Kisah Para Rasul 10:23-48

Dalam Kisah Para Rasul 10 terlihat bahwa Petrus dan Kornelius adalah dua pihak yang tidak saling mengenal. Tetapi Tuhan mendengar doa Kornelius dan menghendaki agar Petrus pergi menemui Kornelius. Jadi, Tuhan yang mempersatukan kedua orang yang tidak saling mengenal itu. Tuhan menerima doa Kornelius lalu memberitahukan kepadanya untuk pergi mencari Petrus di kota Yope. Jika memang kehendak Tuhan, maka tidak mungkin hanya satu pihak yang digerakkan. Tuhan juga berkata kepada Petrus bahwa akan ada orang yang disuruh oleh Tuhan untuk datang kepadanya. Inilah cara Tuhan. Jika Roh Kudus bekerja, maka Ia akan mengerjakannya dari kedua belah pihak. Ini prinsip Alkitab.

Tetapi ketika Petrus diundang ke rumah Kornelius, Petrus tidak senang. Orang Yahudi tidak mau bergaul dengan orang kafir yang tidak bersunat. Oleh karena itu, Tuhan memberikan penglihatan dan perintah untuk memakan binatang-binatang yang tidak halal secara konsep orang Yahudi. Petrus menolak walaupun Tuhan meminta Petrus untuk memakannya hingga tiga kali. Lalu, Tuhan menjelaskan bahwa “yang disucikan oleh Tuhan, tidak boleh diharamkan oleh manusia”. Di sini kita mempelajari bahwa bukan Allah yang plin-plan dengan peraturan di dalam Perjanjian Lama, tetapi Tuhan bisa mengubah status dari yang haram menjadi tidak haram. Inilah konsep penebusan, pengampunan, dan pendamaian hidup baru yang Tuhan kerjakan. Terkadang manusia merasa sulit untuk menerima perubahan seperti ini. Kita harus belajar bahwa cara Tuhan sering kali sangat dinamis. Orang yang tidak bisa mengikuti dinamika pimpinan Roh Kudus akan meninggalkan Tuhan.

Mengapa Tuhan tidak lagi memakai bahasa Ibrani untuk mewahyukan Perjanjian Baru? Mengapakah penulisan Perjanjian Baru dipercayakan kepada orang-orang dari Galilea dan bukan dari Yerusalem? Karena orang-orang di Yerusalem sudah membentuk suatu kebudayaan yang kaku, yang membatasi dan membelenggu diri, namun mereka mengira mereka setia. Padahal  itulah  yang  membuat  mereka harus membunuh Yesus. Ketika Yesus menyembuhkan orang yang sakit selama 38 tahun (Yoh. 5) pada hari Sabat, orang Yahudi tidak bisa menerimanya. Bagi mereka hal itu tidak boleh dikerjakan pada hari Sabat. Konsep mereka adalah setia kepada Tuhan dengan memelihara hari Sabat. Konsep yang salah dipakai untuk mempersalahkan Kristus yang benar dan menyalibkan Dia. Kebudayaan seperti ini banyak terjadi di dalam gereja karena kita secara tidak sadar tidak melihat cara Tuhan berubah.

Kornelius adalah orang Yunani pertama yang menerima Roh Kudus. Tidak mudah untuk menemukan orang saleh seperti Kornelius di tengah-tengah orang Yahudi. Ia adalah seorang yang beribadah kepada Tuhan. Sekalipun ia adalah orang Yunani, ia tidak percaya kepada roh-roh atau mitos-mitos dewa mereka. Inilah orang pilihan Tuhan. Ada orang-orang Kristen yang hidupnya lebih bobrok daripada orang beragama lain. Mengapa ada orang beragama lain yang bisa hidup lebih baik? Karena ada anugerah umum yang membuat orang-orang bukan Kristen bisa lebih mau belajar daripada orang Kristen. Anugerah khusus diberikan bagi mereka yang sungguh-sungguh mengenal dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, sementara anugerah umum diberikan kepada setiap orang. Jika engkau mendapat kesempatan untuk percaya kepada Yesus Kristus, tetapi engkau mengabaikan tanggung jawabmu untuk merespons dengan benar, maka engkau akan menghilangkan anugerah umum yang engkau miliki. Itu suatu bahaya besar.

Anugerah bagi Semua Bangsa

Petrus diperintahkan untuk pergi ke rumah Kornelius. Ini berarti di luar orang Yahudi, ada bangsa-bangsa yang takut kepada Tuhan dan Allah mengasihi mereka.  Hal ini menghentikan bangsa Yahudi dari memonopoli anugerah Tuhan dan menghina orang kafir. Saya mengatakan hal ini karena saya telah melihat dengan jelas bahwa banyak orang Kristen yang menghina orang beragama lain. Padahal, mungkin saja masih banyak orang Kristen yang sedang indekos di luar dan juga mungkin saja ada anak-anak setan yang saat ini sedang indekos di dalam Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII). Kita harus mawas diri dan tidak boleh menghina orang lain. Kita harus menjadi orang Kristen yang takut kepada Tuhan dan adil kepada sesama manusia. Mungkin saja ketika Tuhan memanggil orang yang indekos di luar untuk menjadi orang Kristen, mereka akan jauh lebih berpotensi daripada mereka yang adalah keturunan majelis atau pendeta. Allah yang sanggup mengubah seluruh dunia juga sanggup mengubah orang berdosa menjadi orang Kristen. Kalimat-kalimat seperti ini sudah muncul dalam Alkitab. Waktu Yohanes Pembaptis melihat orang Farisi datang kepada dia, dia mengatakan, “Siapakah yang mengajarkan engkau untuk melarikan diri dari hukuman Allah? Hai, engkau keturunan ular beludak.” Tidak ada orang yang berkhotbah sekeras itu. Khotbah yang begitu keras seperti inilah – namun tetap harus dikhotbahkan – yang membuat ribuan orang datang. Khotbah yang menjunjung tinggi dan menerima orang-orang kaya saja justru membuat orang lari. Hanya beberapa orang kaya yang tetap di situ karena mereka senang disanjung. Orang yang sadar ketika ditegur dan mau berubah, itulah orang yang mencari kehendak Tuhan. Lalu Yohanes Pembaptis berkata, “Jika engkau tidak bertobat, tidak menyatakan buah pertobatanmu, seperti hatimu yang sudah bertobat, Tuhan akan membuang kamu seperti ke dalam api dan akan hangus. Jangan kira di dalam hatimu ada Abraham sebagai nenek moyangmu. Tuhan sanggup membangkitkan batu-batu ini menjadi anak-anak keturunan Abraham.” Yohanes Pembaptis melihat adanya bahaya pada orang Yahudi karena hati mereka yang sudah membatu. “Aku akan mengambil hatimu yang keras dan menggantinya dengan hati yang berdaging yang lembut, yang mengedarkan darah untuk menghidupkan dirimu” (Yeh. 36:26-27). Ayat ini mengandung arti diperanakkan pula. Yohanes Pembaptis begitu sungguh-sungguh dibakar oleh firman Tuhan, dengan api Roh Kudus dia berkhotbah dan menemukan apa yang menjadi kebahayaan bagi orang Yahudi yang akan dibuang oleh Tuhan.

Orang Kafir yang Tidak Kafir

Orang kafir pertama di seluruh dunia yang menerima Roh Kudus adalah Kornelius, yang disebut sebagai orang saleh. Dia bukan orang Israel dan bukan orang Yahudi, tetapi dia takut kepada Tuhan dan cinta kepada sesama manusia. Dia berdoa di hadapan Tuhan, dia beramal kepada orang miskin. Lalu ada malaikat yang datang dan berkata, “Hai Kornelius, semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau.” (Kis. 10:4). Jangan kita menyangka bahwa Tuhan tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh manusia. Tuhan menyelidiki sampai kepada kedalaman lubuk hati kita. Orang Yunani mengenal banyak dewa. Dewa tertinggi yang menguasai semua dewa disebut oleh orang Romawi sebagai Jupiter; orang Yunani menyebutnya Zeus. Dewi Aphrodite orang Yunani disebut Venus oleh orang Romawi. Orang Yunani memiliki dewa-dewa yang menguasai api, air, laut, dan lain-lain. Ketika dewa itu sampai ke Romawi, nama mereka berubah. Inilah yang disebut naturalisasi. Ada orang Yunani yang kemudian berpikir mengapa banyak dewa mereka tidak beres. Hercules yang begitu kuat mempunyai kelemahan di tumitnya. Jika tumitnya dipanah, maka ia akan mati. Mungkinkah dewa bisa mati? Selain itu, dewa-dewa Yunani sendiri amoral. Dewa paling tinggi kalau sudah melihat dewi yang cantik, langsung birahi seperti orang mencari pelacur. Mereka merampas istri orang lain sampai suaminya menjadi begitu sedih namun tidak mungkin melawan karena lawannya adalah kepala dewa. Maka, beberapa orang Yunani mulai melihat ketidakberesan dewa-dewa mereka dan mulai mempercayai Allah-nya orang Yahudi. Orang Yahudi percaya pada Allah Abraham yang Maha Esa, suci, adil, dan baik. Hukum Taurat yang diturunkan membuktikan Allah itu adil, suci, dan baik.

Kornelius adalah orang kafir yang hatinya kembali kepada Tuhan. Ada orang-orang yang belum mengenal Yesus Kristus tetapi sudah dipersiapkan Tuhan untuk meninggalkan ajaran yang salah dan yang mau kembali kepada ajaran yang benar. Inilah orang-orang yang disebut beribadah, saleh, dan takut akan Tuhan. Jika engkau bukan orang Kristen tetapi menuntut kebenaran dengan serius, pada akhirnya engkau bisa menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh meski engkau belum dibaptis. Banyak orang Yahudi berpikir secara sempit sehingga mereka tidak pergi menjalankan Amanat Agung. Kesempitan nasionalisme menyebabkan gereja tidak bisa bertumbuh secara global. Sebelum naik ke sorga, Yesus mengatakan, “Pergi, jadikanlah segala bangsa murid-Ku.” Banyak orang mengerti perintah ini hanya secara kognitif dan tidak mengabarkan Injil, khususnya kepada mereka yang dianggap kafir. Banyak orang tidak mau datang mendengar khotbah di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) karena sudah diracuni kalimat, “Stephen Tong tidak ada Roh Kudus, karena tidak bisa bahasa Roh.” Mereka mengaitkan Roh Kudus hanya dengan bahasa lidah. Hal ini membuat banyak orang mengikat diri sehingga sulit untuk membuka diri. Ada banyak ikatan yang mematikan kerohanian kita sehingga kita tidak bisa bertumbuh.

Tuhan sanggup mengubah yang najis menjadi suci. Ketika Petrus mengerti hal ini, ia taat dan pergi. Di sini terdapat satu prinsip yang penting, yaitu: jika kedua pihak sama-sama mendapatkan pimpinan Roh Kudus, maka kedua pihak harus sinkron. Ini prinsip Alkitab.Ada seorang pendeta yang mengharuskan dua orang yang tidak saling mengenal untuk menikah. Setelah keduanya menikah, mereka ribut tidak ada habis-habisnya. Ini bukan menaati perintah Tuhan, tetapi menaati pendeta dengan bodoh. Pernah terjadi di sebuah sekolah theologi, mendadak ada 5 murid yang tidak mau masuk kelas. Sampai hari ketiga mereka tetap tidak masuk kelas. Ketika ditanya, mereka menjawab, “Roh kudus berkata hari ini kami tidak boleh masuk sekolah.” Di hari keenam mereka semua masuk dan dosen bertanya, “Mengapa hari ini masuk?” Mereka menjawab, “Karena Roh Kudus menyuruh kami masuk.” Lalu setelah mengadakan rapat, dosen mengatakan, “Sekarang Roh Kudus menyuruh kami untuk mengusir kalian semua keluar dari sekolah ini.” Tidak boleh seenaknya saja memakai Roh Kudus sebagai backing.

Saat itu Tuhan tidak memakai Paulus meskipun Paulus adalah rasul untuk orang kafir, karena untuk melakukan konfirmasi seperti ini, posisi Paulus masih sangat junior, sementara Petrus adalah kepala para rasul. Dalam Kisah Para Rasul 2, Roh Kudus turun dan Petrus ada di situ. Dalam Kisah Para Rasul 8, Filipus mengabarkan Injil, mereka percaya dan sudah dibaptiskan dalam nama Yesus; tetapi karena Filipus bukan rasul, maka Petrus dan Yohanes sebagai rasul tetap harus datang. Pada waktu itu, Petrus mewakili semua rasul yang paling bersifat otoritatif dan dia harus mewakili keabsahan Gereja tanpa kompromi. Tetapi setelah Kisah Para Rasul 10, peranan Petrus mulai mundur dan peranan Paulus mulai naik. Kisah Para Rasul pasal 1 hingga 11 diwakili oleh Petrus, sesudah itu sisanya diwakili oleh Paulus. Petrus mewakili pemberitaan Injil di Yerusalem, Samaria, dan Kornelius (Yudea); dan sesudah itu ke ujung bumi yang diwakili oleh Paulus. Ketika Alexander Agung berperang, dia akhirnya sampai ke ujung pantai Spanyol dan tidak melihat siapa pun lagi di seberang, maka ada pandangan bahwa Spanyol adalah ujung dunia. Tiga ratus delapan puluh tahun kemudian Paulus berkata bahwa ia memberitakan Injil sampai ke Spanyol untuk menggenapkan Amanat Agung Tuhan Yesus.

Mengapa Kaisarea?

Empat tempat di mana Roh Kudus turun yaitu Yerusalem, Samaria, Yudea, dan Efesus, yang mewakili Yerusalem, Yudea, Samaria, dan ujung bumi. Empat kali Roh Kudus turun, empat kali Roh Kudus membaptiskan orang. Ini mewakili empat tahap penginjilan di dalam seluruh sejarah dunia. Tahapan yang sedang kita bicarakan adalah tahap yang ketiga. Mengapa Samaria terlebih dahulu baru Yudea? Kaisarea sekalipun masih berada di dalam wilayah Yudea, tetapi yang menerima Injil adalah orang kafir; sementara Samaria sekalipun di luar Yudea, tetapi yang menerima Injil adalah orang Yahudi. Maka urutan kedua dan ketiga dibalik. Di sini kita melihat bahwa Injil tiba kepada orang Yahudi dahulu kemudian orang Yunani. Ini adalah rencana Allah yang tidak boleh diubah.

Waktu Petrus pergi, ia mulai berkhotbah dengan kalimat bahwa ia adalah orang Yahudi, dan orang Yahudi biasanya tidak masuk ke dalam rumah orang kafir; tetapi ia datang karena ia baru sadar bahwa Tuhan menerima setiap orang yang takut kepada-Nya dan beramal baik kepada sesamanya. Inilah pertama kalinya dalam seluruh Kitab Suci di mana seseorang yang merepresentasikan orang Yahudi harus mengaku bahwa Allah menerima orang kafir. Hal ini tidak mudah. Pengakuan pertama bahwa “Barangsiapa yang takut kepada Allah, barangsiapa yang melakukan amal kepada orang miskin, diperkenan oleh Tuhan” harus keluar dari mulut rasul yang paling senior, yaitu Petrus. Ini semua diatur begitu rupa. Tidak mudah bagi orang Yahudi saat itu untuk menerima orang kafir. Ketika terjadi revolusi di Iran, dan Shah Palevi diusir dari Iran, dia mempunyai sebidang tanah yang cukup besar di Beverly Hills, Los Angeles, tetapi Amerika menolak dia untuk tinggal di Amerika. Anwar Sadat, Presiden Mesir saat itu mengatakan satu kalimat yang mengejutkan saya, “Shah Palevi, jika tidak ada tempat bagimu, datanglah ke Mesir, karena kami sudah terkenal keramahannya sejak Yesus dalam kesulitan, ia melarikan diri ke Mesir.”

Jika kita melihat khotbah Petrus di dalam ayat yang kita renungkan, Petrus sama sekali tidak berbicara tentang Roh Kudus. Setelah Petrus berkhotbah, Roh Kudus turun. Sekarang banyak gereja yang terus berkhotbah tentang Roh Kudus, tetapi ini adalah suatu bahaya besar karena tidak mengetahui bahwa Roh Kudus hanya memenuhi seseorang jika orang itu meninggikan Kristus. Benny Hinn, Kenneth Copeland, dan banyak pendeta Karismatik lain yang terus berkhotbah tentang Roh Kudus namun mereka tidak menjunjung tinggi Kristus. Mereka beranggapan bahwa sekarang masanya sudah lewat, sekarang adalah masa menjunjung tinggi kemakmuran dan kekayaan. Sama seperti orang yang beli lotere. Janganlah kita menyangka bahwa di mana terdapat banyak orang maka di situ ada kebenaran. Saya tidak mengatakan bahwa kebenaran pasti tidak ada pada banyaknya orang. Saya mengatakan bahwa banyaknya orang tidak menentukan adanya kebenaran. Ada banyak orang yang beli lotere, tetapi yang dapat lotere sangat sedikit. Banyak orang tidak mendapatkan lotere, tetapi tetap banyak orang mau beli lotere. Mengapa? Karena itu lotere. Jadi, jika sekarang engkau membuka “Company of Lottery” pasti banyak orang akan datang. Kalau dikatakan, “percaya pasti akan disembuhkan, percaya akan diberkati, berdagang akan menang, akan kaya”, itu namanya gereja lotere. Gereja lotere pasti banyak yang datang, tetapi yang dapat lotere di gereja itu juga tidak banyak. Perhatikanlah, di seluruh bagian yang kita baca, Petrus tidak berkhotbah tentang Roh Kudus. Tetapi, setelah ia selesai berkhotbah, Roh Kudus turun atas orang-orang yang mendengar. Ini adalah karena ia meninggikan Kristus. Roh Kudus akan hadir hanya pada gereja yang meninggikan Kristus dan memberitakan salib. Gereja sejati adalah gereja yang memberitakan Injil yang sejati, yaitu Injil Kristus. Di gereja-gereja seperti ini Roh Kudus pasti akan bekerja. Kisah Para Rasul 5:32 mengatakan, “… kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.” Kalimat ini lebih jelas diterjemahkan sebagai berikut, “Kami yang bersaksi bagi hal-hal ini, disertai oleh Roh Kudus yang bersaksi bagi hal-hal ini kepada orang yang taat kepada Allah.” Kami bersaksi bagi Injil dan Roh Kudus juga akan bersaksi bagi Injil, karena Dia bersaksi bagi orang-orang yang akan taat kepada Tuhan. Ketika engkau tunduk kepada Allah, taat pada perintah-perintah-Nya, engkau akan menerima kesaksian dari Roh Kudus sebagaimana kita bersaksi tentang Kristus. Roh Kudus hanya mendampingi, mengurapi, dan bekerja sama dengan mereka yang sungguh-sungguh mengabarkan Injil.

Gereja Orang Kafir

Di dalam seluruh Kitab Suci, pertama kali Roh Kudus dicurahkan kepada orang kafir dicatat dalam Kisah Para Rasul 10. Ini adalah ketiga kalinya terjadi baptisan Roh Kudus, yaitu Yesus memakai Roh Kudus untuk membersihkan orang berdosa menjadi orang suci. Pertanyaan selanjutnya, “Waktu mereka menerima Roh Kudus turun kepada diri mereka, apakah mereka sudah dibaptis?” Belum! “Apakah sebelumnya sudah pernah mendengar Injil Yesus?” Belum! “Mereka sebelumnya beragama apa?” Agama yang percaya ada satu Allah di sorga, harus hidup dengan takut kepada-Nya dan harus berbuat baik kepada orang miskin. “Orang yang belum mendengar Injil mana bisa percaya Yesus? Orang yang belum percaya, mana bisa dibaptiskan?”  Mereka belum mendengar Injil, belum pernah tahu akan nama Yesus, belum pernah dibaptiskan, belum pernah menjadi orang Kristen, tetapi sekarang sudah dibentuk oleh Tuhan dengan persiapan yang luar biasa. Tuhan membentuk sekelompok orang di sana untuk dipersiapkan menjadi gereja dan Tuhan mempersiapkan hati Petrus supaya mau pergi ke situ, seperti minyak bertemu api dan terbakar. Ini adalah suatu persiapan dari dua pihak yang dikerjakan oleh satu Tuhan. Di satu pihak, Tuhan menggerakkan Kornelius untuk pergi ke rumah Simon dan meminta Petrus yang tinggal di situ untuk berkhotbah. Dan di pihak lain, Tuhan memerintahkan Petrus untuk pergi berkhotbah di situ. Herannya, Kornelius lebih cepat bereaksi daripada Petrus yang adalah rasul, sampai Tuhan berkata, “Yang Kukuduskan jangan engkau anggap najis,” baru Petrus pergi. Jadi, jangan mengira bahwa engkau lebih taat, banyak orang kafir yang lebih bersedia taat kepada Tuhan. Lalu Petrus pergi dan ia berkhotbah. Begitu Petrus berkhotbah sampai pada kalimat tentang Kristus yang mati dan bangkit, Roh Kudus turun dan mereka memuji Tuhan serta berbicara dalam bahasa asing. Lalu Petrus mengatakan, “Kalau begini, orang kafir dapat menerima Roh Kudus.” Itu berarti Tuhan tidak memandang bulu, Tuhan tidak membeda-bedakan. Kalau mereka yang kafir pun diberikan Roh Kudus, siapa yang bisa melarang mereka untuk dibaptis. Maka Petrus mengatakan, “Sekarang baptiskan mereka dalam nama Allah Tritunggal, Allah Bapa, Allah Anak yaitu Yesus Kristus, dan Allah Roh Kudus.” Sesudah itu mereka menjadi gereja pertama di dunia yang terbentuk dari orang kafir.

Di dalam Kisah Para Rasul 8, prosesnya adalah menerima Injil, percaya, dibaptis, baru menerima Roh Kudus. Sedangkan di Kisah Para Rasul 10, prosesnya adalah mendengar Injil, menerima Roh Kudus, percaya, lalu dibaptis. Gereja sejati harus mengikuti proses kedua yaitu seturut dengan pasal 10. Proses di pasal 8 terjadi karena saat itu tidak ada rasul di situ. Gereja tanpa rasul bukan gereja, gereja yang tidak disahkan oleh rasul saat itu adalah gereja liar. Hal ini terlihat dari cerita Simon si Penyihir (Kis. 8:9-25). Ia sudah dibaptis dan mendekati Filipus serta melayani bersama Filipus yang kurang mengenal siapa dia. Tetapi Petrus sebagai rasul tahu dan berkata, “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang … sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan.” Baru Filipus sadar bahwa dia tidak mengenal Simon. Maka Petrus diperlukan untuk melihat. Dalam Efesus 2:20, gereja didirikan di atas rasul dan nabi. Kita berdiri di atas Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pada saat itu, Alkitab belum lengkap ditulis sebagai Kitab Suci dan tidak ada seorang pun yang bisa menjadi pengabsahan dari suatu Gereja, kecuali Petrus yang harus diutus. Gereja-gereja di berbagai kota harus mengacu kepada empat tempat di mana Roh Kudus turun, yang mewakili gereja-gereja di seluruh dunia.  Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/doktrin-roh-kudus-bagian-3#hal-1