Saat itu hari Jum’at tanggal 14 Juli 2011, seperti biasa, setiap hari Jum’at saya membawa mobil menuju kantor karena ada olah raga. Dengan kesibukan rutinitas kadang lupa untuk menggerakkan badan ini, itulah alasan saya membawa kendaraan hari itu.  Semua berjalan lancar  saat memasuki tol, dan kondisi mobil dalam keadaan prima, karena hari sebelumnya Mobil saya baru dipinjam oleh tetangga. Namun saat membayar uang tol tiba-tiba mesin ngadat, namun dapat berjalan kembali. Syukurlah tidak sempat saya berfikir hal-hal lain, yang ada adalah memacu kendaraan agar tidak terlambat menuju kantor. Namun tepat di KM 21 tiba-tiba gas tidak ada. Perlahan-lahan saya menuju marka dan tepat berhenti setelah jembatan (Grand Wisata – Bekasi).

Saya coba mengotak-ngatik (Saya sama sekali tidak paham mesin, kemampuan saya hanya mencuci dan melap mobil hingga kincolong  dan tidak lebih). Tanpa saya minta beberapa kuli mendekati saya dan dengan tulus mencoba membantu kesulitan saya. Mereka memang sepertinya tidak paham juga mesin, lah saya aja yang punya tidak paham, kecil kemungkinan para kuli ini juga sama… nggak paham. Setelah mencoba sana sini, dorong sana, dorong sini, akhirnya saya pun menyerah. Para kuli mencoba memberikan alternatif diantaranya memanggil montir. Namun saya putuskan untuk diderek saja.

Nah dalam penantian mobil derek, terjadilah dialog seperti ini.

Saya : Bapak-bapak membawa sekop, pacul dan berada dipinggir tol ini sedang apa? (Saya selama ini tidak memperhatikan dan memang tidak perduli).

Mereka : Ya, kita ini bekerja pak..  sudah hal biasa nanti truk-truk akan menepi dan memanggil kami..

Saya : Memanggil? untuk?

Mereka : Para supir Truk membutuhkan kami untuk menurunkan muatannya dan biasanya Tanah, semen, batu, pasir dll.

Saya : Diturunkan dimana?

Mereka : Tergantung pak, kadang di Bekasi, kadang Di Priok, Ancol, dll.

Saya : oooh… begitu ya,  mohon maaf, sekali turunin dapat berapa? dan satu hari berapa rit?

Mereka : Kita biasanya dibayar antara Rp. 40 ribu s.d Rp. 70 Ribu tergantung muatan dan jaraknya, kadang bisa 2 rit dan maksimal bisa 3 rit.. dan kadang tidak ada sama sekali. Soalnya sudah semakin banyak yang mangkal….

Saya : Oooh…. (Dalam hati saya, mereka kok nggak tanya saya kerja dimana ya? mungkin mereka lihat saya seperti anggota DPR  soalnya  saya saat itu pakai batik atau mereka memang tidak perduli).

Tiba-tiba Mobil Polisi Jalan Raya (Toll).. menepi persis dibelakang mobil saya…

Setelah saya jelaskan kondisi mobil dan tujuan, lalu pak polisi memanggil Mobil Derek melalui Radio-nya, dan mohon ijin untuk patroli kembali.

Lalu saya lanjutkan ngobrol dengan para bapak-bapak tukang angkut tadi, dan saya simpulkan bahwa mereka adalah kalangan terpinggir yang tidak pernah diperhatikan oleh Republik ini, bahkan diantara mereka ada yang tidak tamat sekolah dasar.

Ahirnya tidak berapa lama setelah Polisi Patroli tadi pergi saya melihat dari kejauhan mobil derek yang apik pun tiba. Lalu saya memberikan sekedarnya kepada mereka dan mengucapkan terima kasih dan salam perpisahaan.

Kini tinggallah saya dengan petugas derek, petugas derek menjelaskan bahwa :

  1. Derek adalah gratis sampai diluar Pintu Toll
  2. Derek memungkinkan untuk mengantar ke bengkel dekat maupun jauh namun ada pembayaran dengan tarif adalah fleksibel
  3. Derek resmi. ramah dan kerja cepat

Akhirnya saya katakan dengan terus terang bahwa uang saya di dompet  hanya ada Rp. 150.000,- (saya tidak tahu apakah itu kerendahan atau tidak namun saya ikhlas) . Petugas derek tol langsung menerima dengan penuh ramah sampai dengan bengkel yang saya tunjuk.

Sungguh pengalaman yang berkesan buat saya, ternyata diluar sana penuh dengan orang-orang yang baik dan tulus, Walau pun akhirnya saya terlambat masuk kantor dan dikenakan potongan (Kantor) yang melebih uang yang saya keluarkan untuk bapak  tukang angkut dan derek ke bengkel. Saya mendapatkan pengalaman yang cukup baik, yang memberikan inspirasi untuk bekerja dengan giat dan penuh ucapan syukur. Dan hari-hari esoknya saat melewati lokasi tadi saya selalu sempatkan untuk melirik tempat mereka (Karena diluar hari Jum’at saya adalah penumpang)….