Sudah lama istri saya mengajak ke Obyek Wisata Air Panas (Belerang) Ciater, adapun alasannya disamping refreshing juga agar gatal-gatal yang dialami Si Pram (Putra bungsu kami) segera sembuh. Dalam hati bertanya, apa iya? memang pernah saya dengar bahwa hasil penelitian serta analisa Balneologi, sumber air hangat mineral yang ada mengandung Calsium, Magnesium, Chloride, sulfat, Thermo, Mineral, serta Hypertherma dengan kadar aluminium dan keasamannya sangat tinggi. Kandungan tersebut katanya dapat menyembuhkan penyakit kulit disamping penyakit2 lain semisal rematik, stroke, syaraf tulang dll.
Perjalanan Menuju Ciater
Akhirnya Sabtu, tanggal 27 Oktober kami sempatkan pergi ke sana. Kami berangkat dari Karawang pukul 07:45 dan senangnya jalan menuju sana tidak macet seperti yang saya bayangkan, adapun jalur yang saya tempuh adalah melalui Tol Km 47 (Karawang Barat) keluar Km 72 (pintu tol Sadang) dan menuju Subang, sempat sih terpikir lewat Wanayasa Purwakarta. Melihat pemandangan yang indah dengan hamparan kebun teh yang rapi dan indah sempat terpikir untuk berhenti dan mampir, namun karena tujuan utama belum sampai maka kami tunda dulu bermain dikebun teh tersebut.
Tiba di Ciater tepatnya Sari Ater sekitar pukul 10:30 WIB, ternyata tempat parkir depan sudah penuh dan diarahkan parkir disebelah timur, walau jalan menuju Parkir Timur kecil dan rusak tapi memang tempat parkir luas dan dekat dengan pintu masuk, walau bisa dikatakan masuk dari belakang namun ini bermanfaat juga karena bisa mengetahui apa saja yang di dalam Taman Wisata Air Panas Alam Sari Ater. Sekedar informasi harga tiket masuk di atas 3 tahun seharga Rp. 19.000,-/orang dan untuk kendaraan Rp. 16.000,-. Sudah lupa saya kunjungan yang keberapa ke Sari Ater terakhir adalah pada saat acara “Bona Taon Pakpahan Boru Bere/Ibabere wilayah Karawang” menginap dengan kemah ala militer (Tenda pleton dan veltbed) di dalamnya sekitar 4 tahun lalu.
Sejarah Singkat Sari Ater
Pada awalnya Tempat Wisata Air Panas Alam Ciater yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Sari Ater Hot Spring Resort adalah tempat pemandian yang biasa dipergunakan oleh masyarakat sekitar Ciater, Palasari dan Nagrak. Pada tahun 1968 Pemda Kabupaten Subang melalui PU Kabupaten bekerjasama dengan Dispenda perlahan-lahan mulai menggarap sumber air panas alam ciater sebagai objek wisata. Sebagai manajer pertama ditetapkan Bapak Sahro dari PU Kabupaten sedangkan jumlah karyawan pada saat itu kurang lebih hanya 11 orang. Pada tahun 1972 PPN DWIKORA IV (sekarang PTPN XIII Ciater) membuat 1 buah bangunan untuk kamar mandi dan pintu gerbang berbentuk joglo yang lengkap dengan kantor dan loket penjualan tiket.
Pada tanggal 20 maret 1974 Pemda TK II Kabupaten Subang menyerahkan pengelolaan Objek Wisata Air Panas Ciater kepada PT. Sari Ater yang dipimpin oleh Bapak H.A Soewarma. Manajer pertama yang dipercayakan oleh PT. Sari Ater untuk memimpin pengelolaan objek wisata Air panas alam Ciater adalah Alm Bapak Gautama, (thn 1974 s/d 1975). Jumalah karyawan yang ada pada saat itu kurang lebih 16 orang dan Seluruh area wisata seluas 7.335 H , yang dikelola dibenahi dan dibuatkan pagar pembatas dari kawat berduri.
Pada Tahun 1976, dimulai pembangunan Restaurant Dayang Sumbi, Bungalows kabayan, sarana parkir dan rekreasi kolam perahu. Pimpinan pada daat itu dipercayakan kepada manager ketiga yaitu Bapak J.R. Iskandar, Alm (tahun 1976 s/d 1977). Pada tahun 1977 pimpinan usaha dipercayakan kepada Mr.Evandra alias Bapak Muhammad Effendi seorang ahli berkebangsaan italy (tahun 1977 s/d 1979) dan jumlah karyawan telah meningkat menjadi kurang lebih 70 orang.
Pada tahun 1980 mulai pembenahan dan pengembangan sarana dan prasarana secara besar-besaran, pada saat itu dibangun : Kolam Renang bawah atau mayangsari II, Bungalow Jammbu, Area rekreasi sampai curug Jodo. dengan sumber dana dari BAPINDO. manager ke IV yang memimpin saat itu adalah Bapak Anton Tirto (tahun 1979 s/d 1985) sedangkan karyawan berjumlah kurang lebih 100 orang.
Manager ke VI dijabat oleh Bapak Ruby dan pada tahun 1987 pimpinan diserahkan kepada Bapak Herrie Hermanni dengan jabatan sebagai Operational Manager. Pada tanggal 24 oktober 1994 dilakukan Restrukturisasi organisasi dan ditetapkan seorang General Manager untuk memimpin hotel dan objek wisata Sari Ater dengan nama Sari Ater Hot Spring Resort. Sebagai general manager yang pertama ditetapkan Bapak Herrie Hermanni dengan jumlah karyawan pada saat itu 333 orang sedangkan luas kawasan hotel dan objek wisata telah menjadi 32 Ha.
Pada tahun 1998 dibangun kembali satu fasilitas air panas alam di area rekreasi dengan nama Pulosari, dengan daya tampung untuk 500 orang dan diresmikan oleh Bupati tingkat II subang Bapak Drs. H.Abdul Wahyan tepatnya pada tanggal 25 Juli 1998. (sumber : blog browsingaza).
Menikmati Fasilitas Sari Ater
a. Kolam Rendam Mayang Sari
Kami menelusuri tepat pemandian yang strategis yang tidak perlu membayar dan hasilnya adalah penuh semua, mungkin karena hari Sabtu sehingga banyak pengunjung di dalamnya. Akhirnya kami memutuskan untuk masuk di kolam rendam, didalam Sari Ater terdapat enam tempat untuk kolam dan kamar rendam, dan kami memutuskan memilih untuk masuk Kolam Rendam Mayang Sari walau harus mengeluarkan harga tiket Rp. 35.000,- /orang. Dan beruntung kami mendapat tempat (meja kursi) untuk menaruh barang-barang bawaan karena tidak lama kemudian hujan pun datang. Awal nya Pramudya semangat sekali untuk berenang kesana kemari dan tiba lah akhirnya dia menangis kencang karena gatal-gatal pada kulitnya sudah mulai terasa sakit, gambar disamping terlihat bagaimana dia meringis. Didalam kolam rendam ini ada 4 petak kolam yang terdiri untuk anak dengan kedalaman kurang lebih 15 cm, 30 cm dan dewasa 1m, 130cm. Setelah menghabiskan waktu sekitar kurang lebih 2 (dua) jam kami pun mengahiri acara rendam setelah terlebih dahulu makan siang yang telah dipersiapkan oleh istri dari rumah (walau ada larangan tidak boleh membawa makanan dari luar, tetapi sepertinya aturan tersebut tidak terlalu ketat).
b. Permainan Sepeda Air
Bermain sepeda air adalah inisiatif saya, karena melihat Pramudya yang kurang begitu menikmati rendam air hangat. Dan benar dia semangat sekali bermain, hal itu membuat saya tidak lelah mendayung sepeda air berbentuk angsa teresebut. Harga tiket Rp. 6.000,-/orang. Saya bersama dengan pram, sedangkan Reyhan bersama dengan Mario. Mamanya cukup menunggu sambil menikmati Jagung Bakar. Saya tidak memperhatikan lama sewa sepeda airnya, karena kami berhenti bukan dipanggil tetapi karena kami sudah lelah setelah kejar-kejaran dan saling tabrak.
c. Rumah Hantu dan Cinema 4 Dimensi
Kami berniat pulang setelah bermain sepeda air ketika mata kami tertuju pada sebuah bangunan yang ternyata adalah tempat permainan diantaranya rumah hantu, berburu hantu dan cinema 4 dimensi. Setelah saya dan istri saling lirik maka kami pun memutuskan memasuki gedung itu. Saya mengajak Reyhan dan Mario untuk memasuki rumah hantu, karena Pram tidak mau ikut. Kesan saya tentang rumah hantu yang terasa adalah rasa mual bukan karena seram di dalamnya tapi sepertinya ruangan tersebut jarang dibersihkan apek, pengap dan sepertinya tidak ber AC. Berbeda dengan Reyhan dan Mario yang memegang tangan saya cukup erat selama perjalanan di dalam rumah hantu. Untuk dapat memasuki rumah hantu ini dikenakan tiket Rp. 15.000/orang.
Penjelasan latar foto adalah cerita pesawat terbang yang mengalami kecelakaan jatuh, yang mengakibatkan penumpang meninggal dunia, sehingga korban menjadi hantu yang bergentayangan di pesawat tersebut dan dengan senapan yang menggunakan tenaga kompresor, kita bisa berburu dengan tembak target hantu yang bergentayangan tersebut.
Kesan yang sama juga terasa di dalam cinema 4 dimensi yaitu apek, pengap dan tak ber AC. Adapun judul filmnya adalah “Jet pack adventure” bercerita tentang bekas lahan pertambangan tua, dengan durasi film 10 menit. Untuk menonton film 4 dimensi kami diharuskan menggunakan kaca mata hitam 3 dimensi, dalam film tersebut seolah datang menghampiri kami dan seolah-olah kami pun turut serta larut dalam cerita film tersebut, karena gerakan film diikuti dengan gerakan kursi yang kami duduki. Yang saya heran Pramudya yang saya pangku awal-awalnya sempat dengan gerakan-gerakan takut yang akhirnya diam sampai film berakhir…. setelah saya tanya kenapa diam, dijawab… aku merem.. pah, takut digigit ular… 😀 (ternyata). Saya berharap pengelola untuk konsisten memaintenance cinema 4 dimensi yang dibuka sejak tanggal 20 September 2009 ini jika mengharapkan kepuasan penonton. Untuk dapat menonton dalam cinema 4 dimensi ini kita harus membeli tiket dengan harga Rp. 30.000/orang.
Setelah puas menikmati beberapa fasisilitas di dalam Sari Ater kami pun menuju parkiran untuk menuju perkebunan teh yang kami niatin sejak melihat perkebunan teh dalam perjalanan menuju Sari Ater. Dalam perjalanan menuju perkebunan saya memperlambat laju kendaraan untuk menemukan tempat yang pas untuk parkir agar tidak mengganggu pengendara lain, dan akhirnya ketemu, kami pun semua turun. Suasana di perkebunan teh memang sangat luar biasa, dapat menyehatkan pikiran, mata dan uang (gratis soalnya :D). Bahkan anak-anak berlari-lari dijalan sepetak dalam kebun teh tersebut. Entah ide siapa yang pasti Reyhan menjepret foto disamping :). Kunjungan di perkebunan teh ini adalah puncak dari perjalanan kami. Dan dalam perjalanan pulang saya selalu bertanya tentang kesan perjalanan kepada anak-anak, hanya pram yang berucap… aku senang pah tapi aku nggak mau berenang ditempat yang panas lagi ya pah… :D.