Siapakah Kristus? Pertanyaan ini merupakan sebuah pertanyaan yang paling kontraversial dalam sepanjang sejarah, sebab kehadiran Kristus dalam sejarah merupakan suatu tantangan bagi eksistensi manusia. Sejarah telah membuktikan bahwa sejak Kristus berada di dalam dunia ini sampai sekarang tidak kurang dari berjuta-juta orang yang mencintai Dia rela mati bagi Dia. Sedangkan orang-orang yang membenci Dia bukan saja membunuh Dia, tetapi juga merencanakan pemusnahan dari pengaruh yang telah diberikan-Nya dari dalam otak manusia. Tetapi sejarah juga telah menunjukan ada begitu banyak orang yang semula membenci Dia berbalik menjadi orang-orang yang sangat mencintai Dia, dan sebaliknya hanya ada sedikit, bahkan sangat sedikit orang yang semula mencintai Dia lalu berbalik membenci-Nya.
Dinasti-dinasti dan pemerintah-pemerintah Anti Kristus menjadi kewalahan dalam usaha mereka untuk menumpas kekristenan, bahkan sebagai akibat dari keinginan mereka itu secara langsung maupun tidak langsung justru kekuasaan mereka sendiri yang tertumpas.
Tidak ada seorang pun yang dapat menilai berapa besar kerugian yang dihadapi manusia jika seandainya Kristus tidak pernah datang ke dalam dunia ini.
Benarlah perkataan Napoleon ini, “Hannibal, Alexander the Great, Charlemagne adalah orang-orang yang memiliki kuasa militer yang sangat besar, tetapi kebesaran ini tidak terlepas dari keadaan yang bersandar kepada senjata dan akhirnya kami akan menjadi pudar di bawah geseran sejarah”. Hanya Kristus yang tidak mempunyai pisau dan pedang telah menggerakkan begitu banyak sukarelawan dan sukarelawati yang tidak pernah habis dalam sepanjang sejarah dalam membela kebenaran dan mati bagi-Nya. Benarlah perkataan Immanuel Kant, “Manusia harus berjuang menuju summum bonum”, tetapi sesungguhnya Orang Nazaret (Yesus) itu sudah mencapainya. Benarlah perkataan Goethe, “Walaupun gelombang kebudayaan manusia meningkat terus, tak mungkin melampaui sinar etika yang dipancarkan oleh hidup Kristus”.
Siapakah Kristus? Apakah hubungan-Nya dengan Anda? Jikalau Dia mengatakan ”Akulah Jalan, dan Kebenaran dan Hidup”, sebuah perkataan yang tidak boleh dan tidak akan pernah dapat dikatakan oleh siapapun juga, mengapa Anda tidak mencoba mengenal-Nya dan menerima kebahagiaan sejati yang berasal hanya dari pada-Nya?
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13 : 8).
Jakarta, Januari 1992
Pdt. Dr. Stephen Tong
Bagian 1
Siapakah Kristus?
Pertanyaan “Siapakah Kristus?” merupakan tema yang paling kontraversial dan menarik perhatian. Waktu Kristus berada di dalam dunia. Ia mempunyai pengagum dan pecinta yang luar biasa dan sampai Kristus mati di atas kayu salibpun, para pengikut-Nya tidak takut bahaya dan tetap mengelilingi Dia. Pada waktu Kristus berada di dalam dunia, ada juga orang-orang yang begitu membenci Dia dan bertekad untuk tidak akan melepaskan Dia, sampai membawa-Nya ke lubang kubur. Orang-orang ini merasa sangat tersinggung dengan keberadaan dan kata-kata yang diucapkan-Nya.
A. Konflik Kebudayaan
Di dalam buku Richard Niebuhr yang berjudul “Christ and the Culture”, ada satu kalimat yang mengatakan : “Apakah sebabnya orang Yahudi harus membunuh Kristus? Bukankah Ia orang Yahudi dan dilahirkan dalam silsilah yang dapat ditelusuri dengan pasti. Dan kalau kita mau mengaku dengan jujur, maka tidak ada seorang Yahudi yang mempunyai pengaruh lebih besar dari Kristus,” Mengapa Kristus harus disalibkan di bawah tangan orang-orang Romawi yang begitu kejam dan keji? Richard Niebuhr berpendapat bahwa Kristus merupakan ancaman untuk kebudayaan orang-orang Yahudi. Jika Kristus hidup, maka kebudayaan Yahudi harus mati; jikalau mau mempertahankan kebudayaan Yahudi maka Kristus harus mati. Di antara kedua ekstrim ini, bagaimana bisa dicapai keseimbangan? Akhirnya orang-orang Yahudi memutuskan bahwa Kristus dibunuh di atas kayu salib supaya kebudayaan Yahudi tetap bertahan.
Sampai di manakah terjadi suatu konflik yang tidak kita sadari sehingga pada detik-detik tertentu kita merasakan keberadaan Kristus sangat mengancam keberadaan kita? Apakah kita pernah menemukan momen-momen seperti itu sehingga Yesus yang kita rindu, yang kita puji, yang kita sembah dan kita ikuti, menjadi ancaman bagi diri kita? Apakah hal ini membuat kita menyesal menjadi orang Kristen, atau merasakan adanya kesulitan yang terlalu besar jika kita tetap mengakui iman kita. Iman Kristen mungkin membawa kita kepada suatu saat yang kontraversil sehingga pada saat itu kita tidak tahu harus bagaimana dan akhirnya kita seperti orang Yahudi yang memaku Dia. Apakah kita sadar bahwa Kristus lain dengan yang lain? Bukankah Kristus dibuang, dibunuh, dikuburkan, tetapi pada hari ketiga Ia bangkit?
B. Konflik Pemikiran
Pikiran manusia yang dicipta oleh Tuhan tidak sama dengan kebenaran Allah itu sendiri. Ada banyak orang yang memperilah pikirannya sendiri dan menganggapnya sebagai satu-satunya kebenaran, padahal pemikiran manusia itu terbatas, mengalami proses pertumbuhan; sehingga tidak mungkin sama dengan kebenaran Allah. Pada waktu orang-orang bergumul dengan pengetahuan. Maka John Locke seorang filsuf Inggris, membagi-bagi sistem pengetahuan menjadi tiga, yaitu :
- Pengetahuan yang masuk akal (Rasionil)
- Pengetahuan yang tidak masuk akal (Kontra rasionil)
- Pengetahuan yang melampaui akal (Supra rasionil)
Sejak zaman Yunani kuno, hal pertama dan kedua sudah dimengerti secara samar-samar – jadi manusia mengerti dari dua jalur; pertama adalah jalur pemikiran yang bertanggungjawab dan bisa diterima oleh rasio, dan kedua adalah jalur pemikiran yang tidak bertanggung jawab, yang tidak bisa diterima oleh rasio. Apakah seluruh pemikiran manusia memang terdiri dari dua jalur ini saja? Jika memang demikian, maka manusia mau atau tidak mau sudah tidak bisa terlepas daripada memperilah pikiran manusia. Bukankah dengan hanya mempunyai dua jalur demikian, maka manusia menganggap bahwa yang masuk akal pikirannya adalah yang paling benar dan yang tidak masuk adalah hal yang pasti salah? Adakah kebenaran bisa diukur hanya melalui rasio? Kecelakaan dan kesalahan yang berulang-ulang dalam sejarah pemikiran manusia adalah memperilah rasio. Barang siapa memperilah rasionya, ia akan menolak segala sesuatu yang melampaui kesanggupan daya tamping rasio. Orang semacam demikian mungkin masuk ke dalam gereja dan menganggap dirinya percaya kepada Allah; tetapi sebenarnya orang itu percaya kepada pikirannya sendiri sebagai Allah, karena ia berusaha menyesuaikan kebenaran Allah dengan konsepnya sendiri.
John Locke mengemukakan tentang hal yang supra rasionil, dan ini berarti bahwa rasio tidak boleh diperilah, diperdewa, dimutlakkan seperti Allah, tetapi kita mengaku bahwa rasio manusia terbatas. Bagaimanakah mengetahui dan membedakan hal-hal antara kontra rasionil dengan hal-hal yang supra rasionil? Kesulitan bagi banyak kaum intelektual adalah mereka mengira bahwa hal-hal yang tidak rasionil adalah hal yang kontra rasionil, dengan demikian hal-hal yang kontra rasionil dicampur aduk dengan hal yang supra rasionil. Dari pengenalan semacam ini maka kita dapat melihat mereka menganggap dirinya pandai, akan selalu membuang dirinya di luar anugerah Tuhan. Orang seperti itu menganggap bahwa Injil Tuhan Yesus itu kuno, tidak masuk akal dan tidak bisa dipercaya. Mereka tidak tahu bahwa rasio manusia itu terbatas dan bahwa Allah sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan yang jauh melampaui rasio. Tapi dalam lingkup kekristenan sendiri, begitu banyak orang yang menafsirkan Alkitab tanpa pengertian yang sesuai dengan Alkitab, merusak doktrin-doktrin yang paling penting dalam iman Kristen dan menganggap dirinya melayani Tuhan. Paulus berkata: “Pahamilah kasih Kristus dan ketahuilah bahwa ini melampaui pengertian.” Pengetahuan tentang pengetahuan yang melebihi pengetahuan sudah ada dalam Alkitab, jauh sebelum John Locke mengemukakan teorinya, kekristenan bukan hal kosong.
Siapakah yang mengatakan bahwa kekristenan itu terlalu kuno dan bahwa filsuf itu jauh lebih pandai dari pengajaran Alkitab? Alkitab jauh lebih pandai dari pengajaran para filsuf manapun! Setelah mengajar filasafat selama 20 tahun, menyelidiki, membaca dan membanding-bandingkan antara pengajaran Alkitab dan filsafat, yang lebih tinggi nilainya dari Kitab Suci. Setelah prinsip ini kita ketahui, baru kita tahu bagaimana mempertanggungjawabkan pengertian kita tentang Kristus dengan konsisten.
Kita tidak memakai istilah Yesus, tetapi Kristus, karena istilah Yesus adalah istilah yang umum pada zaman itu. Tetapi istilah Kristus langsung memberi arti Satu-satunya yang diutus Allah dengan pengurapan khusus, menjadi satu-satunya pengharapan dunia dan Juruselamat. Istilah Yesus berarti Juruselamat, istilah Kristus berarti Yang Diurapi. Maka yang diurapi oleh Tuhan untuk menyelamatkan dunia disebut Yesus Kristus. Nama Yesus merupakan nama yang popular dipakai oleh umum. Tetapi setiap kali pada waktu Rasul Paulus menulis mengenai Yesus selalu dengan sebutan Tuhan Yesus atau Yesus Kristus, atau Yesus Kristus Tuhan kita, atau Kristus Yesus Tuhan kita. Ini berarti menegaskan sifat Kristus dan karya Kristus yang unik, berbeda dari yang lain. Itu sebabnya jika kita berdoa dalam nama Yesus Kristus atau dalam nama Yesus Tuhan kita, kita sama-sama mengucapkan Amin. Ini berarti membedakan dengan mereka yang menerima seorang yang bernama Yesus dengan kita yang beriman menerima karya yang dikerjakan oleh Kristus.
Apakah dengan menyebut diri-Nya sebagai anak Manusia maka Kristus menjadi lebih rendah daripada Anak Allah? Tidak. Manusia adalah biasa, Allah tidak ada bandingnya. Manusia banyak, Allah hanya satu. Manusia relative, Allah mutlak. Manusia dicipta, Allah mencipta. Tapi Kristus menyebut diri sebagai Anak Manusia, karena Dia sudah berada dalam dunia ciptaan. Dia masuk, menerobos, hidup, dan berada dalam lingkaran ciptaan. Tetapi sebenarnya Dia adalah Pencipta. Sementara Dia ada dalam dunia ciptaan, Dia menyebut diri sebagai Anak Manusia.
C. Konflik Tentang Keberadaan Allah
Mengapa orang Timur harus percaya Yesus yang adalah orang Barat? Bukankah lingkungan kita penuh dengan kelenteng dan berhala-berhala, mengapa harus ke gereja? Siapakah Yesus? Jika di Asia ada orang-orang saleh seperti Confusius, Tagore, Radha Khrisnan, Gandhi, Mensius, Shinto, Zen Budhisme, mengapa orang Timur perlu percaya Yesus? Bukankah Yesus disembah orang Amerika dan Eropa? Mengapa orang Asia ikut orang orang Barat menyembah Yesus? Kalau setiap tempat mempunyai sifat agama sendiri, kenapa harus kita kembali kepada Yesus baru kepada Bapa? Bukankah setiap suku bangsa mempunyai cara beribadat sendiri-sendiri?
Mempelajari banyak pendapat-pendapat orang mengenai agama, membuat pikiran kita begitu penuh. Mengapa harus percaya kepada agama, dan kalau memegang agama kenapa harus kepada Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang Tunggal? Bukankah semua pendiri agama dilahirkan sebagai bayi biasa? Yesus juga demikian. Tetapi justru keunikan Alkitab adalah berani mengatakan bahwa Ia dilahirkan oleh seorang anak dara. Perempuan yang belum menikah bisa mengandung dan oleh malaikat disuruh memberi nama Yesus kepada bayi yang akan dilahirkannya. Tidak ada satupun pendiri agama yang kelahirannya dicatat seperti ini.
Pikiran manusia sering melawan Alkitab dan mengatakan bahwa ini hanya sekedar tulisan pengikut Yesus. “Bukankah pena penulis Alkitab dipegang oleh manusia dan hal itu ditulis atas kemauannya sendiri?”, demikian argumentasi mereka. Tapi dengan pengertian seperti itu, timbullah satu pertanyaan yang lain: “Kalau memang Alkitab ditulis oleh manusia, kenapa tidak ada kitab-kitab suci dari agama lain yang berani menulis seperti Alkitab? Apakah karena kebetulan penulis Alkitab itu seorang pemberani? Kalau ini karena keberanian, Mungkin. Tapi, mungkinkah Allah melakukan mujizat yang terbesar yang tidak mungkin diulangi lagi? Bahwa seorang dara melahirkan seorang anak tanpa melalui persetubuhan? Bila kita percaya pada Allah maka Allah itu pasti harus Allah yang Mahakuasa. Kalau Allah tidak berkuasa maka Ia bukan Allah. Jikalau doktrin Allah benar, percaya bahwa Ia Mahakuasa dan dapat melakukan segala sesuatu yang melampaui dalil natural maka hal itu adalah logis diterima.
Kita percaya bahwa Allah itu ada dan Allah tidak mungkin menjadi tidak ada hanya karena komunis percaya bahwa Allah tidak ada. Apakah Allah bisa menjadi ada kalau kita percaya Dia ada dan sebaliknya? Jika benar demikian maka Ia bukan Allah. Jika tidak ada Allah mengapa manusia bisa percaya tentang Allah? Kenapa manusia bisa berdebat tentang ada dan tidaknya Allah? Jadi, apakah keberadaan Allah yang menjadi sebab manusia berdebat, berfikir dan berdiskusi atau Allah ada sebagai akibat dari perdebatan, pemikiran dan hasil diskusi manusia? Keberadaan Allah adalah sebab sehingga manusia mulai berfikir tentang Allah, termasuk mempertanyakan kenapa Dia tidak kelihatan. Kalau Allah tidak kelihatan bagaimana membuktikan bahwa Dia ada? Maka keberadaan Allah menjadi bahan pemikiran, sumber rangsangan rasio dan diskusi serta perdebatan.
D. Konflik Tentang Ketuhanan Kristus
Ada satu orang yang berbeda dari orang lain, yang disebut Yesus Kristus, Siapakah Dia? Dari mana kita tahu Dia lain? Lahir, mati, cara bekerja, karya, pengaruh-Nya lain? Mau tidak mau harus kita selidiki dan pikirkan. Tidak mungkin kita singkirkan dan anggap tidak penting. Barang siapa dirangsang oleh Roh Kudus untuk memikirkan tentang Kristus tetapi menolak pasti satu saat akan ditarik kembali untuk memikirkannya.
Waktu Ia lahir tidak ada tempat menampung-Nya, waktu mati tidak ada tempat untuk dikubur. Ia harus meminjam tempat untuk lahir dan mati. Di antara kelahiran dan kematian-Nya Ia hidup dalam keadaan miskin dan papa. Tetapi sebelumnya sudah dinubuatkan akan dilahirkan dalam kitab Suci dilahirkan di kota Betlehem (Mi 5 : 1). Ia tidak dilahirkan di tempat agung dan dalam keluarga kaya, tetapi di dalam palungan. Alkitab mengatakan bahwa Ia terkadang tidak punya waktu untuk makan, tidak ada tempat untuk tidur. Seharusnya setiap orang yang membaca ayat-ayat itu meneteskan air mata karena ada seorang yang begitu tidak mempunyai hak asasi dalam hidup-Nya. Tetapi herannya, Orang inilah yang menentukan hidup matinya seluruh umat manusia dengan kuasa yang melampaui kematian dan kemenangan hidup.
Yesus tidak pernah mendirikan sekolah Kristen, ataupun satu kelas sekecil apapun untuk ruang kuliah. Tetapi gereja dan orang Kristen sepanjang Abad, mendirikan sekolah lebih banyak dari siapapun. Indonesia mengenal prinsip kedaulatan rakyat dari dasar kekristenan yang menjunjung tinggi Allah dan mengerti sifat hakiki manusia yang dicipta oleh Allah. Alkitab memberikan pengertian tentang bagaimana menghargai manusia. Reformasi menemukan kembali harkat manusia, dignity of man berdasarkan pengertian bahwa manusia diciptakan sebagai peta dan teladan Allah. Di dalam diri manusia kita melihat moral, kesucian, keadilan, hukum, rasio dan pengertian kebenaran dan inilah aspek-aspek penting dari keberadaan Tuhan yang dipancarkan melalui manusia. Demikianlah manusia menjadi makhluk yang memiliki sifat hukum, moral mempunyai rasio untuk mencari dan mungkin menemukan kebenaran dalam alam. Firman Tuhan memberi pencerahan terus dalam rangsangan pengertian kebenaran dalam kebudayaan manusia.
Agama juga menjadi rangsangan pembangunan arsitektur yang agung, Candi Prambanan yang tingginya 46m, Borobudur yang tingginya 36m dibangun tanpa pelekat dan berdiri batu atas batu, bukan untuk raja atau siapapun tetapi untuk tempat beribadah. Katedral di Jerman Utara tingginya 136m. Oelem 150m lebih didirikan ratusan tahun yang lalu tanpa beton karena mereka mau menyembah Yesus. Batu-batunya dari bawah ke atas tetap dengan ukuran yang tepat. Gereja di Milano atapnya memakai marmer Itali asli. Setiap tempat ada patung yang melukiskan orang suci yang mereka agungkan, tidak ada satupun yang sama.
E. Kasih Allah Turun Atas Manusia
Bayi yang lahir di kandang sekarang mendapatkan penyembahan di tempat yang begitu tinggi dan agung. Siapakah Dia? Setelah hampir 2000 tahun orang masih menyembah kepada-Nya? Dalam dunia ada satu manusia yang waktu hidup dihina, ditolak, disalibkan, tetapi setelah mati, diakui dunia sebagai yang terbesar di dalam dunia. Apa sebabnya? Bukan karena kaya, gelar atau kuasa, tetapi karena sebagai manusia Ia adalah Allah Anak yang taat kepada Allah Bapa.
Kasih yang agung hanya dimulai dari Salib Kristus dan tidak pernah ada di Lura Kristus. Setelah kita menerima pengorbanan Kristus, barulah kita mengerti apa arti kasih yang sebenarnya.
Plato memakai istilah kasih dengan istilah rendah yaitu eros, yaitu satu pergumulan dari yang rendah ke atas, mau mencari yang lebih baik dan kebenaran. Sejak timbulnya kekristenan kita tahu bahwa eros itu bukan kasih yang sejati. Kalau orang cinta kepada seseorang karena cantik ataupun kaya, maka itu bukanlah cinta tapi ketamakan. Kekristenan mengajarkan cinta yang sejati, bukan dari yang bawah menuju ke atas. Cinta adalah dari atas ke bawah, yaitu agape, cinta Allah. Rela berkorban, merendahkan diri demi yang lebih rendah, itulah cinta. Yesus Kristus pernah berkata: “Langit atau bumi akan lewat, tetapi perkataan yang Kukatakan kepadamu satu titikpun tidak akan lewat.” Perkataan ini dalam konteks mengenai Kalimat Taurat dari Allah yang tidak mungkin digugurkan oleh siapapun (Luk 24:34, 35). Siapakah Krsitus? Dialah Firman itu sendiri.
…
Sumber : Buku seri pembinaan Iman Kristen, Siapakah Kristus? Sifat dan Karya Kristus