa. Biar kita menghargai mereka yang Tuhan berikan karunia dan potensi musik yang lebih dari kau dan saya. Dan kita mau tetap setia pada Tuhan, dengan menjalankan kebenaranNya, membawakan berkat bagi seluruh umat manusia. Kiranya Tuhan memberkati gerakan Reformed dalam menjalankan mandat injil dan mandat budaya, menjadi berkat bagi bangsa Indonesia. Amin.
Pengkhotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
…
Sumber : Ringkasan 1050, 18 Oktober 2009