Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.
Mungkin kita ingat cerita Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang sudah38 tahun menderita sakit, kita melihat bahwa Tuhan Yesus di dalam kedaulatanNya memilih untuk menyembuhkan satu orang — di antara begitu banyak orang sakit. Setelah 38 tahun menderita, sudah kehilangan gairah hidup dan hampir kehilangan harapan untuk disembuhkan, baru Tuhan Yesus mengunjungi dan menyembuhkannya. Inipun menyatakan akan kedaulatan Allah dalam menentukan waktu penyembuhan.
Peristiwa ini memperhadapkan orang Yahudi dengan sebuah fakta mujizat bahwa seorang lumpuh dapat berjalan. Tetapi fakta ini mereka lihat dengan berdasarkan persepsi selektif (selective perception). Istilah ini dipakai dalam telekomunikasi, yang berarti suatu subyektifitas, yang ada dalam diri seseorang, sehingga orang itu tidak mungkin lagi melihat fakta yang ada. Orang Yahudi tidak menjadi kagum pada fakta besar, mujizat penyembuhan ini. Karena mereka sudah terikat pada persepsi selektif yaitu “Ini adalah hari Sabat dan tidak boleh ada orang yang melanggar peraturan dari hari Sabat. Yang penting adalah peraturan agama. Yang melanggar akan dijatuhi hukuman.” Buta terhadap mujizat yang besar, sehingga tidak memiliki interpretasi yang benar bahwa itu adalah suatu keajaiban yang belum pernah terjadi. Seperti juga pada peristiwa Lazarus dibangkitkan (Yohanes 11:1-44). Seharusnya sejak itu mereka bersembah sujud kepada Tuhan Yesus. Tetapi yang terjadi malah mereka berencana untuk membunuh Tuhan Yesus.
Ini merupakan kerusakan agama. Jika agama tidak membawa manusia kepada Tuhan, maka agama menjadi perusak manusia yang paling hebat. Tuhan Yesus bukan dibunuh oleh orang atheis. Tuhan Yesus dibawa ke pengadilan bukan oleh orang yang melawan agama, melainkan oleh para pemimpin agama. Agama yang tidak membawa manusia kepada Tuhan akan menjadi daya penghancur peta dan teladan Tuhan dalam diri manusia.
Di mata orang Yahudi tidak penting orang sakit disembuhkan, yang penting yang telah melanggar hari Sabat harus dihukum. Tuhan Yesus tidak menonjolkan diri. Ia tidak memperkenalkan diri waktu menyembuhkan. Setelah bertemu di Bait Allah baru Tuhan Yesus menyatakan diri. Tuhan Yesus mau memaparkan fakta itu dulu, baru interpretasi mengikutinya. Ini merupakan prinsip yang penting. Kadang dalam hidup kita ini lebih banyak bicara dulu tetapi tidak ada fakta. Kadang kita menyelubungi dan menutup sedemikian rapat mengenai diri kita yang sebenarnya. Sementara di luar kita menunjukkan teori-teori yang besar. Tidak demikian dengan Tuhan Yesus. Realita yang Tuhan nyatakan adalah suatu kesungguhan yang tidak bisa dibantah oleh teori.
Orang yang disembuhkan itu ditanya, “Dari mana fakta itu?” Ia menjawab, “Dari Yesus!” Ketika dikabarkan berita mengenai Tuhan Yesus, orang-orang yang mendengar berkata, “Mari kita bunuh Dia! Karena Dia sudah melanggar dan meniadakan hari Sabat.”
Pada abad ke-19 akhir ada seseorang yang mendirikan sebuah sekte yang baru yaitu Advent Hari Ketujuh. Mereka menekankan bahwa hari Minggu bukan hari Sabat tetapi hari Sabtulah hari Sabat. Menurut mereka gereja-gereja lain sudah menyeleweng dan tidak setia kepada Kitab Suci.
Tuhan Yesus melakukan penyembuhan pada hari Sabat. Apakah Tuhan Yesus lupa hari itu hari Sabat, atau Tuhan Yesus begitu tergerak oleh belas kasihan? Dalam Alkitab tercatat 10 kali Tuhan Yesus tergerak hatiNya oleh belas kasihan. Tuhan Yesus tidak mungkin lupa bahwa hari itu adalah hari Sabat. Tuhan Mahatahu. Kalau begitu apakah Tuhan Yesus sengaja untuk memberikan provokasi terhadap orang-orang yang melawanNya? Kalau begitu bukankah Tuhan Yesus tidak berhati- hati sehingga menimbulkan satu pertentangan dalam agama? Bukankah ini berarti memberikan kesempatan bagi musuh-musuhNya mencari kesalahan dan menyerangNya? Atau inikah cara Tuhan Yesus mempersiapkan diri menuju jalan salib yang sudah disediakan?
Sesudah manusia berdosa maka manusia menganiaya kebenaran. Perkataan yang benar tidak berarti akan diterima dengan baik oleh orang lain. Justru orang yang mengatakan yang benar akan ditekan dan mendapat lebih banyak musuh. Alkitab mencatat hal ini dalam diri Anak Allah Yang Tunggal. Tuhan Yesus mengerti bahwa Dia adalah Anak Allah dan tidaklah mungkin memberitakan kebenaran dengan menerima sambutan meriah. Tidak mungkin memberitakan Injil sambil menghindarkan diri dari salib.
Walau beresiko demikian, Tuhan Yesus mengerti bahwa ini adalah suatu keharusan. Maka Ia mengeluarkan perkataan dan pengajaran yang mendatangkan tantangan berat. Tuhan Yesus tetap dan harus melakukan penyembuhan pada hari Sabat. Tuhan Yesus menyiapkan diri menuju salib bukan dimulai pada pasal 18-20, tetapi mulai dari pasal 2 waktu Ia membersihkan Bait Allah. Sudah tertanam niat membunuh Tuhan Yesus di antara orang Yahudi. Pasal 5 Tuhan Yesus secara terbuka menyatakan bahwa Allah adalah BapaNya, “BapaKu bekerja sampai hari ini dan Aku juga bekerja sampai hari ini.” (ayat 17) Sejak itulah orang Yahudi memutuskan untuk membunuh Tuhan Yesus.
Pengakuan Tuhan Yesus sebagai Anak Allah tidak bisa ditolerir oleh pemimpin Yahudi. Mereka sudah mengalami suatu proses perjalanan yang panjang sampai akhirnya tiba pada satu konklusi bahwa Allah adalah Allah Yang Esa, Allah yang tidak boleh dipersamakan dengan manusia, Allah yang begitu dihormati dan dimuliakan. Siapa yang berani mempersamakan diri dengan Allah?
Di dalam Perjanjian Lama kita akan melihat Baal, Asyetora dan Dagon dan dewa-dewa yang begitu banyak disembah sujud oleh orang Israel. Sampai nabi Elia menyatakan mujizat dari sorga, api turun ke mezbah yang membuktikan bahwa Baal bukan Allah yang sejati (I Raja 18:20-46). Hanya Yehovah adalah Allah yang sejati. Elia bersusah payah mengembalikan seluruh orang Israel kepada ajaran yang benar. Elia harus menghadapi 400 orang nabi Baal di gunung Karmel. Seorang diri harus mengimbangi seluruh zaman? Bukan suatu hal yang gampang. Perlu satu semangat yang luar biasa dan kerelaan untuk mengorbankan diri sampai mati dalam menggenapi kehendak Allah.
Sampai satu saat Elia berkata, “Tuhan, hanya aku seorang sendirilah yang masih hidup, sedangkan mereka beratus dan beribu-ribu. Hanya aku seorang diri yang setia kepadaMu.” Tuhan menjawab, “Elia, Aku tahu, Aku mengenal engkau. Tetapi dengan sesungguhnya Aku memberitahu, jangan sombong, jangan kira engkau hanya sendiri. Sebenarnya Aku akan meninggalkan di Israel yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.” (I Raja 19:18) Jangan berpendapat engkau tersendiri. Mungkin engkau akan merasa lemah dan inferior; mungkin juga engkau merasa sombong dan superior. Inferior dan superior adalah siasat iblis untuk menjatuhkan manusia yang hendak melayani Tuhan. Ketika saya menjadi inferior saya akan kekurangan kekuatan untuk melayani Tuhan. Tetapi bila saya menjadi superior maka saya jatuh pada kelemahan yaitu tidak merasa perlu bersandar kepada Tuhan. Keduanya adalah racun dan siasat iblis.
Ketika Elia merasa seorang diri, Tuhan menyatakan masih ada 7.000 orang yang setia. Puji Tuhan bahwa dalam setiap zaman Tuhan memilih orang-orang milikNya yang kembali kepada prinsip-prinsip yang ketat di hadapan Dia. Setelah kembali dari pembuangan selama 70 tahun di Babel, baru mereka sadar dan kembali kepada monotheisme, yaitu percaya dan mengenal Allah Yang Maha Esa. Kesadaran yang didapat setelah menempuh jalan yang begitu lama dan berat, sampai mereka harus dibuang dan Bait Allah dibakar. Setelah pengajaran yang berat ini baru orang Yahudi sadar bahwa Tuhan Allah tidak boleh dipermainkan. Sejak itu mereka mempertahankan monotheisme dengan ketat. Tidak lagi sembarangan dalam beribadah kepada Tuhan.
Maka kita bisa mengerti kesulitan mereka ketika mendengar perkataan Tuhan Yesus. Bagi mereka Allah Bapa adalah Allah Yang Maha Esa. Jika Tuhan Yesus menyebut Allah sebagai Bapa berarti Tuhan Yesus adalah AnakNya, dan itu berarti mempersamakan diri dengan Allah. Allah adalah Allah yang tidak kelihatan, sedangkan Tuhan Yesus adalah manusia yang kelihatan, berdarah dan daging, bagaimana berani mempersamakan diri dengan Allah?
Kesalahan agama Yahudi adalah tidak mengerti akan doktrin Inkarnasi. Tidak mengerti doktrin Inkarnasi berarti tidak mungkin mengerti Tuhan Yesus yang berdarah dan daging adalah wujud Yang Maha Esa di atas bumi. Jika mereka tidak mengerti doktrin Firman yang menjadi daging maka mereka tidak mungkin datang kepada Tuhan Yesus dan mengaku Dia adalah Allah. Itulah sebabnya Injil Yohanes 1:1 langsung mencetuskan rahasia besar ini yaitu Allah menjadi manusia,
Firman menjadi daging, dari tempat yang tidak terbatas masuk ke dalam dunia yang terbatas. Dengan iman manusia dapat melihat siapa Tuhan Yesus, tanpa iman manusia tidak akan mengerti siapa Tuhan Yesus.
Pada hari Sabatlah Tuhan Yesus menyembuhkan orang itu. Di sinilah kita akan melihat hubungan Kristus dengan Sabat. Ada beberapa macam Sabat yang tercatat di dalam Alkitab.
Pertama,
Sabat Tuhan Allah THE SABBATH OF GOD. Yaitu hari Sabat yang tidak ada hubungannya dengan manusia, hanya dimiliki Tuhan Allah sendiri. Itulah hari ketujuh setelah Tuhan menyelesaikan pekerjaan menciptakan segala sesuatu selama enam hari. Alkitab mengatakan Dia berhenti dari pekerjaanNya dan menetapkan hari ketujuh sebagai hari yang suci dan Ia menguduskan hari yang suci itu, lalu berhenti dari pekerjaan penciptaan. Apakah ini berarti Allah tidak lagi bekerja karena enam hari pekerjaan penciptaan itu sudah selesai? Menurut Agustinus angka enam diakhiri dengan angka kesempurnaan karena angka enam berarti Tuhan menyempurnakan segala sesuatu. Lalu setelah selesai barulah tiba hari ketujuh. Berarti pekerjaan sudah genap pada hari keenam. Bila hari ketujuh berarti tidak lagi bekerja, siapa yang menopang segala sesuatu yang telah diciptakan dan siapa yang memelihara dunia ini? Siapa yang memberi makan binatang- binatang begitu banyak di dunia, yang memperbolehkan seluruh rotasi bintang, planet, dan seluruh galaksi dalam angkasa ini berjalan rutin? Ini adalah pekerjaan Tuhan tahap kedua yang disebut providensi atau pemeliharaan. Setelah selesai pada hari keenam maka Ia mulai melaksanakan pekerjaan pemeliharaan tetapi sebelum itu Dia berhenti dari pekerjaan penciptaan. Ia mulai memelihara sampai hari ini. Kita bisa hidup, bernafas, eksistansi kita berlangsung terus menandakan Tuhan masih tetap mengerjakan pekerjaan pemeliharaanNya. Bila mata lelah bisa ditutup. Telinga lelah mendengar, bisa tidak mau mendengar. Tetapi hidung tidak akan berhenti bernafas. Saat tidur pun hidung tetap bernafas, dikatakan dalam Kisah Rasul 17:28 bahwa sampai sekarang gerak gerik dan eksistansi kita dan hidup kita ditopang dan ditahan oleh Tuhan sendiri. Jika Tuhan tidak meneruskan pemeliharaanNya tidak ada satu pun yang akan hidup. Kalau bayi masih bisa bernafas untuk satu detik berikutnya berarti Tuhan masih mengijinkan dia hidup. Kalau engkau masih diberi satu detik untuk tidak mati itu adalah karena Tuhan masih memelihara engkau. Oleh sebab itu jangan terlalu kuatir dengan kesehatanmu, dengan penyakitmu dsb. Makin kuatir hanya membuat makin sakit. Tidak ada seorangpun yang dengan kekuatiran dan kecemasannya dapat menambah hidup untuk sekejap. Serahkan kepada Tuhan. “Saya adalah milik Tuhan. Tuhan adalah Pemeliharaku. Bila Tuhan mengijinkan saya hidup 10 tahun lagi maka walau penyakit saya seberat apapun pasti sembuh.” Jika Tuhan berkata, “Sekarang pulang!” maka dokter yang paling hebat pun tidak dapat berbuat apa-apa. Ini bukan berarti kita tidak perlu mencari dokter. Dokter pun diberikan kebijaksanaan oleh Tuhan, walau tidak semua dokter bersandar kepada Tuhan, bila Tuhan mengijinkan kesembuhan melalui dokter. Mencari dokter tidak bertentangan dengan Alkitab. Tuhan Yesus sendiri berkata, “Orang sakit memerlukan tabib.” Mencari dokter tidak salah tetapi bersandar kepada dokter sepenuhnya dan tidak bersandar kepada Tuhan adalah bahaya karena dokter hanya sebuah alat di tangan Tuhan. Hari Sabat Tuhan berarti Allah sendiri memilih hari itu untuk berhenti dari pekerjaan mencipta tetapi tidak berarti Dia beristirahat total. Tuhan berhenti dari pekerjaan penciptaan dan memulai suatu pekerjaan pemeliharaan. Ini hanya ada pada Allah.
Kedua,
Hari Sabat yang kabur, yaitu dari masa Adam sampai Musa. Kita tidak tahu dengan jelas adanya hari Sabat pada periode itu. Dari zaman Adam sampai Musa, Tuhan tidak pernah memerintahkan siapapun untuk menjalankan Sabat dan memelihara Sabat dengan baik. Tidak pada masa Esau atau pun Yakub dan kedua belas anaknya. Mereka tidak diperintahkan memelihara hari ketujuh sebagai hari perhentian dan hari suci.
Ketiga,
Hari Sabat yang diberikan kepada orang Israel melalui Musa THE SABBATH OF THE ISRAEL (Ulangan 5:15). Perayaan hari Sabat ini dengan hari yang sama tetapi dengan sebab yang berbeda. Sabat ini merupakan janji antara Yehovah dengan Israel. Orang Israel memperingati bahwa mereka pernah diperbudak di Mesir.
Di dalam Sepuluh Hukum yang diberikan hanya satu yang bersangkut-paut dengan satu bangsa, sedangkan yang lain bersangkutan dengan moral dan tanggung jawab manusia atas ibadah terhadap Allah dan moral terhadap sesama. Hukum yang keempat bersangkut-paut pada satu bangsa pada peristiwa dalam sejarah dan ditentukan pada hari yang dicipta. Menurut Immanuel Kant, agama adalah moral yang digabungkan dengan ibadah. Agama merupakan sistem moral dan ibadah. Beribadah kepada Allah adalah hubungan secara vertikal. Hubungan antar manusia adalah hubungan horizontal. Antara manusia dan Allah itulah ibadah, antar manusia adalah etika, dan keduanya membentuk suatu kerangka agama. Hukum 1-4 mengatur hubungan manusia dengan Allah dan hukum 5-10 mengatur hubungan antar manusia.
Hanya hukum keempat yang merupakan suatu hukum yang bersangkut-paut dengan pertama, bani Israel sebagai umat pilihan Tuhan; Kedua, pengalaman perbudakan di Mesir dan pembebasan Tuhan; Ketiga, penetapan perayaan hari ketujuh untuk bangsa Israel. Ini khusus ditujukan kepada bangsa Israel. Bagi kita, orang Kristen, yang mengerti arti sesungguhnya dari peristiwa itu, hal ini melambangkan pengalaman yang sama tetapi dalam bidang yang lain. Pengalaman perbudakan yang pernah kita alami adalah perbudakan di bawah kuasa setan. Kita dibelenggu dalam kuasa dosa dan kemudian mengalami suatu kelepasan dalam anugerah Tuhan melalui Kristus. Dalam PL Tuhan memakai Musa untuk mengeluarkan orang Israel dari Mesir, dalam PB Allah mengutus Tuhan Yesus untuk mengeluarkan kita dari kuasa dosa dan maut. Perbudakan ini kita alami ada di dalam bidang rohani.
Keempat,
Sabat sesudah keluar dari Babel. Pernah dikatakan bahwa “Pada hari itu engkau akan menerima perhentian dan ingat bukan Allah yang mengeluarkan engkau dari Mesir tetapi Allah yang mengeluarkan engkau dari tanah di mana engkau sudah ditawan. Dalam tawanan, Israel mengingat Tuhan kembali yang telah mengeluarkan mereka dari Babilonia, berarti pekerjaan pelepasan dari Tuhan berjalan terus menerus. Proses itu terus berlangsung dan Tuhan akan memberikan padamu satu pengalaman yang baru. Jika pada orang lain ada pelepasan maka dalam dirimu juga ada pelepasan. Walau peristiwanya berbeda. Setiap orang diciptakan secara individu dan Tuhan bekerja sepanjang sejarah, dan belum pernah berhenti. Orang Israel akan mengingat Tuhan bukan saja karena pekerjaanNya terhadap nenek moyang mereka ketika keluar dari Mesir, tetapi juga diri mereka sendiri ketika keluar dari tempat pembuangan.
Kelima,
Hari Sabat Paradoks Tuhan Yesus Kristus – PARADOXICAL OF JESUS. Hari Sabat ini berbeda dengan hari Sabat orang Israel yang diperintahkan dalam hukum keempat. Ini adalah hari Sabat Allah menjadi manusia. Dalam diri Kristus ada satu hidup yang paradoks, kelihatannya paling gagal tetapi sebenarnya paling sukses, kelihatannya sebagai orang yang paling lemah tetapi sebenarnya paling berkuasa, sebagai manusia yang paling hina tetapi adalah orang yang terhormat, orang yang mati tetapi sebenarnya mengalahkan kematian dengan bangkit dari kematian di dalam kuasa kebangkitan. Demikian juga hari Sabat Tuhan Yesus, bersifat paradoks.
Menurut orang Yahudi, Tuhan Yesus tidak memelihara hari Sabat, sehingga mereka mau membunuh Tuhan Yesus. Tetapi bagi orang Kristen, Tuhan Yesus menjalankan hari Sabat, bahkan Dia adalah Tuhan dan makna sepenuhnya dari hari Sabat. Ia adalah THE MASTER OF THE SABBATH, Tuhan dari Sabat, maksudnya semua orang yang diperintahkan Tuhan untuk memelihara hari Sabat adalah mereka yang harus menaklukkan diri ke bawah hari itu. Satu hal yang mengikat kita. Tetapi Tuhan Yesus adalah Tuan, Pemilik dari hari Sabat juga atas hari-hari lainnya. Inilah paradoks dari Tuhan Yesus Kristus.
Markus 2:27-28 menunjukkan salah satu prinsip penting dari pengajaran Tuhan Yesus adalah titik berat atau penekanan pada hal-hal yang ada. Jika baju pengantin lebih ditekankan dari pengantinnya sendiri maka mungkin pernikahan itu tidak bisa dilangsungkan. Manusia seringkali lebih mementingkan uang daripada hidup. Hidup untuk uang atau uang untuk hidup? Ada orang beli kue karena senang dengan kotaknya, atau beli minyak wangi karena botolnya yang menarik. Tuhan Yesus langsung menunjukkan titik berat dari hari Sabat dalam relasinya dengan manusia. Manusia bukan diciptakan untuk hari Sabat, tetapi hari Sabat diciptakan untuk manusia. Kalau saya merayakan hari Sabat hanya untuk membuktikan jika saya paling cinta Tuhan maka itu adalah munafik. Jika hari Sabat menjadikan engkau membanggakan diri lebih dari orang lain itu hanya membuat engkau berdosa. Padahal hari Sabat ditetapkan agar kita berhenti berbuat dosa, menerima perhentian dan tidak lagi diikat oleh dosa. Tuhan Yesus berkata Sabat untuk manusia, bukan kebalikannya. Jika Sabat merupakan suatu perhentian yang dijanjikan sehingga manusia boleh mendapatkan satu perhentian dari segala frustasi, tekanan psychology, tekanan jiwa, dan menenangkan diri di hadapan Tuhan, itulah Sabat. Jangan dicampur aduk dengan hal-hal yang lain. Iman mempunyai arti perhentian, percaya Tuhan Yesus tidak berarti kita melarikan diri dari tanggung jawab. Sebaliknya percaya kepada Tuhan Yesus memberikan satu kesadaran bahwa kita tidak akan sanggup untuk menanggung tanggung jawab kita dengan kekuatan kita sendiri. Itulah sebabnya kita membutuhkan persekutuan dengan Tuhan. Di dalam Dia kita mendapatkan kekuatan, kuasa untuk perhentian dari beban berat dalam hidup kita masing-masing.
Orang Yahudi tidak mengakui Tuhan Yesus merayakan hari Sabat. Hari Sabat Tuhan Yesus adalah hari Sabat yang paradoks, yang sepertinya salah tetapi sesungguhnya benar. Tuhan Yesuslah yang menentukan hari Sabat, maka Dia tidak mungkin melanggar hari Sabat. Karena yang menentukan mengerti dengan sesungguhnya untuk apa hari Sabat. Sama seperti orang yang bertanya, “Yesus adalah Anak Allah? Kalau begitu Allah adalah BapaNya, lalu di mana ibuNya? Orang yang mengatakan kalimat ini hanya menyatakan kebodohannya. Karena Yesus adalah Allah yang menetapkan manusia pria dan wanita melahirkan anak, yang menetapkan prinsip ini juga menetapkan tidak perlu satu maskulin dan satu feminin baru bisa meneruskan generasi, misalnya cara amuba berkembang biak. Allah yang menetapkan dalil, tetapi Allah tidak diikat oleh dalil yang ditetapkan olehNya sendiri. Ia yang menciptakan supra, waktu, tempat yang melebihi ruang, alam, dan supra alam. Jika tidak demikian maka berarti Dia bukan Allah. Golongan yang tidak percaya mujizat adalah mereka yang berusaha memasukkan Allah dalam alam yang diciptakan oleh Allah sendiri. Mereka hanya menyatakan kebodohan mereka sendiri dengan menganggap Tuhan Yesus sebagai manusia dan berusaha mengikat Dia di dalam alam.
Kalau Tuhan menetapkan hari Sabat, maka Dia adalah Tuhan atas hari Sabat dan lebih tinggi daripada hari Sabat. Pengertian hari Sabat orang Israel adalah pengertian yang salah. Mereka menafsirkan itu dengan arti: tidak melakukan atau mengerjakan sesuatu yang menjadi bukti cinta mereka kepada Tuhan.
Ketika Tuhan Yesus berkata, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah,” ini merupakan bukti bahwa Tuhan Yesus adalah Allah yang memelihara. Allah memelihara, memberikan hidup kepada manusia dan Allah masih tetap bekerja dengan kuasa pemeliharaanNya. Tetapi mereka tidak mengerti.
Keenam,
hari Sabat yang mempunyai pengertian yang lebih dalam dan bila tidak dimengerti menjadi hari Sabat yang dibenci oleh Tuhan (Yesaya 1:13). Mengapa Tuhan mengatakan, “Jangan lagi membawa persembahan hari Sabatmu, Aku tidak tahan.” ? Karena mereka tidak mengerti arti sesungguhnya dari Sabat, hanya memelihara harinya dengan tidak mengerti arti sesungguhnya. Hal itu tidak menyenangkan Tuhan: Hanya memelihara hari tetapi tidak mengerti arti sesungguhnya dari penetapan hari Sabat yang sesuai dengan isi hati Tuhan sendiri. Ini sangat tidak menyenangkan hati Tuhan. Maka dalam terjemahan lain Tuhan mengatakan, “Aku sudah bosan dan benci akan hari sabatKu, Aku merasa benci atas semua persembahanmu karena dalam persembahanmu ada hal-hal yang cemar.”
Ketujuh,
Sabat Perhentian. (Ibrani 4:3-5, 11; Kolose 2:16,17) Tuhan Yesus berkata, “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28) Perhentian adalah dari Tuhan sendiri, suatu perhentian yang sesungguhnya. Sewaktu Tuhan Yesus mati dan sesudah bangkit dari antara orang mati, waktu sepuluh kali Ia berjumpa dengan murid-murid, perempuan yang mengasihiNya, orang banyak di mana Ia ingin menyatakan diri pada mereka, selalu kalimat, “Damai sejahteralah kamu,” keluar dari mulut Tuhan Yesus pada permulaan pertemuan mereka. Tuhan Yesus sudah berperang dengan kuasa gelap dan setan di dalam kematianNya untuk menghentikan kuasa setan yang telah merebut perhentian kita masing-masing. Yesus Kristus berperang untuk menghentikan kuasa dosa yang selalu merampas kebebasan dan ketenangan kita di hadapan Tuhan Allah. Dan juga Ia telah mengalahkan kuasa kematian yang merampas kedamaian kita karena diancam oleh kematian. Puji Tuhan kalau hari ini kita memperoleh kedamaian dan sejahtera yang sesungguhnya di dalam Kristus. Tuhan Yesus selalu berkata, “Peace on you.” Berlainan dengan setan yang berkata, “Shame on you.” “Dipermalukanlah engkau karena dosamu, bergumulah karena segala kesalahanmu, hati nuranimu akan selalu menegur sehingga engkau tidak mempunyai damai.” Tetapi Tuhan Yesus selalu berkata, “Damai sejahteralah kamu.” Karena dosamu sudah diampuni, permusuhan engkau dengan Tuhan sudah Ia hapuskan. Tuhan Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat.
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.fica.org/ficalist/fica/teach/stong1